Apa yang menyebabkan Kejayaan Islam berkembang pesat dalam bidang pendidikan pada masa Klasik

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

penulis

Milla Hasanabella, Eva Asmaraningrum, Sri Rizki Wulandari

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harunal-Rasyid untuk keperluan sosial; rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan.

Sejak upaya penerjemahan meluas dan sekaligus sebagai hasil kebangkitan ilmu pengetahuan, banyak kaum muslimin mulai mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa Arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut mempelajari, mengomentari, membetulkan buku-buku penerjemahan atau memperbaiki atas kekeliruan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat atau ide baru, serta memperluas penyelidikan ilmiah untuk mengungkap rahasia alam, yang dimulai dengan mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitianal-Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesat sehingga anak-anak bahkan orang dewasa saling berlomba dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tingginya nilai pendidikan dalam kehidupan, menyebabkan mayoritas masyarakat meninggalkan kampung halaman mereka, demi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di kota, dan salah satu indikatorberkembang pesatnya pendidikan dan pengajaran ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam.  Selain masjid sebenarnya telah berkembang pula lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya baik yang bersifat formal maupun non-formal, lembaga-lembaga ini berkembang terus bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk lembaga pendidikan baik non formal maupun formal yang semakin luas.

Di antara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa DinastiAbbasiyah tersebut adalah, Kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah ulama, namun islam mengalami kemunduruan pada masa saat islam sedang dalam masa puncak-puncaknya setelah abad XIII M dan terus melemah sampai abad XVIII M,4 masa ini dikenal dengan masa pertengahan. Berbeda dengan masa klasik Islam, kehidupan intelektual pada masa pertengahan Islam dapat dikatakan sudah mengalami kemunduran (pasang surut).


Page 2

penulis

Milla Hasanabella, Eva Asmaraningrum, Sri Rizki Wulandari

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harunal-Rasyid untuk keperluan sosial; rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan.

Sejak upaya penerjemahan meluas dan sekaligus sebagai hasil kebangkitan ilmu pengetahuan, banyak kaum muslimin mulai mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa Arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut mempelajari, mengomentari, membetulkan buku-buku penerjemahan atau memperbaiki atas kekeliruan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat atau ide baru, serta memperluas penyelidikan ilmiah untuk mengungkap rahasia alam, yang dimulai dengan mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitianal-Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesat sehingga anak-anak bahkan orang dewasa saling berlomba dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tingginya nilai pendidikan dalam kehidupan, menyebabkan mayoritas masyarakat meninggalkan kampung halaman mereka, demi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di kota, dan salah satu indikatorberkembang pesatnya pendidikan dan pengajaran ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam.  Selain masjid sebenarnya telah berkembang pula lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya baik yang bersifat formal maupun non-formal, lembaga-lembaga ini berkembang terus bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk lembaga pendidikan baik non formal maupun formal yang semakin luas.

Di antara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa DinastiAbbasiyah tersebut adalah, Kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah ulama, namun islam mengalami kemunduruan pada masa saat islam sedang dalam masa puncak-puncaknya setelah abad XIII M dan terus melemah sampai abad XVIII M,4 masa ini dikenal dengan masa pertengahan. Berbeda dengan masa klasik Islam, kehidupan intelektual pada masa pertengahan Islam dapat dikatakan sudah mengalami kemunduran (pasang surut).


Apa yang menyebabkan Kejayaan Islam berkembang pesat dalam bidang pendidikan pada masa Klasik

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya


Page 3

penulis

Milla Hasanabella, Eva Asmaraningrum, Sri Rizki Wulandari

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harunal-Rasyid untuk keperluan sosial; rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan.

Sejak upaya penerjemahan meluas dan sekaligus sebagai hasil kebangkitan ilmu pengetahuan, banyak kaum muslimin mulai mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa Arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut mempelajari, mengomentari, membetulkan buku-buku penerjemahan atau memperbaiki atas kekeliruan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat atau ide baru, serta memperluas penyelidikan ilmiah untuk mengungkap rahasia alam, yang dimulai dengan mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitianal-Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesat sehingga anak-anak bahkan orang dewasa saling berlomba dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tingginya nilai pendidikan dalam kehidupan, menyebabkan mayoritas masyarakat meninggalkan kampung halaman mereka, demi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di kota, dan salah satu indikatorberkembang pesatnya pendidikan dan pengajaran ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam.  Selain masjid sebenarnya telah berkembang pula lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya baik yang bersifat formal maupun non-formal, lembaga-lembaga ini berkembang terus bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk lembaga pendidikan baik non formal maupun formal yang semakin luas.

Di antara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa DinastiAbbasiyah tersebut adalah, Kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah ulama, namun islam mengalami kemunduruan pada masa saat islam sedang dalam masa puncak-puncaknya setelah abad XIII M dan terus melemah sampai abad XVIII M,4 masa ini dikenal dengan masa pertengahan. Berbeda dengan masa klasik Islam, kehidupan intelektual pada masa pertengahan Islam dapat dikatakan sudah mengalami kemunduran (pasang surut).


Apa yang menyebabkan Kejayaan Islam berkembang pesat dalam bidang pendidikan pada masa Klasik

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya


Page 4

penulis

Milla Hasanabella, Eva Asmaraningrum, Sri Rizki Wulandari

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harunal-Rasyid untuk keperluan sosial; rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan.

Sejak upaya penerjemahan meluas dan sekaligus sebagai hasil kebangkitan ilmu pengetahuan, banyak kaum muslimin mulai mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa Arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut mempelajari, mengomentari, membetulkan buku-buku penerjemahan atau memperbaiki atas kekeliruan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat atau ide baru, serta memperluas penyelidikan ilmiah untuk mengungkap rahasia alam, yang dimulai dengan mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitianal-Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesat sehingga anak-anak bahkan orang dewasa saling berlomba dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tingginya nilai pendidikan dalam kehidupan, menyebabkan mayoritas masyarakat meninggalkan kampung halaman mereka, demi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di kota, dan salah satu indikatorberkembang pesatnya pendidikan dan pengajaran ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam.  Selain masjid sebenarnya telah berkembang pula lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya baik yang bersifat formal maupun non-formal, lembaga-lembaga ini berkembang terus bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk lembaga pendidikan baik non formal maupun formal yang semakin luas.

Di antara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa DinastiAbbasiyah tersebut adalah, Kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah ulama, namun islam mengalami kemunduruan pada masa saat islam sedang dalam masa puncak-puncaknya setelah abad XIII M dan terus melemah sampai abad XVIII M,4 masa ini dikenal dengan masa pertengahan. Berbeda dengan masa klasik Islam, kehidupan intelektual pada masa pertengahan Islam dapat dikatakan sudah mengalami kemunduran (pasang surut).


Apa yang menyebabkan Kejayaan Islam berkembang pesat dalam bidang pendidikan pada masa Klasik

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya