Tak kupercaya aku pada pandanganku citraan yang terdapat pada larik tersebut adalah

Puisi merupakan karya sastra berupa seni tertulis yang merupakan bentuk ungkapan perasaan penulisnya melalui bahasa yang terikat dengan irama, mantra, rima dan penyusunan lirik serta bait. Puisi adalah karya sastra yang mementingkan bunyi, struktur dan makna yang ingin disampaikan.

Tak kupercaya aku pada pandanganku citraan yang terdapat pada larik tersebut adalah

Dengan dengan demikian dapat kita katakan bahwa puisi mewujudkan penggunaan bahasa sebagai sebuah seni yang memiliki kualitas estetika (keindahan). Karya puisi mengalami perkembangan sesuai dengan pengaruh yang datang dari Barat.

Karya puisi yang saat ini berkembang tidak terikat oleh aturan-aturan penulisan seperti halnya pada penulisan puisi lama. Puncak perubahan secara mendasar dalam puisi terjadi pada Angkatan '45, terutama dipelopori oleh Chairil Anwar. Ikatan puisi lama sudah ditinggalkan.

Kalau puisi lama masih mementingkan bentuk fisik puisi, puisi modern lebih mementingkan makna atau bentuk batin puisi. Berikut contoh puisi karya Chairil Anwar.

Derai-Derai Cemara

cemara menderai sampai jauh

terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949

Macam-Macam Struktur Puisi

Puisi terdiri atas dua macam struktur, yaitu:

 Struktur fisik, meliputi: diksi (diction), pencitraan, kata konkret (the concentrate word), majas (figurative language), dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma.

 Struktur batin, meliputi: perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (atention).

Diksi (pemilihan kata)

Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk mewakili apa yang dipikirkannya sebagai media ekspresi dalam puisi. Pengarang menggunakan citraan, majas, kata asing, atau kata lain untuk mewakilinya. Diksi sangat berpengaruh terhadap keindahan puisi. Pemilihan kata yang tepat akan memberikan daya magis yang sangat kuat pada puisi yang penyair ciptakan.

Namun, hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang Anda pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemilihan kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi.

Pencitraan (Pengimajian)

Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Diksi dan pengimajian memiliki hubungan yang sangat erat. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian.

Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat Anda rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ketiganya digambarkan oleh bayangan konkret yang dapat Anda hayati secara nyata.

Kata Konkret

Kata konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imajinasi karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret "salju" di mana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan sebagainya. Sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dan sebagainya.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah metafora, anafora, personifikasi, hiperbola, ironi dan sebagainya.

Rima

Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai pilihan kata yang digunakan.

Contoh:

Hati yang masygul menjadi senang

Sukma riang terbang melayang

Karna lahir kerinduan semalam

Ribaan Hua yang ku kenang

Kudapat terang kasih dan sayang

Serta damai hati di dalam

Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi sengau dalam sajak ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa senang si aku karena ia mendapat kasih sayang, serta kedamaian hati sebab kerinduannya pada Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan hatinya. Perhatikan pula sajak akhir baris, kekonsistenan pada keindahan rima/sajak ditonjolkan pada kata /senang, melayang, semalam, ku kenang, sayang, dan dalam/.

Tema Puisi

Tema merupakan gagasan pokok penyair yang dituangkan dalam bait-bait puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan penyair. Tema adalah langkah dasar penyair dalam menyusun puisinya.

Pesan (Amanat) Puisi

Pesan disebut juga amanat puisi. Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya/pendengarnya. Pesan merupakan nilai yang didapat dan dilihat dari sudut pandang penyair, sedangkan kesan adalah nilai dari segi pembaca atau pendengar.

Rasa (Feeling)

Yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.

Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

Nada (Tone)

Adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca dan sebagainya.

Pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut bukan saja akan bermanfaat untuk mengapresiasi sebuah puisi, melainkan juga ketika kamu akan menulis puisi. Kesatuan dan kepaduan struktur tersebut dapat melahirkan karya puisi yang memiliki nilai seni dan nilai makna yang tinggi.

Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Adapun gambaran pikiran adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai, yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra penglihatan).

Jika dilihat dari fungsinya, citraan atau pengimajian lebih cenderung berfungsi untuk mengingatkan kembali apa yang telah dirasakan. Dengan demikian, citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran. Kita akan kesulitan menggambarkan objek atau sesuatu yang disampaikan dalam puisi jika kita belum pernah sama sekali mengalami atau mengetahuinya.

Oleh karena itu, kita akan mudah memahami puisi jika memiliki simpanan imaji-imaji yang diperoleh dari pengalamannya. Ada beberapa jenis citraan yang dapat ditimbulkan puisi, yakni sebagai berikut.

1. Citraan Penglihatan

Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indra penglihatan (mata). Citraan ini merupakan jenis yang paling sering digunakan penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat. Contoh citraan penglihatan dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

Perahu Kertas

Waktu masih kanak-kanak Kau membuat perahu kertas dan kau

layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu

bergoyang menuju lautan.

...

Karya Sapardi Djoko Damono

Sumber: Perahu Kertas, 1991

2. Citraan Pendengaran

Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga). Citraan ini dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, suara mengiang, berdentum-dentum, dan sayup-sayup. Contoh citraan pendengaran dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

Penerbangan Terakhir

Maka menangislah ruh bayi itu keras-keras

Kedua tangan yang alit itu seperti kejang-kejang

Kakinya pun menerjang-nerjang

Suaranya melengking lalu menghiba-hiba

Karya Taufiq Ismail

Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 :Kitab Puisi 2002

3. Citraan Perabaan

Citraan perabaan atau citraan tactual adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa nyeri, dingin, atau panas karena perubahan suhu udara. Berikut contoh citraan perabaan dalam puisi.

Blues untuk Bonie

sembari jari-jari galak di gitarnya

mencakar dan mencakar

menggaruki rasa gatal di sukmanya

Karya W.S. Rendra

Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 : Kitab Puisi 2002

4. Citraan Penciuman

Citraan penciuman atau pembauan disebut juga citraan olfactory. Dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium bau sesuatu. Citraan atau pengimajian melalui indra penciuman ini akan memperkuat kesan dan makna sebuah puisi. Perhatikan kutipan puisi berikut yang menggunakan citraan penciuman.

Pemandangan Senjakala

Senja yang basah meredakan hutan terbakar

Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua

Bau mesiu di udara, Bau mayat. Bau kotoran kuda.

Karya W.S. Rendra

Sumber: Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi 2002

5. Citraan Pencicipan atau Pencecapan

Citraan pencicipan disebut juga citraan gustatory, yakni citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, manis, atau pedas. Berikut contoh larik-larik puisi yang menimbulkan citraan pencicipan atau pencecapan.

Pembicaraan

Hari mekar dan bercahaya:

yang ada hanya sorga. Neraka

adalah rasa pahit di mulut

waktu bangun pagi

Karya Subagio Sastrowardojo

6. Citraan Gerak

Dalam larik-larik puisi, kamu pun dapat menemukan citraan gerak atau kinestetik. Yang dimaksud citraan gerak adalah gerak tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan tersebut. Munculnya citraan gerak membuat gambaran puisi menjadi lebih dinamis. Berikut contoh citraan gerak dalam puisi.

Mimpi Pulang

Di sini aku berdiri, berteman angin

Daun-daun cokelat berguguran

Meninggalkan ranting pohon oak yang meranggas

Dingin mulai mengigit telingaku

Kuperpanjang langkah kakiku

Menyusuri trotoar yang seperti tak berujung

Di antara beton-beton tua yang tidak ramah mengawasiku

Gelap mulai merayap menyusul langkah kakiku

Ah, Gott sei dank! di sana masih ada burung-burung putih itu

Aku bagaikan pohon oak

Ditemani angin musim gugur yang masih tersisa

Karya Nuning Damayanti

Sumber: Bunga yang Terserak, 2003

Unsur Perasaan dalam Puisi

Puisi menggungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam pembacaan puisi atau deklamasi. Membaca puisi atau mendengarkan pembacaan puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.

Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal. Perasaan sedih yang mendalam diungkapkan oleh Chairil Anwar dalam "Senja di Pelabuhan Kecil", J.E. Tatengkeng dalam "Anakku ", Agnes Sri Hartini dalam "Selamat Jalan Anakku", dan Rendra dalam Orang-Orang Rangkas Bitung".