Laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama dihadapan

Laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama dihadapan
Padang pasir

Derajat Manusia Sama di Hadapan Tuhan?

Ada sebagian orang yang menyatakan,

Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, memiliki derajat yang saja di hadapan tuhan. Sehingga satu sama lain, tidak boleh saling merasa benar. Apalagi meremehkan orang lain.

Mohon kritik untuk kalimat ini…

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Salah satu upaya setan untuk menyesatkan manusia adalah dengan membisikkan kalimat-kalimat indah, namun menipu. Seolah itu benar, padahal isinya kesesatan. Itulah kalimat-kalimat racun, yang sedang diperjuangkan liberal untuk merusak aqidah kaum muslimin.

Allah mengingatkan,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Demikianlah Kami jadikan musuh bagi setiap nabi, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, mereka saling membisikkan kepada yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. al-An’am: 112)

Dari pernyataan yang anda sampaikan, isinya campuran. Ada yang baik dan ada yang sesat. Tentu saja dinilai berdasarkan dalil, bukan berdasarkan kaca mata liberal.

Kita akan lihat lebih dekat,

Pertama, “Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan”

Kalimat ini benar, diakui oleh semua manusia yang mengakui adanya Pencipta alam semesta. Ada banyak dalil dalam al-Quran yang menyebutkan hal ini. diantaranya firman Allah,

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Allah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan. (QS. as-Shaffat: 96)

Kedua, “memiliki derajat yang saja di hadapan tuhan”

Jelas ini tidak benar. Karena manusia tidak sama derajatnya di hadapan Allah.

Bahkan salah satu yang sangat banyak di bahas dalam al-Quran adalah membedakan antara penduduk surga dan penduduk neraka.

لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ

Tidaklah sama penghuni neraka dengan penghuni jannah; penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr: 20)

Yang baik dan yang buruk jelas beda,

قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ

Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. (QS. al-Maidah: 100)

Allah sebut orang mukmin dengan khoirul bariyah (makhluk terbaik) dan Allah sebut orang kafir dengan Syarrul bariyyah (makhluk terjelek),

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ . إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. al-Bayyinah: 6 – 7)

Bahkan Allah membedakan antara orang berilmu dan orang yang tidak berilmu,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Sampaikan, tidaklah sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui. (QS. az-Zumar: 9).

Ketiga, “Sehingga satu sama lain, tidak boleh saling merasa benar”

Tidak semua pembenaran layak dianggap meremehkan orang lain. Atau tidak menerima pendapat orang lain. Kita semua yakin 2 x 3 = 6. Ketika ada anak kelas 1 SD yang memberikan jawaban salah, kemudian Pak Guru meluruskan, tentu saja bukan berarti Pak Guru meremehkan anak itu atau tidak menerima pendapatnya.

Allah memberikan kita akal untuk menimbang setiap informasi yang kita terima. Sehingga manusia bisa mencapai derajat kebenaran mutlak. 3 + 1 = 4, itu kebenaran mutlak berdasarkan logika dasar manusia.

Demikian pula ini berlaku dalam masalah agama.

Setiap muslim wajib merasa benar dengan agama dan keyakinan yang dia miliki. Karena membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, itu bukti iman.

Allah memuji orang mukmin yang tidak ragu dengan kebenaran imannya,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. al-Hujurat: 15)

Allah memuji orang mukmin yang membenarkan al-Quran,

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ

Orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (QS. Muhammad: 2)

Sebaliknya, Allah memerintahkan kita untuk memerangi orang yang menyimpang dari ajaran islam,

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah (upeti) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS. at-Taubah: 29)

Ketika ada seorang mengaku mukmin, namun dia masih meragukan kebenaran rukun iman, meragukan kebenaran al-Quran dan hadis shahih, menganggap itu bukan kebenaran mutlak, maka dia belum mukmin.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!

KonsultasiSyariah.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

  • SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
  • DONASI hubungi: 087 882 888 727
  • Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial

Kesetaraan bukanlah tentang kesamaan.

dok. Republika

Melihat Kedudukan Perempuan dan Laki-Laki dalam Islam

Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama. Sama-sama makhluk Allah, sama-sama menyembah Allah, dan pahala mereka sesuai dengan ujian dan perbuatan mereka.

Baca Juga

Allah berfirman: "Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan (berbuat) apa yang benar dan melarang apa yang salah dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan mendapatkan rahmat Allah. Sungguh, Allah Ta'ala Mahaperkasa dan Mahabijaksana,” // (QS. At-Taubah ayat 71)

Allah SWT juga berfirman:"Barangsiapa mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki atau perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka akan masuk kedalam surga dan mereka tidak akan dianiaya walau sedikitpun," (QS. Annisa ayat 124) 

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Memang wanita adalah rekan pria.” (Sunan Abi Dawud)

Dan Allah dengan sangat lantang menyebut perempuan dan perbuatan bajik mereka sama di hadapan Allah dengan laki-laki, seperti disebutkan dalam ayat Alquran:

"Sungguh, pria dan wanita Muslim, pria beriman dan wanita beriman, pria yang taat dan wanita yang taat, pria dan wanita yang jujur, pria yang sabar dan wanita yang sabar, pria yang rendah hati dan wanita yang rendah hati, pria yang dermawan dan yang dermawan.  wanita, pria puasa dan wanita puasa, pria yang menjaga bagian pribadi mereka dan wanita yang melakukannya, dan pria yang sering mengingat Allah dan wanita yang melakukannya - untuk mereka Allah telah menyiapkan pengampunan dan pahala yang besar." (Al-Quran 33: 35)

"Jadi, tidak, wanita tidak inferior (rendah) di sisi Allah, dan persepsi ini tidak sesuai dengan Allah, Yang Mahaadil, Bijaksana, Mahapenyayang," kata Dina Mohamed Basiony, seorang penulis yang tinggal di Kairo, Mesir.

Menurut Dina, ada kesalahpahaman dalam menafsirkan kata 'Qawamoon'. Seringkali orang mengabaikan konteks dalam memahami bahasa Alquran atau hadits.

Allah berfirman: "Para suami (adalah qawamoon) harus menjaga istri mereka dengan baik, dengan (karunia) yang telah Allah berikan kepada mereka (suami) bagian yang lebih qtas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (suami) telah memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisa ayat 34)

Dina menjelaskan, pertama, kata qawam adalah bentuk superlatif dari kata 'qama'. Ketika kita mengatakan seseorang qawam di malam hari, itu berarti dia berdiri dengan sungguh-sungguh dalam ibadah di malam hari.

"Qawam artinya bertugas menjaga sesuatu secara khusus. Ini bukan “Saggan” (penjara atau penindas). Ini adalah "Qawam" yang merupakan pelindung, pemelihara, yang bertanggung jawab untuk mengurus urusan, dan lain-lain," katanya dilansir dari About Islam, Kamis (4/3).

"Jadi, qawam adalah seseorang yang bekerja untuk mengabdi dan mengurusi sesuatu atau orang lain," tambahnya.

Ketika ayat dalam Alquran mengatakan "Suami harus menjaga istrinya dengan baik, dengan (karunia) yang Allah berikan kepada beberapa lebih dari yang lain dan dengan apa yang mereka keluarkan dari uang mereka sendiri.” (4:34)

"Artinya laki-laki bertugas melayani dan merawat perempuannya dengan apa yang telah Allah berikan kepada mereka seperti kekuatan fisik (perlindungan perempuan) dan uang (belanja untuk perempuan)," jelasnya.

Dalam Islam, seorang perempuan tidak diwajibkan bekerja atau menghabiskan uang untuk siapa pun atau menempatkan dirinya dalam bahaya fisik. Tetapi jika seorang perempuan memilih bekerja dan memiliki uang sendiri, dia dapat menyimpan uangnya membeli apa pun yang dia inginkan untuk dirinya sendiri. 

"Dia tidak diperintahkan membelanjakan uangnya untuk suaminya atau rumahnya. Jika dia melakukannya karena keinginannya sendiri, itu akan dihitung untuknya sebagai amal terhadap mereka," kata Dina

Sedangkan laki-laki tidak memiliki pilihan itu, laki-laki diperintahkan melindungi dan membelanjakan perempuannya. Dalam hal perlindungan dan pengeluaran, Allah memerintahkan hanya manusia untuk menjaga itu. 

Inilah mengapa mereka menjadi qawamoon, dengan kewajiban dan karunia yang diberikan kepada mereka untuk memenuhi peran mereka. Dan ini harus dipahami dan dihormati. Ini bukan tentang suami dan istri melakukan peran yang persis sama.

"Kesetaraan bukanlah tentang kesamaan, ini tentang memahami kemampuan dan kebutuhan masing-masing pihak dan menanganinya dengan sesuai," kata Dina.

Allah SWT bahkan memerintahkan suami dan istri untuk saling berkonsultasi. Seperti firman Allah SWT: "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah ayat 233)

Jadi bahkan dalam masalah menyapih seorang anak, mereka diinstruksikan untuk berkomunikasi dan berkonsultasi satu sama lain. "Intinya: Qawama adalah tanggung jawab dan amanah bagi laki-laki, jadi bukan kehormatan yang dianugerahkan kepadanya. Itu adalah tanggung jawab yang akan dia tanyakan," ujarnya.

Laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama dihadapan