Konsep wahyu memandu ilmu pdf

Authors DOI: Keywords: AbstractKonsep-konsep pendidikan modern hari ini dipenuhi dengan pandangan para akademisi Barat yang notabenenya bukan beragama Islam. Sebagai umat Muslim kita pantas bertanya sekaligus menguji apakah pemahaman tersebut telah sesuai dengan yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Tujuan dari penulisan ini ialah untuk menguji keselarasan pemahaman pembelajaran efektif sebagaimana yang dikaji oleh pakar Barat dengan ajaran-ajaran Islam melalui pendekatan konsep Wahyu Memandu Ilmu. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa meskipun belum bisa menampung secara keseluruhan dari makna-makna edukatif yang terkandung dalam sumber sakral dan khazanah Islam, pemahaman pembelajaran efektif yang dipahami oleh akademisi Barat tidaklah bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Downloads

Download data is not yet available.

Konsep wahyu memandu ilmu pdf

How to Cite

Wicaksono, M. J. A. (2019). PERILAKU KUNCI PEMBELAJARAN EFEKTIF DALAM KONSEP WAHYU MEMANDU ILMU (WMI). Jurnal As-Salam, 3(3), 90–101. https://doi.org/10.37249/as-salam.v3i3.140

Abstrak

Konsep-konsep pendidikan modern hari ini dipenuhi dengan pandangan para akademisi Barat yang notabenenya bukan beragama Islam. Sebagai umat Muslim kita pantas bertanya sekaligus menguji apakah pemahaman tersebut telah sesuai dengan yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Tujuan dari penulisan ini ialah untuk menguji keselarasan pemahaman pembelajaran efektif sebagaimana yang dikaji oleh pakar Barat dengan ajaran-ajaran Islam melalui pendekatan konsep Wahyu Memandu Ilmu. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa meskipun belum bisa menampung secara keseluruhan dari makna-makna edukatif yang terkandung dalam sumber sakral dan khazanah Islam, pemahaman pembelajaran efektif yang dipahami oleh akademisi Barat tidaklah bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.


Tulisan ini merupakan salah satu bab dari beberap bab di buku: A. Rifqi Amin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam: Reinterpretasi Berbasis Interdisipliner (Yogyakarta: LKiS, 2015)

State Islamic Universities (UIN) in Indonesia nowadays has developed their study courses by opening the faculty of social science and humanities and the faculty of the natural science. This development is constitutionally " has gone beyond " scientific mandate of UIN, which only had the authority to execute the education in the cluster of religious sciences. Applying the approach of philosiphy of knowledge, this paper tried to commit the reposition the sciences of non Islamic studies cluster in UIN so that there is no gap between the two clusters, by offering the application of the paradigm of theo-antropo-cosmosentrism. Applying content analysis on texts related to the theme of the study, this paper offered the integration model of "Triangle of Science" which is based on the paradigm of Theo-anhropo-cosmosentrism. This paradigm tried to integrate the paradigms of theocentrism, anthropocentrism and cosmocentrism. *** Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia dewasa ini telah mengembangkan wilayah studi Islamnya dengan membuka fakultas dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora dan ilmu-ilmu kealaman. Perkembangan ini secara konstitusional telah " melampaui batas " mandat keilmuan UIN, yang hanya diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rumpun ilmu agama. Tulisan ini dengan pendekatan filsafat ilmu mencoba mereposisi ilmu-ilmu non-rumpun ilmu agama yang ada di UIN, sehingga tidak terjadi gap antar keduanya, dengan menawarkan penggunaan paradigma teo-antropo-kosmosentrisme. Dengan analisis isi terhadap teks-teks yang terkait dengan tema kajian, tulisan ini menawarkan model integrasi " Segitiga Ilmu " yang berbasiskan pada paradigma teo-antropo-kosmosentrisme. Paradigma ini mencoba mengintegrasikan antara paradigma teosentrisme, antroposentrisme dan kosmosentrisme.

Quranic studies constitute a basis for developing Islamic studies. Quranic studies support the concept of integration of knowledge by accommodating the scientific findings into the revealed Qur’anic dimension. This article investigates the role of Qur’anic studies in the process of knowledge integration and its application at Ushuluddin Faculty, State Islamic University, Bandung. This article shows that in term of curricula and methods of learning, Ushuluddin Faculty provides accommodative response to the knowledge integration model. Some notes to be considered, however, is to include dynamic and progressive method of understanding the Qur’an in relation to current situation in reality. Thus, an approach ‘from reality to the text’ in studying the Qur’an is required to accommodate the concept of knowledge integration. Keywords: Qur’anic studies; knowledge integration; reality; text

Abstrak Keberadaan sains, dalam dunia Islam saat ini, mengalami stagnan bahkan Islam terkesan menjauh dari hiruk-pikuk dari dunia sains. Keadaan ini menjadi paradoks ketika menengok pada masa-masa awal Islam, dimana dalam ungkapan Nurcholish Madjid, Islam pernah menjadi pemimpin dunia dalam ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemunduran sains dalam Islam itu dipicu oleh pemasungan pemikiran umat Islam dengan ditutupnya pintu ijtihad ditambah lagi wacana epistemologi keilmuan Islam klasik yang berpola Ghazalian (mazhab Al-Ghazali) belakangan lebih dominan. Maka tidak heran kalau prestasi temuan dibidang iptek kalah jauh dari orang Barat atau bahkan dalam dunia muslim temuan sains hampir-hampir dikatakan tidak ada. Agar Islam kembali concern dengan visi sains seperti pada awal-awal Islam, ada beberapa model tawaran epistemologi keilmuan Muslim kontemporer, yang saat ini cukup berpengaruh di kalangan dunia Islam. Beberapa tawaran yang ada adalah perlu adanya shifting paradigm di bidang epistemologi keilmuan Islam yakni dari epistemologi keislaman normatif-tekstual-bayani ke epistemologi keilmuan Islam kontemporer yang bercorak intuitif-spiritual-irfani (secara aksiologis) yang banyak berkaitan dimensi etika bagi pengembangan sains. Selain itu perlu adanya redefenisi atau rekonseptualisasi terhadap wacana sains dalam dunia Islam. Pendahuluan Berbicara tentang relasi antara agama dan sains khususnya dalam perspektif epistemologi keilmuan Islam kontemporer, tampaknya merupakan sebuah kerumitan tersendiri. Agama Islam yang di masa awalnya sangat concern dengan visi sains, belakangan justru dikesankan menjadi sebuah agama yang 'menjauh' dari hiruk-pikuk dunia sains. Kalau kita perhatikan, berbagai prestasi temuan di bidang iptek tingkat dunia, khususnya sejak abad renaissance, hampir semuanya didominasi oleh para ilmuwan Barat. Temuan sains di dunia Muslim hampir-hampir dikatakan tidak ada. Penemu sains abad 20 ini yang muncul dari kalangan dunia Muslim paling-paling baru Abdus Salam di bidang dunia fisika, atau Habibie yang menemukan teori keretakan pesawat, sehingga Habibie digelar sebagai Mr. Crack.