Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak

Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak
Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak
Jika Anda penggemar jamu tradisional, tentu Anda sudah mengenal tentang temulawak. Salah satu tanaman herbal ini telah menyebar mulai dari Indonesia, Malaysia, hingga ke seluruh dunia, tidak mengherankan, karena cara menanam temulawak ini memang sangat mudah untuk dilakukan sama halnya dengan cara menanam bawang merah di polybag.

Temulawak merupakan tanaman berbatang semu dan berakar rimpang yang berasal dari suku zingiberaceae. Saat ditanam, obat herbal ini mampu mencapai ketinggian hingga 2 meter dengan batang berwarna hijau atau cokelat tua. Sedangkan untuk rimpangnya dapat berwarna coklat kemerahan atau kuning tua dan hijau gelap.

Tanaman temulawak akan tumbuh dengan optimal jika ditanam di ketinggian 5 – 1000 meter dpl, sedangkan kandungan pati yang paling melimpah didapatkan pada temulawak yang ditanam pada ketinggian 240 meter dpl. Kendati demikian, tanaman temulawak yang ditanam pada daerah dataran tinggi dapat menghasilkan akar rimpang yang mengandung minyak atsiri.

Daunnya berbentuk bundar memanjang dengan bunga yang berwarna kuning tua yang keberadaannya menggerombl. Jika diolah, temulawak memiliki rasa yang khas dan pahit disertai aroma yang menyengat.

Tanaman ini biasa digunakan untuk obat penambah nafsu makan, menjaga kesehatan organ hati, membantu menurunkan lemak darah, dan banyak lagi lainnya. Karena manfaatnya yang banyak tersebut sebanyak manfaat abamektin sebagai pestisida pada tanaman, maka tidak heran jika masyarakat Indonesia senang menanam tumbuhan ini. Bagaimana teknik atau cara menanam temulawak yang baik dan benar? Ikuti langkah-langkahnya berikut ini.

Cara Menanam Temulawak

Pada kesempatan ini kita akan sama-sama belajar cara menanam temulawak khususnya di dalam polybag atau kantung tanam. Menanam dalam polybag dapat menjadi solusi yang tepat bagi Anda yang sudah tidak memiliki lahan atau tanah untuk ditanami. Inilah tahapan yang bisa Anda kerjakan.

1. Mulai dengan Proses Pembibitan

Bibit temulawak bisa Anda dapatkan dari rimpak induk yang besar dan telah berusia 10 – 12 bulan. Potong-potong rimpang tersebut menjadi 3 hingga 4 bagian, yang masing-masingnya memiliki 2 / 3 mata tunas. Selepas itu, jemur terlebih dahulu temulawak  selama 3 jam per hari, masa penjemuran ini dapat berlangsung selama 5 hari.

2. Siapkan Media Tanamnya

Media tanam yang akan kita gunakan adalah campuran pupuk kompos atau pupuk kandang yang bisa kita produksi sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita seperti cara buat pupuk kompos dari kotoran ayam atau cara membuat pupuk kompos dari sampah organik. Selanjutnya pupuk kompos tersebut dicampur dengan menggunakan tanah gembur dengan komposisi 1:1.

Jenis tanah yang dibutuhkan oleh temulawak tidaklah seperti jenis tanah untuk menanam kelapa sawit, cukup tanah yang sudah diolah dengan digemburkan atau dicangkuli terlebih dahulu. Jika tanah dan kompos sudah tersedia, maka campurkan keduanya hingga rata, lalu diamkan selama semalaman agar nutrisi dalam kompos terserap oleh tanah.

Masukkan media tanam tersebut ke dalam polybag yang sudah Anda persiapkan, jangan lupa untuk memberi lubang pada polybag agar nantinya air yang berlebih bisa keluar melalui lubang-lubang tersebut.

3. Proses Penanaman dalam Polybag

Ambil rimpang yang sudah dijemur, usahakan saat Anda memotongnya, rimpang tersebut berukuran 10 cm. Tancapkan rimpang tersebut ke dalam media tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Tutup kembali dengan tanah dan beri sedikit air untuk menjaga kelembapan tanaman. 

4. Penyiraman Ideal untuk Temulawak

Saat awal penanaman temulawak, Anda harus menyiraminya secara rajin dan dikerjakan minimal 2 kali sehari yaitu pada saat pagi dan sore hari. Setelah tanaman tumbuh lebih besar, intensitas penyiraman bisa dikurangi mejadi satu kali dalam sehari.

5. Pemupukan pada Temulawak

Pemupukan untuk temulawak bertujuan agar tanaman menjadi lebih subur, memiliki akar rimpang yang sehat serta besar-besar. Lakukan pemupukan 1 minggu sekali cukup menggunakan pupuk kompos, pupuk kandang, atau pupuk organik cair. Cara pembuatannya silahkan baca di cara membuat pupuk cair dari air kelapa.

Proses pemberian pupuk yang benar adalah dengan menggali media tanam lalu taburkan pupuk kandang atau kompos yang sudah Anda sediakan, kemudian siram dengan air. Sementara jika Anda menggunakan pupuk cair, maka pupuk cukup dikocorkan di dekat rimpang.

Hindari memberi pupuk cair saat hujan agar pupuk tidak hilang terbawa air hujan.

6. Proses Pemeliharaan Temulawak

Pemeliharaan temulawak dilakukan agar temulawak di kebun Anda menjadi sehat dan jauh dari serangan hama serta penyakit. Adapun langkah-langakh pemeliharaan tanaman temulawak adalah sebagai berikut:

  • Penyulaman atau penggantian tanaman yang mati atau mengalami gagal tumbuh
  • Penyiangan untuk memusnahkan gulma-gulma yang mengganggu
  • Pembubunan atau penutuan kembali akar rimpang yang tanahnya terbawa oleh air. Proses ini dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
  • Pengairan yang dilakukan secara rutin setiap harinya
  • Pemupukan susulan demi menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah
  • Penyemprotan pestisida untuk mencegah atau mennanggulangi hama serta penyakit yang muncul 

7. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak
Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak
Jika hama terlanjur menyerang tanaman temulawak milik kita, maka Anda harus segera mengambil tindakan dengan memberantas hama serta penyaki tersebut. Dapat menggunakan pestisida kimia yang dijual di toko-toko pertanian, pestisida alami seperti yang bisa dibuat pada cara membuat pestisida alami dari bawang putih, atau bisa juga dengan cara mengatasi hama tanpa pestisida.

Beberapa hama dan penyakit yang biasa mengganggu temulawak adalah:

  • Ulat jengkal
  • Lalat rimpang
  • Ulat tanah
  • Jamur Fusarium
  • Penyakit layu

8. Proses Pemanenan Temulawak

Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak
Jelaskan tujuan dari penyiangan dan pemeliharaan tanaman Obat temulawak
Lazimnya, temulawak bisa dipanen saat berumur 8 hingga 10 bulan, tetapi karena kita menanam dalam polybag, maka proses pemanenan bisa dilakukan kapan saja saat dibutuhkan tanpa menunggu musim panen serentak tiba.

Bongkar tanah, lalu ambil rimpang temulawak yang sudah siap dipanen, potong batangnya dan bersihkan rimpang dari kotoran serta tanah. Simpan temulawak pada tempat yang kering.

Itulah sedikit tentang cara menanam temulawak. Sangat mudah sekali dan bisa langsung dipraktekkan. Mengingat banyaknya manfaat dari tanaman herbal ini tentu tidak ada salahnya jika kita mulai menanam temulawak, selamat mencoba, salam budidaya.

A.  Deskripsi 

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa Negara Eropa.

Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43-80 cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9-23cm dan lebar 4-6 cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25-2 cm dan lebar 1 cm. 

B.  Syarat Tumbuh 

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30oC. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.

Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang. 

C.  Budidaya  Penyiapan Lahan 

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan temulawak. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur. Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan. Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman. 

Penyiapan Bibit 

Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpangnya, baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500- 700 kg/ha. Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10-12 bulan. Untuk penyiapan bibit, tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.

Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam. Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, penyiraman dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan. 

Penanaman 

Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air. Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Untuk penanamannya, satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm. Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang.

Penanaman di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.  Naungan yang optimal untuk tanaman temulawak adalah sebesar 60% atau intensitas sinar sebesar 40% yang ditunjukkan oleh berat kering total, berat kering rhizome, tinggi tanaman serta luas daun tertinggi. 

Pemeliharaan 

Pemupukan, pemupukan dapat menggunakan pupuk organik ataupun pupuk buatan. Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat- obatan, pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos organik/pupuk kandang yang dilakukan lebih sering dibandingkan kalau kita menggunakan pupuk buatan. Pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman.

Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan. Untuk pemupukan secara buatan (konvensional) dapat dilakukan dengan cara memberikan pupuk dasar yang diberikan saat tanam. Pupuk yang digunakan yaitu SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

Pemupukan susulan dilakukan pada waktu tanaman berumur dua bulan. Tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.

Produksi dan mutu temulawak sangat dipengaruhi oleh teknologi budidaya salah satunya adalah pemupukan. Secara umum dosis pupuk anorganik yang harus diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen temulawak adalah: urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg, 100 kg dan 100 kg/ha untuk pola monokultur serta 200 kg/ha untuk pola tumpang sari. SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, urea diberikan 3 kali, yaitu pada umur 1,2 dan 3 bulan setelah tanam masing-masing sepertiga bagian.

Kebutuhan unsur hara tanaman temu lawak dapat dipenuhi dengan pemberian pupuk an organik dan organik. Dosis pupuk an organik yang diberikan adalah 200 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha untuk pola tumpangsari. Sedangkan pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 10-20/ha.

Aplikasi pemupukan berpengaruh terhadap parameter berat rimpang, panjang dan lebar rimpang serta jumlah rimpang induk, namun tidak berpengaruh terhadap diameter rimpang. Penggunaan pupuk kandang kambing 2 kg/tanaman + pupuk buatan (2 g urea, 1,8 g SP-36 dan 2,7 g KCl per tanaman) menghasilkan berat rimpang paling tinggi namun tidak berbeda dengan perlakuan pupuk kandang 1 kg/tanaman secara tunggal maupun dengan penambahan pupuk buatan. Kandungan kurkumin tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan yaitu 4,1 %.

Pupuk bio secara nyata mampu meningkatkan produktivitas temulawak, namun peningkatan tersebut dipengaruhi oleh kondisi agroekologi. Produksi rata-rata rimpang temulawak segar dengan paket pemupukan anorganik sesuai rekomendasi adalah 9,56 ton/ha, meningkat menjadi 11,86 ton/ha dan 14,04 ton/ha dengan penambahan pupuk bio sebesar 45 kg/ha dan 90 kg/ha atau meningkat sebesar 24% dan 47%. 

Penyulaman dan Penyiangan 

Tanaman yang rusak/mati diganti dengan bibit yang sehat dari bibit cadangan. Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan unsur hara dan air.

Penyiangan pertama dan kedua dilakukan pada 2 dan 4 bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.

Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.

Kegiatan pembumbunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembumbunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembumbunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan. 

Hama dan Penyakit Hama 

Hama temulawak adalah: Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp), Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn) dan Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart). Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.

Penyakit yang menyerang temulawak, antara lain:

  1. Jamur Fusarium disebabkan oleh fungus oxysporum Schlecht dan Phytium sp serta bakteri Pseudomonas sp yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daun menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae.  Fungisida yang dapat digunakan adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
  2. Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
  3. Selain hama dan penyakit, gulma juga sering mengganggu tanaman temulawak.  Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. 
Panen dan Pasca Panen 

Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.

Pemanenan dilakukan dengan cara menggali tanah yang terdapat disekitar rumpun dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya. Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.

Pascapanen yang dilakukan adalah dengan mencuci rimpang dari kotoran yang melekat sampai bersih. Selanjutnya rimpang ditiriskan. Untuk membuat simplisia, rimpang diiris setebal 7-8 mm lalu dijemur. Proses pengeringan irisan rimpang dapat dilakukan dengan dijemur di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering buatan dengan suhu 50oC.

Umur panen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah dan bobot kering rimpang. Umur panen 7 bulan meningkatkan kandungan xanthorrhizol tanaman temulawak. Interaksi antara umur panen dan cekaman kekeringan tidak berpengaruh nyata terhadap karakter agonomi dan fisiologi tanaman temulawak. (Penyusun: Kres Dahana, SP.)

Referensi 

Fikry, H. 2010. Konsentrasi Hambat Minimal dan Konsentrasi Bunuh Minimal Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap Staphylococcus aureus secara In Vitro. Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru.

Hadipoentyanti, E dan Syahid, S.F. 2007. Respon Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Hasil Rimpang Kultur Jaringan Generasi Kedua Terhadap Pemupukan. Litri. 13(3):106-110.

Khaerana, Ghulamahdi, M dan E.D. Purwakusumah. 2008. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Umur Panen Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Xanthorrhizol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Agron. 36(3):241-247.

Rahardjo, M. dan O. Rostiana. 2005. Budidaya Tanaman Temulawak. Circular No. 11. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 30-35.

Wardah, N. R. 2008. Proses Hidup, Klasifikasi, Kegunaan dan Kandungan dari Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Skripsi. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Yusron, M. 2009. Respon Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Pemberian Pupuk Bio pada Kondisi Agroekologi yang Berbeda. J.Litri. 15(4):162-167.