Berikut ini sikap yang harus diterapkan warga NU dalam kehidupan sehari hari


Jakarta, Kominfo – Sebagai organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) telah aktif berperan dalam meningkatkan pemberdayaan umat Islam. Gerakan NU di bidang perbaikan keagamaan (diniyah) sudah sangat dirasakan manfaatnya oleh seluruh komponen bangsa, namun dalam gerakan kemasyarakatan dinilai belum optimal. Oleh karena itu, NU perlu  memaksimalkan peran aktifnya dalam meningkatkan gerakan kemasyarakatan.

“Akan tetapi dalam gerakan kemasyarakatan NU perlu melakukan upaya-upaya yang lebih maksimal agar tidak tertinggal, terutama dalam bidang ekonomi dan teknologi informasi untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk warga NU,” ucap Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin pada Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke-98 melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2 Jakarta, Sabtu (27/02/21).

Lebih jauh Wapres mengimbau NU agar memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan para pengusaha kecil naik kelas, karena jumlah usaha mikro kecil di Indonesia mencapai 99%, dan sebagian besarnya warga NU.

“Langkah yang perlu dilakukan juga adalah menumbuhkan para pengusaha baru melalui inkubasi dari kalangan nahdliyin sesuai dengan semangat nahdlatu al tujjar (kebangkitan para pengusaha) yang telah digaungkan oleh para ulama pada tahun 1918,” pesan Wapres.

Sebagai organisasi kebangkitan ulama, Wapres menegaskan, NU juga harus mengambil peran aktif dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, yang mencakup pengembangan industri halal, bisnis syariah, keuangan syariah, penguatan tata kelola dana sosial yang Islami, baik zakat, infak, sedekah, maupun wakaf, yang juga sedang digencarkan oleh pemerintah.

Selain itu, Wqpres menambahkan, NU juga perlu segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang telah menimbulkan disrupsi di berbagai bidang kehidupan.

“Saya mengetahui bahwa NU sudah mengembangkan berbagai platform digital dalam banyak kegiatan yang dilakukan. Namun tetap perlu adanya penguatan terutama dalam rangka mengharmonisasikan platform digital dan kontennya sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakat khususnya kalangan milenial,” imbaunya.

Sebagai upaya melaksanakan program terkait perkembangan tersebut, Wapres mengatakan, perlu  menyiapkan tokoh-tokoh perubahan (rijalul ishlah/ reformers). Di samping itu, NU juga perlu membangun pusat-pusat perubahan/perbaikan (markazul ishlah) sebagai contoh-contoh yang nantinya dapat direplikasi di berbagai wilayah dan cabang.

“Untuk itu, saya mengajak segenap pengurus dan warga NU, untuk kembali membangun semangat ke-NU-an (hamasah nahdliyah) seperti yang ditanamkan oleh para pendiri dan perintis NU. Pelajaran dari para sesepuh kita pada masa itu,” ajaknya.

Selanjutnya Wapres mengungkapkan, survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang dilakukan pada Februari 2019, menyebutkan bahwa jumlah warga NU mencapai 49,5 persen atau sekitar 108 juta orang dari jumlah penduduk muslim Indonesia yang berjumlah sekitar 229 juta orang.

“Ini kekuatan besar apabila dapat dikonsolidasikan menjadi kekuatan ekonomi masyarakat dan negara,” ucap Wapres.

Dengan kuatnya pilar ekonomi gerakan NU, Wapres meyakini pilar pemikiran dan kebangsaan NU, yang selama ini sudah menjadi arus utama, juga akan makin kuat.

“Dengan modal pilar gerakan ekonomi yang semakin kuat, saya harapkan NU tidak sekedar memainkan peran penting dalam memulihkan dan membangun kembali perekonomian masyarakat dan negara Indonesia, tapi juga terus berperan penting dan dapat menjadi role model Gerakan Islam dalam skala global,” pesan Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres memberikan ucapan selamat Harlah ke-98 NU dan berharap NU tetap aktif membangun ekonomi umat.

“Sebagai penutup, sekali lagi saya ucapkan selamat Harlah ke-98 NU. Semoga semakin produktif menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dan semakin kokoh meneguhkan komitmen kebangsaan dan memberdayakan ekonomi umat,” pungkasnya.

Berikut ini sikap yang harus diterapkan warga NU dalam kehidupan sehari hari

Wapres menjelaskan bahwa mengingat hukum aset wakaf harus tetap dan tidak boleh berkurang, maka apabila dimanfaatkan dengan baik semakin lam Selengkapnya

Berikut ini sikap yang harus diterapkan warga NU dalam kehidupan sehari hari

Wapres menyampaikan diperlukan penguatan perlindungan sosial bagi pekerja yang terdampak pandemi Covid-19. Selengkapnya

Berikut ini sikap yang harus diterapkan warga NU dalam kehidupan sehari hari

Workshop KaTa Kreatif merupakan program pelatihan promosi dan pemasaran secara digital kepada pelaku UMKM ekonomi kreatif yang rutin dilakuk Selengkapnya

Artinya: “Apa yang ada padaku bersama dengan para saahabatku.”

Islam yang sempurna identik dengan Alqur’an dan hadis sebagaimana sabda Rasulullah:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Artinya: “Saya tinggalkan (wariskan bagimu dua hal yang kalau kamu selalu berpegang teguh kepadanya maka kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kalamullah (Alqur’an) dan Sunnah Rasul.”

Kesempurnaan Islam tidak berarti bahwa segala hal diterangkan secara terperinci dan ketat (kaku), tetapi justru kesempurnaan Islam itu tercermin dari dua cara pemberian pedoman, ada yang secara terperinci dan ada yang hanya dijelaskan prinsip-prinsipnya saja dan harus dikembangkan oleh umat Islam sendiri. Dengan demikian, maka Islam akan selalu relevan dengan perkembangan zaman.

Dengan demikian, Islam yang telah disempurnakan pada zaman Rasulullah dan para sahabatnya adalah Islam yang benar-benar sempuna, standar dan baku yang harus dipegang sepanjang masa. Islam yang standar, baku, harus dikembangkan secara terkendali, supaya kemurnian dan kelurusannya dapat menjawab permasalahan baru yang selalu muncul sepanjang zaman.

Demikian juga, Islam adalah agama pembawa rahmat bagi seluruh semesta alam. Islam tidak hanya sebagai rahmat bagi pengikutnya, akan tetapi bagi seluruh manusia bahkan kepada semua binatang, tetumbuhan, dan seluruh isi alam semesta. Dari sinilah, maka Islam yang dikembangkan oleh Aswaja adalah Islam yang damai, Islam yang toleran, Islam yang ramah kepada apa saja dan siapa saja. Jika ada umat Islam yang mengaku mengikuti paham Aswaja, akan tetapi senang melakukan kebencian, permusuhan, kekerasan, dan apapun yang bertentangan dengan Islam sebagai agama pembawa rahmat, maka dengan sendirinya telah keluar dari paham Aswaja.

Dari sinilah, dalam bidang keagamaan Aswaja mengembangkan sikap sebagai berikut:

  1. Sikap Tawasuth dan I’tidal
    Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah- tengah kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharuf (ekstrim).

  2. Sikap Tasamuh
    Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasya- rakatan dan kebudayaan.

  3. Sikap Tawazun
    Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada Allah, khidmah kepada sesama manusia, serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.  

  4. Amar Ma'ruf Nahi Munkar
    Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan beragama; serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

Inilah sikap-sikap keagamaan yang dianut oleh NU yang dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar-dasar inilah, maka perilaku keagamaan warga NU sangat mementingkan kedamaian, keserasian, dan keharmonisan di dalam masyarakat. Namun, sebelum mendamaikan masyarakat, maka ia harus mampu mendamaikan dirinya terlebih dahulu. Mendamaikan hatinya dari segala kebencian, kedengkian, permusuhan, dan sikap-sikap yang tidak seharusnya dilakukan. Setelah mendamaikan dalam dirinya, warga NU harus berdamai dengan Allah dengan menghamba kepada- Nya, dengan sesama manusia dengan hal-hal yang bermanfaat bagi semuanya, dan dengan lingkungannya. Warga NU selalu damai di hati dan damai di bumi. Dengan berdamai dan mendamaikan seluruh isi bumi, maka seluruh isi langitpun akan berdamai dan mendamaikan seluruh isi bumi.

Oleh sebab itu warga NU di mana saja dan kapan saja harus bisa memberikan rahmat kepada apa saja dan siapa saja. Dengan kata lain, warga NU harus bisa memayu hayuning bawana atau rahmatan lil ‘alamin, sebagai perilaku keagamaannya.

Sumber: Buku Aswaja dan Ke-NU-an, Ma'arif NU DIY, 2004