Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta Nasrani di kota Bushra yang bernama

Jum'at, 30 Oktober 2020 - 05:00 WIB

Ilustrasi/Ist

SUATU ketika Abu Thalib hendak melakukan ekspedisi dagang ke Syam bersama kafilah Quraisy. Kala itu, Muhammad masih berumur 12 tahun berkata, "Pamanku, kepada siapa engkau akan menitipkanku? Mengapa tidak kau ajak aku? Sementara aku tidak memiliki pelindung selain mu."

Perkataan Muhammad itu menjadikan Abu Thalib terharu. Maka diangkatnya tubuh Muhammad dan didudukkannya si atas hewan yang ditungganginya. Keduanya pun bersama-sama menempuh perjalanan ke negeri Syam. (Baca juga: PBB Turut Kecam Perilisan Karikatur Nabi Muhammad )

Mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi padang pasir, tak terpikirkan oleh Abu Thalib akan membawa keponakannya itu. Akan tetapi sang keponakan yang dengan ikhlas menyatakan akan menemani pamannya itu. Hal itu juga yang menghilangkan sikap ragu-ragu dalam hati Abu Thalib.

Muhammad turut serta dalam rombongan kafilah, hingga sampai di Bushra di sebelah selatan Syam. Dalam buku-buku riwayat hidup Muhammad diceritakan, bahwa dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan rahib Buahira . Dia adalah seorang mantan Yahudi yang menjadi rahib Kristen Nestorian.

Dalam kitab Adab Bizantium disebutkan, Buhaira adalah seorang rahib yang menganut aliran Airus Nasthuri, dan ia mengingkari Lahut al-Masih (Ketuhanan al-Masih) dan menyatakan bahwa penamaannya dengan sebutan tuhan tidak diperbolehkan. (Baca juga: Berkah Memperingati Maulid Nabi Muhammad Dapat Menolak Bala )

Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta Nasrani di kota Bushra yang bernama

Muhammad SAW bertemu dengan pendeta Buhaira saat pergi ke Syam.

REPUBLIKA.CO.ID, Saat berusia 12 tahun, Muhammad SAW mendampingi pamannya, Abu Thalib, berdagang ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, Muhammad bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira (Buhaira). Siapakah pendeta tersebut?

Dalam kitab Adab Bizantium disebutkan, Buhaira adalah seorang rahib yang menganut aliran Airus Nasthuri, dan ia mengingkari Lahut al-Masih (Ketuhanan al-Masih, dan menyatakan bahwa penamaannya dengan sebutan tuhan tidak diperbolehkan.

Menurut sejumlah peneliti, pertemuan antara Abu Thalib dan Muhammad dengan rahib atau pendeta Buhaira itu terjadi di dalam kuil pendeta Buhaira yang ada di Busra. Di tempat ini, terdapat sebuah tempat ibadah (gereja) yang diyakini banyak orang sebagai gereja Buhaira. Tempat tersebut berada di dekat kawasan Roman Theatre, yang dibangun pada masa pemerintah Romawi (Rum), oleh kaisar Julianus pada tahun 513-512 sebelum Masehi (SM).

Hanafi al-Mahlawi dalam bukunya Al-Amakin Al-Masyhurah Fi hayati Muhammad SAW (Harum Semerbak Tempat-tempat yang Dikunjungi Rasulullah SAW), menjelaskan, Rasul SAW pernah dua kali mengunjungi Syam, pertama saat bertemu dengan pendeta Buhaira, dan kedua ketika mengabarkan kemenangan Islam kepada penduduk setempat, sekitar tahun kelima kenabian.

Dalam Sirah Nabawiyah karya Ibn Ishaq diceritakan, Abu Thalib pergi menuju Syam dalam rangka berdagang, dan tatkala telah siap melakukan perjalanan, tiba-tiba ia merasa rindu dengan keponakannya dan ia ingin membawanya ke Syam.

Abu Thalib pun berkata, ''Sungguh aku ingin sekali mengajaknya pergi, ia tidak boleh terpisah dariku, dan aku tidak akan pernah meninggalkannya.'' Lalu mereka pergi bersama. Dan tatkala sampai di Bushra, mereka bertemu dengan seorang rahib Nasrani yang sedang berada di kuilnya, ia bernama Buhairi (tapi dalam kitab lain disebutkan bahwa namanya adalah Buhaira).

Sebelumnya, para kafilah dagang kerap bertemu dengannya, namun ia tidak pernah berkata sesuatu yang spesial kepada mereka. Akan tetapi, pada tahun itu, tatkala kafilah Abu Thalib berhenti di dekat kuilnya, sang rahib segera membuatkan banyak makanan untuk mereka. Hal ini dikarenakan ada sesuatu yang ia terawang (lihat) dari dalam kuilnya. Mereka mengatakan, bahwa ia melihat utusan Allah sedang berada diatas tunggangan dan terdapat awan yang terus menaunginya dari panas matahari, padahal ia berada di antara banyak orang.

Kemudian mereka tiba dan turun di dekat sebuah pohon serta melihat ke arah awan yang juga menaungi pohon, bahkan ranting-ranting pohon itu pun condong seolah menunduk pada Rasulullah SAW, hingga ia bisa berteduh di bawahnya. Dan ketika Buhaira melihat fenomena itu, ia pun turun dari kuilnya dan mengutus seseorang untuk menemui mereka.

Ia berkata, ''Aku telah membuatkan untuk kalian makanan dan minuman, wahai orang-orang Quraisy, dan aku sangat suka jika kalian semua bisa hadir dalam jamuan ini, baik yang besar, kecil, atau pun dari kalangan hamba sahaya dan orang-orang merdeka.''

Setelah berbasa-basi, kafilah Abu Thalib akhirnya menerima tawaran itu, dan bersedia menghadiri jamuan makanan dan minuman yang disediakan.

sumber : Harian Republika

Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta Nasrani di kota Bushra yang bernama

Kisah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Pendeta Nasrani Buhaira saat berdagang sewaktu masih kecil. (Foto: Freepik)

JAKARTA, iNews.id - Kisah pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Pendeta Nasrani Buhaira di kawasan Busyra, Syam (Syria) terjadi saat Nabi SAW masih kecil dan belum diangkat menjadi Rasul.

Bagaimana kisah pertemuan Nabi SAW dengan Buhaira?

Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah

Kisah pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan pendeta Nasrani Buhaira berawal ketika Nabi SAW yang saat itu berusia 12 tahun, versi lain menyebutkan 9 tahun, ikut berdagang dengan pamannya, Abu Thalib ke Negeri Syam (Syria).

Dilansir dari Buku Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) terbutan Kemenag, dalam perjalanan ke Syam, tatkala sampai di suatu tempat yang bernama Bushra, rombongannya itu bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira.

Buhaira awalnya beragama Yahudi namun menjadi rahib Kristen Nestorian. Dia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria).

Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah

Dinaungi Awan

Pendeta Bahira saat itu terheran-heran melihat sebuah kafilah dagang yang datang dari Makkah, kafilah ini sudah sering lewat, tapi kali ini tidak seperti biasanya.

Di atas mereka, ada awan yang menaungi perjalanan rombongan Nabi SAW. Ketika mereka berhenti di bawah sebuah pohon, awan itu pun berhenti. Pendeta ini memandangi rombongan ini seakan mencari sesuatu dari mereka.

Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah

Dia mendekat, lalu memegang tangan Muhammad SAW yang masih anak-anak sambil berkata: “Ini adalah pemimpin dunia dan Rasul Tuhan semesta alam, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta.

Pohon dan Batu Sujud

Beberapa sesepuh Quraisy bertanya: “Engkau tahu dari mana?” Saat kalian datang, pohon dan batu menunduk sujud. Kedua-duanya tidak sujud (kepada manusia) selain kepada seorang Nabi. Dan saya juga mengetahui dia (sebagai Nabi) dari khatam an-nubuwah yang ada di pundaknya….”

Pendeta Buhaira kemudian menjamu makan rombongan Abu Talib dengan maksud untukmemperhatikan satu per satu orang yang manakah yang telah membawatanda-tanda ke-Nabiannya itu?

Semula Nab SAW tidak pergi ke rumah pendeta, dan selaku anak kecil dia tinggal menunggu barang dagangannya itu. Setelah pendeta tidak menemukan yang di carinya, maka bertanyalah dia kepada Abu Thalib:

“Adakah di antara tuan-tuan yang belum datang ke mari? Saya ini akan menjamu semuanya.”Sahut Abu Thalib, “Ada seorang anak kecil, kemenakan saya sendiri, dia sedang menunggu barang dagangan.”

Jawab pendeta itu: “Bawalah dia ke mari sekali pun dia masih kanak-kanak”. Kemudian Muhammad datanglah ke tempat pendeta itu.

Setelah bertemu, maka pendeta itu memperhatikan gerak-gerik dan sifat-sifat, serta tanda yang dicarinya. Semuanya itu terdapat pada diri Muhammad.

Maka pendeta pun memuji-muji Muhammad dan memberi nasihat kepada Abu Thalib, supaya anak ini dipelihara baik-baik, karena anak inilah yang akan menjadi pemimpin ummat di kemudian hari.

Andaikata diketahui oleh orang Yahudi, bahwa anak inilah yang menjadi Rasul di kemudian hari, tentulah mereka berusaha untuk membunuhnya. Orang Yahudi mempunyai sifat busuk hati, dan mereka menginginkan orang yang menjadi Rasul itu hendaknya dari kalangan Bani Israil saja, jangan dari bangsa lain (Arab).Berita tentang diri Nabi Muhammad Saw.

Bahwa ia akan menjadi pemimpin dunia dan Nabi diperkuat dengan tanda-tanda waktu kelahirannya. Tanda-tanda tersebut diperkuat juga oleh penjelasan pendeta Buhaira.

Keajaiban awan ini sangat terkenal dan telah disaksikan oleh banyak orang termasuk Maisarah di saat pergi bersama Muhammad SAW ke daerah Syam membawa dagangan Khadijah, demikian juga Khadijah, pembantu-pembantu wanitanya, dan lainnya.

Tanda Kenabian di Antara Dua Pundak Rasulullah

Tanda kenabian yang satu ini disebut dengan Khatam An-Nubuwwah yang dia bawa sejak lahir. Khatam An-Nubuwwah artinya stempel kenabian. Tanda ini adalah tahi lalat berwarna hitam kekuning-kuningan. Sebahagian ulama mengatakan disitu tertulis “Muhammad rasul utusan Allah.

Selain keajaiban awan, tanda ini telah membuat pendeta Buhaira menyuruh Abu Thalib yang sedang berdagang di Syam untuk segera membawa Muhammad Saw pulang ke Makkah. Sebab, dia khawatir jikaorang-orang Yahudi yang mengetahuinya akan membunuhnya karena iri.

Tanda ini juga yang dicari oleh seorang shahabat berkebangsaan Persia, Salman Alfarisy atas wasiat dari seorang pendeta Kristen Umuriyah, Wilayah Romawi.Tanda ini pula yang diselidiki oleh Tanukhi atas perintah raja Romawi Timur, yang pada akhirnya membuatnya masuk Islam.

Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Tholib segera membawa Muhammad pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Tholib tidak pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.

Jalur yang dilewati kafilah Abu Tholib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.

Berita Kenabian Muhammad SAW Disampaikan Nabi Isa As

Berita kerasulan Muhammad Saw yang disampaikan oleh pedagang Yahudi di Makkah, penduduk Yahudi Madinah, pendeta Buhaira di wilayahSyam dan pendeta Waraqah bin Naufal di Makkah mengisayaratkan adanya kabar tersebut dari kitab dan para Nabi dahulu.

Tanda-tanda kerasulanMuhammad Saw yang diselidiki oleh Salman Al-Farisy atas wasiat seorang pendeta Kristen Umuriyah dan oleh Tanukhi, utusan raja Romawi Timur disaat itu, juga semakin memperjelas masalah ini.

Tentang adanya pemberitaan dari Nabi Isa As, Allah Swt menegaskan di dalam Al Quran dalam Surat Ash Shaf ayat 6:

وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ - ٦

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As Shaf Ayat 6).

Peristiwa-peristiwa ini merupakan bukti bahwa Nabi Muhammad Saw.adalah benar-benar sebagai (utusan) Allah SWT yang mendapat tugas untukmenyelamatkan umat manusia dari jalan yang sesat.

Wallahu A'lam