Tags (tagged): unkris, wedangga, upanishad, aitareya brihadaranyaka isa, ramacaritamanasa shikshapatri, wacanamruta, portal, enam bagian, antaranya siksha, ik, fonetika, kajian bagi, para siswa, dalam, mempelajari veda kemudian, para, center, of, studies history of, indian literatur, motilal, barnarsidass delhi 1985, wedangga center, studies, program kuliah, pegawai, kelas weekend, center of, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia Show
Page 2Tags (tagged): wedangga, unkris, vedanga iast, ved, ga berarti bagian, bagian merupakan, veda, wedangga memiliki enam, bagian antaranya, astronomi, kalpa kalpa ilmu, mengenai upacara, keagamaan, disiplin ilmu wedangga, sebagai ilmu, mandiri, center of studies, english translation, history, of indian literatur, motilal wedangga, center of, studies, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, center, of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 3Tags (tagged): wedangga, unkris, upanishad upanishad, aitareya, brihadaranyaka isa, ramacaritamanasa, shikshapatri wacanamruta, portal, enam bagian antaranya, siksha ik, fonetika, kajian bagi para, siswa dalam, mempelajari, veda kemudian para, center of, studies, history of indian, literatur motilal, barnarsidass, delhi 1985 wedangga, wedangga unkris, center, of studies, program kuliah, pegawai, kelas weekend, kelas eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia Page 4Tags (tagged): wedangga, unkris, upanishad upanishad, aitareya, brihadaranyaka isa, ramacaritamanasa, shikshapatri wacanamruta, portal, enam bagian antaranya, siksha ik, fonetika, kajian bagi para, siswa dalam, mempelajari, veda kemudian para, pusat ilmu, pengetahuan, history of indian, literatur motilal, barnarsidass, delhi 1985 wedangga, wedangga unkris, pusat, ilmu pengetahuan, program kuliah, pegawai, kelas weekend, kelas eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 5Tags (tagged): wedangga, unkris, vedanga iast, ved, ga berarti bagian, bagian merupakan, veda, wedangga memiliki enam, bagian antaranya, astronomi, kalpa kalpa ilmu, mengenai upacara, keagamaan, disiplin ilmu wedangga, sebagai ilmu, mandiri, pusat ilmu pengetahuan, english translation, history, of indian literatur, motilal wedangga, pusat ilmu, pengetahuan, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, pusat, ilmu pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia Page 6Tags (tagged): unkris, chanda, sastra, tertua, ada chandasastra disebutkan, pula, mylius, klaus, 1983 geschichte der, altindischen literatur, london, england e v, arnold 1905, vedic, metre in its, historical, and, m, a mehendale motilal, banarsidass 25, isbn, 81 208 86, 6, pusat, ilmu, pengetahuan computer science, department of, anna, university chennai chanda, pusat ilmu, pengetahuan, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, ilmu pengetahuan, eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 7Tags (tagged): unkris, chanda, wedangga, siksha, chanda wyakarana nirukta, jyotisha kalpa, ada, chandasastra disebutkan pula, sastra sastra, restored, text department of, sanskrit and, indian, studies, of the, gveda by, v, g paranjpe and, m a, mehendale, motilal, pusat ilmu, pengetahuan sastra, hindu, veda wedangga kategori, tersembunyi chanda, pusat, ilmu pengetahuan, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, ilmu, pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 8Tags (tagged): unkris, chanda, wedangga, siksha, chanda wyakarana nirukta, jyotisha kalpa, ada, chandasastra disebutkan pula, sastra sastra, restored, text department of, sanskrit and, indian, studies, of the, gveda by, v, g paranjpe and, m a, mehendale, motilal, center of, studies sastra, hindu, veda wedangga kategori, tersembunyi chanda, center, of studies, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, of, kelas eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia Page 9Tags (tagged): unkris, chanda, sastra, tertua, ada chandasastra disebutkan, pula, mylius, klaus, 1983 geschichte der, altindischen literatur, london, england e v, arnold 1905, vedic, metre in its, historical, and, m, a mehendale motilal, banarsidass 25, isbn, 81 208 86, 6, center, of, studies computer science, department of, anna, university chennai chanda, center of, studies, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, of studies, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia Page 10Tags (tagged): cigugur, kuningan, unkris, daftar, isi batas batas, wilayah 2, desa, www wikimapia, org lat, 6, 9744796 lon 108, 46795 z, 14, l m, nata, de coco, dari, kelurahan winduherang gipsum, cileuleuy, cisantana, gunungkeling puncak kelurahan, center of, studies, subang kategori kecamatan, jawa barat, kecamatan, kuningan center, of studies Page 11Tags (tagged): cigugur, kuningan, unkris, ikannya dianggap kramat, 1920 1933, 6 9744796 lon, 108 46795, z, 14 l m, b daftar, desa, jumlah, ha jumlah, pertanian a, padi, 664 5 b, bawang merah, 10, c padi, tari, buyung dipentaskan, pada, acara seren taun, tari buncis, center, of studies luragung, maleber mandirancan, nusaherang, pancalang cigugur, center of, studies Page 12Tags (tagged): cigugur, kuningan, unkris, ikannya dianggap kramat, 1920 1933, 6 9744796 lon, 108 46795, z, 14 l m, b daftar, desa, jumlah, ha jumlah, pertanian a, padi, 664 5 b, bawang merah, 10, c padi, tari, buyung dipentaskan, pada, acara seren taun, tari buncis, pusat, ilmu pengetahuan luragung, maleber mandirancan, nusaherang, pancalang cigugur, pusat ilmu, pengetahuan Page 13Tags (tagged): cigugur, kuningan, unkris, daftar, isi batas batas, wilayah 2, desa, www wikimapia, org lat, 6, 9744796 lon 108, 46795 z, 14, l m, nata, de coco, dari, kelurahan winduherang gipsum, cileuleuy, cisantana, gunungkeling puncak kelurahan, pusat ilmu, pengetahuan, subang kategori kecamatan, jawa barat, kecamatan, kuningan pusat, ilmu pengetahuan Page 14
Kabupaten Kuningan, yaitu suatu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya yaitu Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di ronde timur Jawa Barat, bersamaan batasnya dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 disktrik, yang dibagi lagi atas sebanyak 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Disktrik Kuningan. Ronde timur wilayah kabupaten ini yaitu dataran rendah, sedang di ronde barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah disebut dengan Gunung Ciremai, gunung ini mempunyai di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai yaitu gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDianggarkan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini berlandaskan pada beberapa peninggalan kehidupan di abad pra sejarah yang menunjukkan mempunyainya kehidupan pada abad Neoliticum dan batu-batu besar yang adalah peninggalan dari aturan sejak dahulu kala istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut mampu dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga dianggarkan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah mempunyai aturan sejak dahulu kala istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari merasakan dua kali masa pemukiman, yaitu masa yang belakang sekali Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu warga telah mengenal organisasi yang patut serta keyakinan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan aturan sejak dahulu kala dari batu-batu besar dari abad megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan diceritakan bahwa mempunyai suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya suatu negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang pengahabisan bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut nasihat Dangiang Kuning dan berpegang untuk Sanghiyang Dharma (Nasihat Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada abad kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup terlindung dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berlandaskan sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia mesti mengalahkan dahulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana pemikiran Tritangtu dalam pemikiran pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut aturan sejak dahulu kala tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala aturan sejak dahulu kala, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Karenanyanya Kerajaan Kuningan waktu diurus tokoh ‘Triumvirat’ ini mempunyai dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang berbakat di rondenya. Atur anggaran hukum/masalah aturan sejak dahulu kala selalu dijalankan adan ditaati, masalah keyakinan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah yaitu murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Pengahabisan Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel sebagai menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan untuk Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat berhasrat menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, berikutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pimpinan Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakangan agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang yang belakang sekalinya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai melewati ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang berasal dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dibuat menjadi tempat dilakukannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilaksanakan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), karenanya diambil jalan tengah bila perjanjian dipersiapkan di Linggarjati, Kuningan. Hari Minggu pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Dia berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Dia tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dibuat menjadi tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang pengahabisan dibuat menjadi hotel terapung selama perjanjian berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, suatu desa tidak jauh Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi menyelenggarakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah warga negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Ronde timur wilayah kabupaten ini yaitu dataran rendah, sedang di ronde barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai yaitu gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamankan dari posisi geografisnya terletak di ronde timur Jawa Barat mempunyai pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif bersamaan batasnya dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 disktrik, yang dibagi lagi atas sebanyak 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Disktrik Kuningan. Berikut yaitu kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan ronde Barat dan ronde Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang persangkaan rendah seperti wilayah Kuningan ronde Timur dengan ketinggian selang 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten KuninganKondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang mempunyai di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Beberapa besar wilayah Kabupaten Kuningan mempunyai pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang sampai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh karenanya ketinggian adalah salah saru faktor yang menentukan dalam pola penggunaan area sebagai pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu berlandaskan dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut mempunyai bentang lingkungan kehidupan yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten KuninganBeberapa besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan beberapa kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan beberapa kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga mengakibatkan rusaknya ronde fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi yaitu faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dibuat menjadi lima kelas, yaitu :
Jenis TanahBerlandaskan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan mempunyai 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiMasyarakat Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Masyarakat (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Hasrat Hidup (AHH) 70,76 tahun. Masyarakat laki-laki sebanyak 580.796 orang dan masyarakat perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % berfaedah banyak masyarakat perempuan lebih banyak dibanding masyarakat laki-laki. Dianggarkan nyaris 25% masyarakat Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dsb-nya. Masyarakat Kuningan umumnya memakai bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Masyarakat Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas masyarakat yang menganut arus Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat masyarakat yang menganut arus keyakinan yang disebut Arus Jawa Sunda. Sebagain besar masyarakat kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dsb-nya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berlainan dengan tahun sebelumnya yaitu sampai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) adalah perbandngan selang masyarakat yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan masyarakat usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 masyarakat usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 masyarakat usia belum/tidak produktif. Sebagai lebih lengkapnya data masyarakat serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini. PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase masyarakat dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan sampai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken mempunyainya perbaikan dibuat menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah masyarakat Kabupaten Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat dibuat menjadi 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase masyarakat Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang masyarakat 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa sebagai siswa berkebutuhan khusus sekarang telah banyak ditampung di suatu lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, diantaranya SLBN Kuningan. Seni dan AdatSebagai wilayah yang mempunyai di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya hendak seni adat Sunda yang khas, berlainan dari wilayah Sunda ronde barat. Berikut yaitu seni adat yang mengembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan: Tabel Seni dan Adat di wilayah Kabupaten Kuningan
PemerintahanSebagai suatu Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi sebagai tahun 2008, awal mulanya Kabupaten Kuningan menyelenggarakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut yaitu daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal jalan darat di Kabupaten Kuningan yaitu sepanjang 446,10 Kilometer Banyak pelanggan yang telah terdaftar sampai tahun 2002 yaitu sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom sebagai kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas prasarana OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan yaitu Stadion Mashud Wisnusaputra yang adalah markas dari tim kesayangan kota Kuningan yaitu Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena mampu dicapai dari semua penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ sebagai tingkat nasional. Pernah dipakai sebagai homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung yaitu Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dibuat menjadi sebagai tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Besar Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Tujuan WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Tautan Luar
edunitas.com Page 15
Kabupaten Kuningan, yaitu sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya yaitu Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di ronde timur Jawa Barat, bersamaan batasnya dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 disktrik, yang dibagi lagi atas sebanyak 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Disktrik Kuningan. Ronde timur wilayah kabupaten ini yaitu dataran rendah, sedang di ronde barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah disebut dengan Gunung Ciremai, gunung ini mempunyai di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai yaitu gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDianggarkan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini berlandaskan pada beberapa peninggalan kehidupan di masa waktu seratus tahun pra sejarah yang menunjukkan mempunyainya kehidupan pada masa waktu seratus tahun Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan peninggalan dari aturan sejak dahulu kala istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga dianggarkan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah mempunyai aturan sejak dahulu kala istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa yang akhir sekali Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu warga telah mengenal organisasi yang patut serta keyakinan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan aturan sejak dahulu kala dari batu-batu besar dari masa waktu seratus tahun megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan diceritakan bahwa mempunyai suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang pengahabisan bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut nasihat Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Nasihat Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada masa waktu seratus tahun kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup terlindung dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berlandaskan sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana pemikiran Tritangtu dalam pemikiran pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut aturan sejak dahulu kala tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala aturan sejak dahulu kala, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Karenanyanya Kerajaan Kuningan waktu diurus tokoh ‘Triumvirat’ ini mempunyai dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang berbakat di rondenya. Atur anggaran hukum/masalah aturan sejak dahulu kala selalu dijalankan adan ditaati, masalah keyakinan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah yaitu murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Pengahabisan Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat berhasrat menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, berikutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakangan agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang yang akhir sekalinya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai melewati ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang berasal dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dibuat menjadi tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan diterapkan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), karenanya diambil jalan tengah bila akad dipersiapkan di Linggarjati, Kuningan. Hari Minggu pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Dia berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Dia tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dibuat menjadi tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang pengahabisan dibuat menjadi hotel terapung selama akad berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, sebuah desa tidak jauh Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah warga negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Ronde timur wilayah kabupaten ini yaitu dataran rendah, sedang di ronde barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai yaitu gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamankan dari posisi geografisnya terletak di ronde timur Jawa Barat mempunyai pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif bersamaan batasnya dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 disktrik, yang dibagi lagi atas sebanyak 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Disktrik Kuningan. Berikut yaitu kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan ronde Barat dan ronde Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang persangkaan rendah seperti wilayah Kuningan ronde Timur dengan ketinggian selang 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang mempunyai di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuningan mempunyai pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang sampai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan dalam pola penggunaan area untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut mempunyai bentang lingkungan kehidupan yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga mengakibatkan rusaknya ronde fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi yaitu faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dibuat menjadi lima kelas, yaitu :
Jenis TanahBerlandaskan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan mempunyai 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiMasyarakat Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Masyarakat (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Hasrat Hidup (AHH) 70,76 tahun. Masyarakat laki-laki sebanyak 580.796 orang dan masyarakat perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % gunanya jumlah masyarakat perempuan lebih banyak dibanding masyarakat laki-laki. Dianggarkan nyaris 25% masyarakat Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dsb-nya. Masyarakat Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Masyarakat Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas masyarakat yang menganut arus Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat masyarakat yang menganut arus keyakinan yang disebut Arus Jawa Sunda. Sebagain besar masyarakat kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dsb-nya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berlainan dengan tahun sebelumnya yaitu sampai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan selang masyarakat yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan masyarakat usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 masyarakat usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 masyarakat usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data masyarakat serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase masyarakat dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan sampai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken mempunyainya perbaikan dibuat menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah masyarakat Kabupaten Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat dibuat menjadi 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase masyarakat Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang masyarakat 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, diantaranya SLBN Kuningan. Seni dan AdatSebagai wilayah yang mempunyai di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya hendak seni adat Sunda yang khas, berlainan dari wilayah Sunda ronde barat. Berikut yaitu seni adat yang mengembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan: Tabel Seni dan Adat di wilayah Kabupaten Kuningan
PemerintahanSebagai sebuah Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut yaitu daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal jalan darat di Kabupaten Kuningan yaitu sepanjang 446,10 Kilometer Jumlah pelanggan yang telah terdaftar sampai tahun 2002 yaitu sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom untuk kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas prasarana OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan yaitu Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan yaitu Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari semua penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah dipakai sebagai homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung yaitu Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dibuat menjadi sebagai tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Besar Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Tujuan WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Tautan Luar
edunitas.com Page 16
Kabupaten Kuningan, yaitu sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya yaitu Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di ronde timur Jawa Barat, bersamaan batasnya dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 disktrik, yang dibagi lagi atas sebanyak 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Disktrik Kuningan. Ronde timur wilayah kabupaten ini yaitu dataran rendah, sedang di ronde barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah disebut dengan Gunung Ciremai, gunung ini mempunyai di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai yaitu gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDianggarkan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini berlandaskan pada beberapa peninggalan kehidupan di masa waktu seratus tahun pra sejarah yang menunjukkan mempunyainya kehidupan pada masa waktu seratus tahun Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan peninggalan dari aturan sejak dahulu kala istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga dianggarkan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah mempunyai aturan sejak dahulu kala istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa yang akhir sekali Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu warga telah mengenal organisasi yang patut serta keyakinan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan aturan sejak dahulu kala dari batu-batu besar dari masa waktu seratus tahun megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan diceritakan bahwa mempunyai suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang pengahabisan bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut nasihat Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Nasihat Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada masa waktu seratus tahun kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup terlindung dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berlandaskan sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana pemikiran Tritangtu dalam pemikiran pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut aturan sejak dahulu kala tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala aturan sejak dahulu kala, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Karenanyanya Kerajaan Kuningan waktu diurus tokoh ‘Triumvirat’ ini mempunyai dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang berbakat di rondenya. Atur anggaran hukum/masalah aturan sejak dahulu kala selalu dijalankan adan ditaati, masalah keyakinan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah yaitu murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Pengahabisan Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat berhasrat menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, berikutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakangan agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang yang akhir sekalinya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai melewati ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang berasal dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dibuat menjadi tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan diterapkan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), karenanya diambil jalan tengah bila akad dipersiapkan di Linggarjati, Kuningan. Hari Minggu pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Dia berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Dia tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dibuat menjadi tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang pengahabisan dibuat menjadi hotel terapung selama akad berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, sebuah desa tidak jauh Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah warga negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Ronde timur wilayah kabupaten ini yaitu dataran rendah, sedang di ronde barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai yaitu gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamankan dari posisi geografisnya terletak di ronde timur Jawa Barat mempunyai pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif bersamaan batasnya dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 disktrik, yang dibagi lagi atas sebanyak 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Disktrik Kuningan. Berikut yaitu kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan ronde Barat dan ronde Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang persangkaan rendah seperti wilayah Kuningan ronde Timur dengan ketinggian selang 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang mempunyai di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuningan mempunyai pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang sampai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan dalam pola penggunaan area untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut mempunyai bentang lingkungan kehidupan yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga mengakibatkan rusaknya ronde fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi yaitu faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dibuat menjadi lima kelas, yaitu :
Jenis TanahBerlandaskan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan mempunyai 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiMasyarakat Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Masyarakat (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Hasrat Hidup (AHH) 70,76 tahun. Masyarakat laki-laki sebanyak 580.796 orang dan masyarakat perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % gunanya jumlah masyarakat perempuan lebih banyak dibanding masyarakat laki-laki. Dianggarkan nyaris 25% masyarakat Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dsb-nya. Masyarakat Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Masyarakat Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas masyarakat yang menganut arus Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat masyarakat yang menganut arus keyakinan yang disebut Arus Jawa Sunda. Sebagain besar masyarakat kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dsb-nya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berlainan dengan tahun sebelumnya yaitu sampai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan selang masyarakat yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan masyarakat usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 masyarakat usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 masyarakat usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data masyarakat serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase masyarakat dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan sampai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken mempunyainya perbaikan dibuat menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah masyarakat Kabupaten Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat dibuat menjadi 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase masyarakat Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang masyarakat 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, diantaranya SLBN Kuningan. Seni dan AdatSebagai wilayah yang mempunyai di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya hendak seni adat Sunda yang khas, berlainan dari wilayah Sunda ronde barat. Berikut yaitu seni adat yang mengembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan: Tabel Seni dan Adat di wilayah Kabupaten Kuningan
PemerintahanSebagai sebuah Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut yaitu daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal jalan darat di Kabupaten Kuningan yaitu sepanjang 446,10 Kilometer Jumlah pelanggan yang telah terdaftar sampai tahun 2002 yaitu sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom untuk kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas prasarana OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan yaitu Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan yaitu Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari semua penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah dipakai sebagai homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung yaitu Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dibuat menjadi sebagai tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Besar Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Tujuan WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Tautan Luar
edunitas.com Page 17Tags (tagged): regency of kupang, unkris, regency, of, kupang, of kupang, oelamasi pemerintahan bupati, drs ayub, titu, eki ms phd, oelamasi 3, mulai, 22 oktober 2010, setelah sebelumnya, 20, kabupaten kupang memiliki, batas batas, wilayah, timur kecamatan amabi, oefeto timur, amarasi, barat, center of, studies nagekeo, ngada, rote ndao sabu, raijua sikka, sumba, barat sumba regency Page 18Tags (tagged): regency of kupang, unkris, regency, of, kupang, of kupang, oelamasi pemerintahan bupati, drs ayub, titu, eki ms phd, oelamasi 3, mulai, 22 oktober 2010, setelah sebelumnya, 20, kabupaten kupang memiliki, batas batas, wilayah, timur kecamatan amabi, oefeto timur, amarasi, barat, center of, studies nagekeo, ngada, rote ndao sabu, raijua sikka, sumba, barat sumba regency Page 19Tags (tagged): kabupaten kupang, unkris, oelamasi pemerintahan, bupati, drs ayub titu, eki ms, phd, oelamasi 3 mulai, 22 oktober, 2010, setelah sebelumnya, 20, memiliki, batas batas wilayah, timur kecamatan, amabi, oefeto timur amarasi, barat, pusat, ilmu, pengetahuan nagekeo ngada, rote ndao, sabu, raijua sikka sumba, barat sumba, kabupaten, kupang Page 20Tags (tagged): kabupaten kupang, unkris, oelamasi pemerintahan, bupati, drs ayub titu, eki ms, phd, oelamasi 3 mulai, 22 oktober, 2010, setelah sebelumnya, 20, memiliki, batas batas wilayah, timur kecamatan, amabi, oefeto timur amarasi, barat, pusat, ilmu, pengetahuan nagekeo ngada, rote ndao, sabu, raijua sikka sumba, barat sumba, kabupaten, kupang Page 21Kabupaten Kuningan, adalah suatu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di anggota timur Jawa Barat, bersamaan batasnya dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah dikata dengan Gunung Ciremai, gunung ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDiperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini sesuai pada sebagian peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan beradanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu akbar yang merupakan peninggalan dari hukum budaya istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tsb dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur adalah dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa peralatan dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki hukum budaya istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, adalah masa belakang Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM hingga dengan 500 M. Pada masa itu warga telah mengenal organisasi yang berpihak kepada yang benar serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan hukum budaya dari batu-batu akbar dari zaman megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan dipercakapkan bahwa berada suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya suatu negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tsb berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan untuk Raja yang selanjutnya bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut petuah Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Petuah Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang hingga ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup lepas sama sekali dari bahaya dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta hingga berusia lama. Sesuai sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia mesti mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), adalah tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut hukum budaya tradisi masa itu, yang bertindak untuk Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala hukum budaya, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan masa dikelola tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang pakar di seginya. Atur aturan hukum/masalah hukum budaya selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Keseluruhan sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas sama sekali dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama akbar agama Islam adalah Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Selanjutnya Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada masa Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada masa 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat bersedia menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada masa itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pimpinan Kuningan yang bersumber atau mempunyai latar balik agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang berakhir menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan masa itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai menempuh ikatan perkawinan. Masa itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bersumber dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga selang lain pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dijadikan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilaksanakan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), maka diambil perlintasan tengah jika kontrak diselenggarakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Ahad pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Beliau berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Beliau tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dijadikan tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang selanjutnya dijadikan hotel terapung selama kontrak berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, suatu desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah berwarga-negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamati dari jabatan geografisnya terletak di anggota timur Jawa Barat berada pada lintasan perlintasan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan untuk perlintasan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif bersamaan batasnya dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan anggota Barat dan anggota Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, hingga ke dataran yang lebih kurang rendah seperti wilayah Kuningan anggota Timur dengan ketinggian selang 120 meter hingga dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi adalah dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian akbar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang memilihkan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tsb memiliki bentang dunia yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
Sebagian akbar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur masih dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tsb berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga mempunyai kesudahan suatu peristiwa rusaknya babak fisika, kimia dan biologi tanah tsb. Sebagian faktor yang berpengaruh terhadap akbar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dijadikan lima kelas, yaitu :
Jenis TanahSesuai penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) kelompok tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiPenduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki sebanyak 580.796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % gunanya banyak penduduk perempuan banyakan dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan nyaris 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota akbar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan untuknya. Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam lebih kurang 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang banyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang dikata Aliran Jawa Sunda. Sebagain akbar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian untuk petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan untuk Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan untuknya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh selisih dengan tahun sebelumnya adalah mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan selang penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta sebagian informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk matang yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken beradanya perbaikan dijadikan 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan lebih kurang 8,33 tahun meningkat dijadikan 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; berhenti SMP sebesar 13,73 persen; berhenti SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang berhenti pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus sekarang telah banyak ditampung di suatu lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, selang lain SLBN Kuningan. Seni dan BudayaUntuk wilayah yang berada di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, selisih dari wilayah Sunda anggota barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan: Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
PemerintahanUntuk suatu Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, awal mulanya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal perlintasan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km Banyak pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom untuk kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan adalah Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan adalah Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari semua penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah dipakai untuk homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung adalah Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dijadikan untuk tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Luhur Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Sasaran WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Pranala Luar
edunitas.com Page 22Kabupaten Kuningan, adalah suatu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di anggota timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah dikata dengan Gunung Ciremai, gunung ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDiperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini sesuai pada sebagian peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan beradanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu akbar yang merupakan peninggalan dari hukum budaya istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tsb dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur adalah dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa peralatan dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki hukum budaya istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, adalah masa belakang Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM hingga dengan 500 M. Pada waktu itu warga telah mengenal organisasi yang berpihak kepada yang benar serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan hukum budaya dari batu-batu akbar dari zaman megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan dipercakapkan bahwa berada suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya suatu negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tsb berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan untuk Raja yang selanjutnya bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut segala sesuatu yang diajarkan Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Segala sesuatu yang diajarkan Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang hingga ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup lepas sama sekali dari bahaya dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta hingga berusia lama. Sesuai sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), adalah tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut hukum budaya tradisi waktu itu, yang bertindak untuk Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala hukum budaya, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikelola tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang pakar di seginya. Atur aturan hukum/masalah hukum budaya selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Keseluruhan sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas sama sekali dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama akbar agama Islam adalah Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Selanjutnya Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat bersedia menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pimpinan Kuningan yang bersumber atau mempunyai latar balik agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang berakhir menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai menempuh ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bersumber dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga selang lain pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dijadikan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilaksanakan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), maka diambil perlintasan tengah jika kontrak disediakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Ahad pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Beliau berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Beliau tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dijadikan tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang selanjutnya dijadikan hotel terapung selama kontrak berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, suatu desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah berwarga-negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamati dari jabatan geografisnya terletak di anggota timur Jawa Barat berada pada lintasan perlintasan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan untuk perlintasan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan anggota Barat dan anggota Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, hingga ke dataran yang lebih kurang rendah seperti wilayah Kuningan anggota Timur dengan ketinggian selang 120 meter hingga dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten KuninganKondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi adalah dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian akbar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang memilihkan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tsb memiliki bentang dunia yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten KuninganSebagian akbar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur masih dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tsb berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berdampak rusaknya babak fisika, kimia dan biologi tanah tsb. Sebagian faktor yang berpengaruh terhadap akbar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dijadikan lima kelas, yaitu :
Jenis TanahSesuai penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiPenduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki sebanyak 580.796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % gunanya banyak penduduk perempuan banyakan dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan nyaris 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota akbar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan untuknya. Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam lebih kurang 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang banyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang dikata Aliran Jawa Sunda. Sebagain akbar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian untuk petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan untuk Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan untuknya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya adalah mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan selang penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta sebagian informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini. PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk matang yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken beradanya perbaikan dijadikan 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan lebih kurang 8,33 tahun meningkat dijadikan 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; berhenti SMP sebesar 13,73 persen; berhenti SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang berhenti pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus sekarang telah banyak ditampung di suatu lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, selang lain SLBN Kuningan. Seni dan BudayaUntuk wilayah yang berada di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda anggota barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan: Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
PemerintahanUntuk suatu Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal perlintasan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km Banyak pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom untuk kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan adalah Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan adalah Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari seluruh penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah dipakai untuk homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung adalah Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dijadikan untuk tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Luhur Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Tujuan WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Pranala Luar
edunitas.com Page 23Kabupaten Kuningan, adalah suatu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di anggota timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah dikata dengan Gunung Ciremai, gunung ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDiperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini sesuai pada sebagian peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan beradanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu akbar yang merupakan peninggalan dari hukum budaya istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tsb dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur adalah dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa peralatan dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki hukum budaya istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, adalah masa belakang Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM hingga dengan 500 M. Pada waktu itu warga telah mengenal organisasi yang berpihak kepada yang benar serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan hukum budaya dari batu-batu akbar dari zaman megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan dipercakapkan bahwa berada suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya suatu negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tsb berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan untuk Raja yang selanjutnya bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut segala sesuatu yang diajarkan Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Segala sesuatu yang diajarkan Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang hingga ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup lepas sama sekali dari bahaya dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta hingga berusia lama. Sesuai sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), adalah tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut hukum budaya tradisi waktu itu, yang bertindak untuk Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala hukum budaya, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikelola tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang pakar di seginya. Atur aturan hukum/masalah hukum budaya selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Keseluruhan sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas sama sekali dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama akbar agama Islam adalah Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Selanjutnya Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat bersedia menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pimpinan Kuningan yang bersumber atau mempunyai latar balik agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang berakhir menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai menempuh ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bersumber dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga selang lain pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dijadikan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilaksanakan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), maka diambil perlintasan tengah jika kontrak disediakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Ahad pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Beliau berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Beliau tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dijadikan tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang selanjutnya dijadikan hotel terapung selama kontrak berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, suatu desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah berwarga-negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamati dari jabatan geografisnya terletak di anggota timur Jawa Barat berada pada lintasan perlintasan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan untuk perlintasan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan anggota Barat dan anggota Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, hingga ke dataran yang lebih kurang rendah seperti wilayah Kuningan anggota Timur dengan ketinggian selang 120 meter hingga dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten KuninganKondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi adalah dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian akbar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang memilihkan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tsb memiliki bentang dunia yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten KuninganSebagian akbar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur masih dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tsb berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berdampak rusaknya babak fisika, kimia dan biologi tanah tsb. Sebagian faktor yang berpengaruh terhadap akbar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dijadikan lima kelas, yaitu :
Jenis TanahSesuai penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiPenduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki sebanyak 580.796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % gunanya banyak penduduk perempuan banyakan dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan nyaris 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota akbar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan untuknya. Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam lebih kurang 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang banyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang dikata Aliran Jawa Sunda. Sebagain akbar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian untuk petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan untuk Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan untuknya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya adalah mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan selang penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta sebagian informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini. PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk matang yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken beradanya perbaikan dijadikan 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan lebih kurang 8,33 tahun meningkat dijadikan 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; berhenti SMP sebesar 13,73 persen; berhenti SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang berhenti pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus sekarang telah banyak ditampung di suatu lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, selang lain SLBN Kuningan. Seni dan BudayaUntuk wilayah yang berada di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda anggota barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan:
PemerintahanUntuk suatu Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal perlintasan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km Banyak pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom untuk kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan adalah Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan adalah Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari seluruh penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah dipakai untuk homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung adalah Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dijadikan untuk tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Luhur Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Tujuan WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Pranala Luar
edunitas.com Page 24Kabupaten Kuningan, adalah suatu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di selang 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di anggota timur Jawa Barat, bersamaan batasnya dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah dikata dengan Gunung Ciremai, gunung ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Asal nama KuninganSejarahMasa Pra sejarahDiperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di kawasan Kuningan, hal ini sesuai pada sebagian peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan beradanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu akbar yang merupakan peninggalan dari hukum budaya istiadat Megaliticum. Bukti peninggalan tsb dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur adalah dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa peralatan dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki hukum budaya istiadat tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, adalah masa belakang Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM hingga dengan 500 M. Pada masa itu warga telah mengenal organisasi yang berpihak kepada yang benar serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan hukum budaya dari batu-batu akbar dari zaman megaliticum. Masa HinduDalam carita Parahyangan dipercakapkan bahwa berada suatu pemukiman yang mempunyai daya politik penuh seperti halnya suatu negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tsb berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan untuk Raja yang selanjutnya bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut petuah Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Petuah Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang hingga ke negeri Melayu. Pada ketika itu warga Kuningan merasa hidup lepas sama sekali dari bahaya dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta hingga berusia lama. Sesuai sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia mesti mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), adalah tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut hukum budaya tradisi masa itu, yang bertindak untuk Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selangku pemegang kepala hukum budaya, Sang Resi selangku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan masa dikelola tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, atur tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang pakar di seginya. Atur aturan hukum/masalah hukum budaya selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Keseluruhan sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Masa IslamSejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas sama sekali dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama akbar agama Islam adalah Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin kawasan ampeldenta di Surabaya. Selanjutnya Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada masa Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada masa 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat bersedia menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke kawasan Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada masa itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pimpinan Kuningan yang bersumber atau mempunyai latar balik agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang berakhir menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan masa itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berlanjut dengan damai menempuh ikatan perkawinan. Masa itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bersumber dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga selang lain pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani. Pasca KemerdekaanKuningan dijadikan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilaksanakan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibukota sementara RI), maka diambil perlintasan tengah jika kontrak diselenggarakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Ahad pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Beliau berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Beliau tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus dijadikan tempat perundingan. Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang selanjutnya dijadikan hotel terapung selama kontrak berlanjut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, suatu desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah berwarga-negara Inggris. Letak dan pembagian administrasiKabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur. Anggota timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, masih di anggota barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Diamati dari jabatan geografisnya terletak di anggota timur Jawa Barat berada pada lintasan perlintasan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan untuk perlintasan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif bersamaan batasnya dengan Pembagian administrasiKabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan. Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan: TopografiPermukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan anggota Barat dan anggota Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, hingga ke dataran yang lebih kurang rendah seperti wilayah Kuningan anggota Timur dengan ketinggian selang 120 meter hingga dengan 222 meter di atas permukaan laut. Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi adalah dengan ketinggian selang 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian akbar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian selang 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang memilihkan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tsb memiliki bentang dunia yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial untuk pengembangan pariwisata. Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
Sebagian akbar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur masih dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tsb berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi. Tingkat kepekaan terhadap erosi diakibatkan ketidaksesuaian selang penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga mempunyai kesudahan suatu peristiwa rusaknya babak fisika, kimia dan biologi tanah tsb. Sebagian faktor yang berpengaruh terhadap akbar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah. Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan dijadikan lima kelas, yaitu :
Jenis TanahSesuai penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) kelompok tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
DemografiPenduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki sebanyak 580.796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % gunanya banyak penduduk perempuan banyakan dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan nyaris 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota akbar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan untuknya. Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam lebih kurang 98% (di kawasan desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang banyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang dikata Aliran Jawa Sunda. Sebagain akbar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian untuk petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya melakukan pekerjaan untuk Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan untuknya. Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh selisih dengan tahun sebelumnya adalah mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan selang penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 kenal ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berfaedah pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta sebagian informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
PendidikanMenurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk matang yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken beradanya perbaikan dijadikan 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan lebih kurang 8,33 tahun meningkat dijadikan 8,68 tahun di tahun 2010. Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; berhenti SMP sebesar 13,73 persen; berhenti SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang berhenti pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berfaedah dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi). Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus sekarang telah banyak ditampung di suatu lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, selang lain SLBN Kuningan. Seni dan BudayaUntuk wilayah yang berada di kawasan Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, selisih dari wilayah Sunda anggota barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah warga Kabupaten Kuningan: Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
PemerintahanUntuk suatu Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, awal mulanya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala kawasan (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini disertai oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
Fasilitas PrasaranaTotal perlintasan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km Banyak pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon) Pelanggan PT. Telkom untuk kawasan Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Fasilitas OlahragaKuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan adalah Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan adalah Pesik Kuningan. Pesik Kuningan ketika ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari semua penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah dipakai untuk homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League) asal Bandung adalah Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap dijadikan untuk tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Luhur Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat Sasaran WisataMakanan Khas dan CinderamataPeuyeum Kuningan Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling. Cinderamata
Akses TransportasiAngkot Dalam KotaBus Antar KotaTokoh-tokoh Kuningan
Referensi
Pranala Luar
edunitas.com Page 25Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini bertempat di Oelamasi[3] mulai 22 Oktober 2010, setelah sebelumnya bertempat di Kota Kupang sejak tahun 1958. PemekaranDengan disahkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Sabu Raijua, maka beberapa disktrik di Kabupaten Kupang menjadi babak dari Kabupaten Sabu Raijua, yaitu:
Batas wilayahPer tanggal 29 Oktober 2009, Kabupaten Kupang mempunyai batas-batas wilayah sbg berikut: Referensi
edunitas.com Page 26Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini bertempat di Oelamasi[3] mulai 22 Oktober 2010, setelah sebelumnya bertempat di Kota Kupang sejak tahun 1958. PemekaranDengan disahkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Sabu Raijua, maka beberapa disktrik di Kabupaten Kupang menjadi babak dari Kabupaten Sabu Raijua, yaitu:
Batas wilayahPer tanggal 29 Oktober 2009, Kabupaten Kupang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Referensi
edunitas.com |