Siapa yang menciptakan lagu Sheila on 7?

Sekitar pukul setengah lima sore, ia tiba di lobi Hotel Grand Zuri, BSD City, Tangerang Selatan, Banten. Turun dari mobil bersama seorang teman, ia langsung naik ke kamar hotelnya di lantai tiga.

Penampilannya tak banyak berubah sejak muncul bersama grup musik Sheila on 7 sekitar 20 tahun lalu. Tubuhnya masih kurus. Rambutnya agak cepak, berbeda dengan image-nya dulu yang kerap berbelah tengah. Ia tetap setiap dengan kaos hitam dan celana jin.

"Di sini saja ya," kata Eross Candra sambil duduk bersila di lorong depan pintu kamar hotelnya pada Minggu (25/02/2018). Ia sedang membuka bungkus action figure Star Wars sambil menunggu waktu giliran tampil Sheila on 7 di Ocean Park BSD City.

Saat kami beritahu butuh gambar untuk video juga, ia segera berdiri dan masuk kembali ke kamarnya. Kami pindah ke tepi kolam renang di lantai yang sama untuk mengatur tempat wawancara.

Tak sampai 10 menit, ia berjalan ke arah kami. Cara jalannya berbeda 180 derajat dengan aksi Eross di atas panggung. Tampak kikuk dan pelan. Sekilas melihat, tak ada yang menyangka ia pemain gitar mumpuni dan otak genius di balik kesuksesan Sheila on 7.

"Kita", "Dan", Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki", "J.A.P", Sephia", "Tunggu Aku di Jakarta", dan "Bila Kau Tak Disampingku" adalah sedikit dari lagu-lagu hit yang ia ciptakan di awal kemunculan band asal Yogyakarta ini.

Sederet lagu tersebut sempat menemani pubertas remaja akhir 1990an. Liriknya tak jauh dari kata-kata penuh cinta. Musiknya enak didengar, kadang mendayu-dayu, ada juga yang bertempo cepat penuh semangat. Suara Duta dengan kekhasan timbre-nya bisa membuat lagu sedih semakin menyayat hati.

Awal tahun ini, Sheila on 7 meluncurkan single terbarunya, "Film Favorit", karya teranyar Eross. Kali ini ada perubahan besar. Sheila on 7 tak lagi berada di bawah perusahaan rekaman Sony Music Entertainment Indonesia. Mereka membuat label rekaman sendiri 507 Records.

"Aku lihat anak muda hari ini lebih mudah related dengan film," ujar Eross soal lagu barunya itu. "Lebih mudah ngomong saya akan memperjuangkan kamu seperti di film favorit kamu, ketimbang novel favorit."

Ya, sesederhana itu lagu-lagu yang ia buat. Kesederhanaan yang terasa juga ketika ia berbincang dengan kami, Sorta Tobing, Achmad Ghifari, dan Wisnu Agung Prasetyo. Eross berbicara mulai dari karier hingga kehidupan pribadinya tanpa jarak.

Ia tertawa lepas ketika mengingat masa mudanya yang bandel dan ogah sekolah. Tapi ia juga serius saat mengatakan prioritas hidupnya saat ini adalah keluarga. "Musik mengikuti setelah itu," kata Eross.

Berikut kisahnya kepada kami.

Siapa yang menciptakan lagu Sheila on 7?
Eross Candra merupakan otak di balik kesuksesan Sheila on 7. Lagu-lagu hit grup musik asal Yogyakarta ini, seperti "Kita", "Dan", "Sephia", "Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki", merupakan karyanya. Wisnu Agung Prasetyo / Beritagar.id

Masuk indie label

Sheila on 7 muncul dengan album bernama sama dengan band itu pada 1999 dan langsung sukses. Lebih dari sejuta kopi berhasil terjual. Usia Eross saat itu belum genap 20 tahun, begitu juga empat personil yang lain, Duta (vokal), Sakti (gitar), Adam (bass), dan Anton (drum).

Setelah Sheila on 7, setahun kemudian muncul Kisah Klasik Untuk Masa Depan. Lagi-lagi sukses. Jadwal manggung mereka semakin padat hingga ke mancanegara. Penampilan mereka tak pernah sepi penonton. Lagu dan albumnya memenangkan berbagai penghargaan.

Lalu, Sheila on 7 menciptakan hattrick. Album ketiganya, 07 Des, laku terjual lebih dari sejuta kopi lagi. Tak semua grup musik berhasil melakukannya. Apalagi ia sukses bersama dengan band papan atas lain, yaitu Padi dan Dewa 19.

Dalam sebulan mereka bisa tidak pulang. Lelah manggung selalu terasa, belum lagi pekerjaan membuat lagu untuk album selanjutnya. "Aku enggak mau ke situ lagi deh, bener-bener kayak tidak punya kehidupan. Kayak robot," ujarnya.

Saat itu, Eross sangat produktif menciptakan lagu. Hampir seluruh lagu Sheila on 7 ia buat dan sukses memikat pasar. Bisa dibilang ia adalah seorang hitmaker.

Ia juga sempat mencoba obat-obatan terlarang. "Zaman muda, semua dicoba," katanya. Apalagi ia sudah punya penghasilan sendiri yang lumayan banyak. Hanya Duta yang, menurut dia, masih sangat lurus untuk seorang anak band. "Jadi, salah satu harus ada yang mencoba. Saya yang jadi kelinci percobaan," ujar Eross tertawa.

Kalau sekarang ia masih bisa manggung bersama Sheila on 7 itu adalah sebuah anugerah. Kekompakan mereka ternyata berhasil menjauhkan Eross terjerumus lebih dalam ke dunia gelap itu.

Ia menampik berkeseniannya bergantung pada boosting zat tertentu. "Enggak, enggak. Itu buat yang lemah saja. Sekarang aku enggak pakai ternyata bisa," katanya.

Kesuksesan Sheila on 7 di usia sangat muda ternyata tak sejalan dengan musikalitas mereka. "Mungkin saking cepatnya (sukses), kami tidak siap," kata Eross. "Kami tidak ada yang sekolah musik, bener-bener belajar di jalanan."

Ekspektasi orang pun jadi berlebihan kepada Sheila on 7. "Kalian lagunya ngehits tapi performance-nya cuma seperti itu," kata Eross mengingat komentar yang sering mereka dapatkan.

Penampilan mereka memang ala kadarnya waktu itu. Rambut acak-acakan. Pakaian jauh dari keren, menjurus kucel. Interaksi di panggung juga minimalis. Belum lagi kalau bicara logat Jawanya sangat kental. Mereka sempat tak dianggap serius, hanya band pop biasa dengan pangsa pasar remaja.

"Tapi kami memperbaikinya waktu demi waktu sampai akhirnya Sheila on 7 solid hingga hari ini," ujarnya.

Di album keempat, Pejantan Tangguh, mereka bereksperimen dengan musik dan lirik. Tak ada lagi string, diganti brass. "Kami lepas kendali. Mungkin karena stres dan jenuh. Kami mainkan yang tidak biasa dimainkan," kata Eross.

Hasilnya, memang jauh berbeda dari tiga album sebelumnya. Lebih rock n roll, ketimbang pop. Materi lagunya juga lebih universal, tak melulu soal cinta. Di album ini, Duta sempat nge-rap pada lagu "Pemuja Rahasia". Sejujurnya agak maksa, tapi masih bisa diterima oleh telinga.

Eross mengaku bangga dengan hasilnya, walaupun secara penjualan jauh tertinggal dari tiga album sebelumnya. Untuk kembali lagi ke era Pejantan Tangguh Eross mengatakan rasanya tidak sekarang.

"Kalau ditanya kondisi terbaik Sheila on 7 ya hari ini," ujarnya.

"Secara kuantitas saya tidak bisa main musik seperti dulu lagi. Tapi secara kualitas saya jamin lebih bagus."

Eross Candra

Setelah delapan album dan 16 tahun berada di bawal label besar, pada 2014 grup ini memutuskan masuk ke jalur indie. Keputusan yang sebenarnya sudah Eross rasakan jauh sebelum album terakhir mereka muncul, Musim yang Baik.

Jenuh. Alasan itu yang melatarbelakangi keputusan Sheila on 7 untuk berani indie. Maklum saja, di bawah Sony Music Entertainment Indonesia, mereka bebas memutuskan musiknya. Lama-kelamaan, Eross mengakui, resep itu tak berhasil lagi.

Sejak Pejantan Tangguh, penjualan album mereka tak bisa lagi tembus sejuta kopi. Kondisi band bertambah buruk ketika Sakti dan Anton keluar dari band. "Itu momen paling berat buat kami," kata Eross.

Masa emas sudah lewat. Secara nominal angka, bayaran manggung untuk mereka perlahan jatuh. Uang yang awalnya berlimpah, mendadak seret. Sheila on 7 juga harus berjuang melawan pandangan awam bahwa band ini tak solid.

Untuk promo album dan lagu, mereka terpaksa memilih jalan darat, ketimbang udara. Pernah ada satu momen, Eross dan teman-temannya baru sampai Bekasi pukul tujuh pagi. Kondisi jalan sangat macet, padahal jam setengah sembilan harus live di stasiun televisi swasta di Jakarta.

Tanpa mandi, hanya ganti baju dan memakai riasan sedikit, Sheila on 7 langsung tampil. "Bodo amat," kata Eross sambil tertawa.

Perlahan mereka bangkit, tak sesukses awal karier, tapi berada di titik yang stabil. Menurut Eross, salah satu yang membuat mereka bisa bertahan adalah dukungan dari keluarga dan para penggemarnya, Sheilagank. Posisi Anton sekarang telah digantikan oleh Brian.

Masuk ke era indie, ia mengaku banyak hal yang harus dipelajari. Mereka harus mengatur kelangsungan hidup sendiri. Adam bertugas menyelesaikan managemen band. Duta berada di urusan kantor, seperti soal gajian dan jumlah karyawan. Brian mengelola sosial media. Eross tetap di posisi favoritnya, menangani teknis musik.

Soal musik ini, Eross melakukan langkah tak biasa. Untuk pertama kalinya band ini memakai music director di lagu "Film Favorit".

"Kami butuh pandangan orang lain karena ada ketakutan jadi boring hasilnya," kata Eross. Music director yang mendapat kepercayaan itu adalah Tomo dan Tama. Keduanya merupakan teman lama Sheila on 7 yang telah mengikuti perkembangan band ini sejak awal.

"Secara kuantitas saya tidak bisa main musik seperti dulu lagi. Tapi secara kualitas saya jamin lebih bagus," katanya.

Di bawah 507 Records, target mereka perlahan-lahan tercapai. "Film Favorit" meluncur tepat waktu. Beberapa kegiatan promosi dan manggung pun berjalan lancar. Ada beberapa masalah pada jadwal, seperti waktu penayangan video klip bersama teks yang kadung disalip oleh seorang Youtubers.

Tapi Eross mengaku menikmati proses belajar ini. Ia sampai sekarang belum bisa memutuskan kapan single kedua atau album mereka akan keluar. Tak juga bisa ia pastikan apakah berada di label indie ini akan bertahan selamanya.

Siapa yang menciptakan lagu Sheila on 7?
Eross mengaku gas poll kalau sudah suka sesuatu, termasuk musik. Tak pernah ia setengah-setengah mengerjakannya. Sekolah bukan prioritasnya sejak awal. Wisnu Agung Prasetyo / Beritagar.id

Berawal dari gitar Kawasaki

Eross tak hanya berkarya untuk grup musiknya. Ia termasuk pencipta lagu yang produktif pada masanya. "Bendera" yang sempat dipopulerkan band Cokelat masuk dalam 150 lagu Indonesia terbaik versi Rolling Stone Indonesia.

Saat kecil, laki-laki kelahiran Yogyakarta, 3 Juli 1979 ini sangat dekat dengan musik. Orang tuanya bercerai tapi selalu mendukung Eross dalam bermusik. Ibunya seorang penyayi rock yang kerap menyanyikan lagu Bon Jovi. "Dia number one fan-ku," ujar sulung dari empat bersaudara ini.

Di saat anak-anak seusianya bernyanyi "Cicak Cicak Di Dinding", Eross malah bersenandung "Semut Hitam" dari God Bless. Yang lain gambar pemandangan, ia membuat cover album God Bless.

Ayahnya, pembalap motorcross, sempat membelikannya gitar klasik di ulang tahunnya yang ke-13. "Mereknya Kawasaki," katanya sambil tertawa.

Ia belajar memainkan gitar sendiri. Awalnya dengan mengikuti gerakan Ian Antono, gitaris God Bless. Pokoknya gaya dulu, bunyinya sama atau tidak menyusul kemudian, prinsipnya kala itu.

Dari kakek pihak ayah, Eross mendapat akses memainkan gitar elektrik Teisco. Ukurannya tidak standar. Jadi, seberapa kuat usahanya mengikuti sebuah irama lagu, tak akan pernah sama.

Kalau sudah suka, Eross mengaku akan gas poll. Walaupun peralatannya minim, namun ia membuktikan diri bisa memainkan gitar dengan baik. Beberapa festival ia menangkan saat usia sekolah. Masuk Sheila on 7, kemampuannya berkembang menjadi pencipta lagu.

Urusan sekolah, tentu keteteran. "Bisa jadi musisi sukses dan sekolah bagus itu sepertinya legenda saja. Mitos," kata Eross tersenyum.

Konsistensinya berbuah hasil. Eross tak hanya menjadi hitmaker, ia juga masuk dalam jajaran elit gitaris tanah air. Beberapa tahun lalu ia bergabung dengan Six String bersama Dewa Budjana, Tohpati, Aria Baron Suprayogi, dan Ibrahim Imran atau Baim.

Ia juga membuat album solo gitar Forbidden Knowledge di bawah 507 Records pada 2016 lalu. Irama blues sangat terasa pada delapan lagu yang ia ciptakan. Eross seolah mencoba hal berbeda tapi tak melepaskan diri sepenuhnya dari Sheila on 7. Musiknya tidak berat, tetap sederhana, dan enak didengar.

Sukses di album pertama, Eross langsung bisa memiliki gitar yang mumpuni. Fender Telecaster kerap ia pakai kala manggung. Jenama gitar kenamaan dan menjadi langganan para gitaris dunia ini sampai membuat signature gitar khusus bernama dirinya pada 2012 lalu.

Zaman keemasan Sheila on 7 mungkin sudah lewat. Eross mengakui hal itu. Terdengar klise, tapi para personil sekarang berkomitmen untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga. Mereka manggung hanya saat akhir pekan.

Tak ada lagi jadwal tur yang padat atau dikejar-kejar target untuk membuat single dan album baru. Ia bisa bekerja dengan efisien, termasuk ketika menciptakan lagu. Tapi ia mengakui, mencari angle baru ternyata tak mudah baginya. "Enggak akan menarik kalau saya menulis lagu soal bagaimana petugas PLN menagih listrik," ujar Eross tertawa.

Ia tak pernah merasa bosan bermain musik. Sampai sekarang Eross mengaku selalu bersemangat untuk manggung. Bahkan di pikirannya, tak masalah tidak dibayar, asal bisa tampil dan menghibur Sheilagank. Tentu saja hal ini hanya ada dalam benaknya.

Yang membuatnya sedih hanya ketika harus meninggalkan istri (Sarah Diorita) dan anaknya (El Pitu Candra) di Yogyakarta. "Tapi begitu ketemu mereka di bandara, langsung seneng lagi. Itu golden moment-nya," ujar Eross.

Siapa yang menciptakan lagu dan Sheila On 7?

Setiap lagu-lagu hits milik Sheila on 7 adalah karya dari Eross Candra. Selain Eross, personel lain pun juga turut andil dalam pembuatan lagu dalam setiap albumnya. Seperti lagu-lagu berikut ini yang digubah oleh sang vokalis, Duta.

Apa arti angka 7 pada nama band Sheila On 7?

Jika Sheila adalah nama teman sekolah mereka, maka angka 7 diambil dari tujuh nada dalam musik, yakni do, re, mi, fa, sol, la, si, do. Mereka kemudian menelurkan sejumlah album, di antaranya “Sheila On 7”, “Kisah Klasik Untuk Masa Depan”, “07 Des”, “Ost 30 Hari Mencari Cinta”, dan “Pejantan Tangguh”.

Lagu dan Sheila On 7 menceritakan tentang apa?

Lagu ini menceritakan tentang sebuah penyesalan seseorang, dimana ia selalu menyakiti kekasihnya, tetapi selalu bersembunyi dalam kata maaf. Pada akhirnya kekasihnya meninggalkannya dengan penuh kenangan yang telah mereka lalui.

Lagu dan Sheila On 7 diciptakan tahun berapa?

"Dan" merupakan singel kedua Sheila on 7 yang diluncurkan setelah "Kita" dari album Sheila on 7 (1999).