Penyakit dan kelainan menurun apa sajakah yang diwariskan dari orang tua?

Penyakit genetik yang diturunkan pada anak bisa berasal dari salah satu atau kedua orangtua. Ada pula orangtua yang hanya menjadi carrier atau pembawa sifat gen abnormal saja. Sebetulnya, ada banyak penyakit keturunan yang bisa terjadi, tetapi beberapa jenis berikut inilah yang paling sering dialami. 

Jenis penyakit keturunan yang paling sering terjadi

Meskipun ilmu medis sudah sangat canggih, sayangnya, mayoritas penyakit keturunan biasanya tetap tidak dapat dicegah. Itulah kenapa penting untuk melakukan medical check up atau pemeriksaan genetik pada pasangan yang ingin menikah atau yang sedang merencanakan kehamilan.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Penyakit dan kelainan menurun apa sajakah yang diwariskan dari orang tua?

Pemeriksaan genetik tetap diperlukan karena dapat membuat pasutri lebih mewaspadai terhadap penyakit yang mungkin bakal diturunkan kepada anak. Selain itu, pengetahuan ini juga penting supaya risikonya dapat diminimalisir. 

Berikut ini adalah beberapa penyakit keturunan yang paling sering terjadi:

1. Buta warna

Buta warna adalah salah satu penyakit yang cukup sering diturunkan dari orangtua ke anaknya. Penyakit keturunan ini disebabkan oleh mutasi genetik pada kromosom X yang membuat penderitanya tidak mampu membedakan warna dengan baik. 

Gangguan ini dapat dialami sejak anak-anak atau ketika sudah dewasa. Meski sifatnya menurun, ada pula faktor non-genetik lain yang bisa jadi memicunya seperti kerusakan pada saraf mata atau otak. 

Baca selengkapnya: Ini 7 Fakta Menarik Seputar Buta Warna

2.Albino

Albino juga termasuk penyakit keturunan. Kondisi ini terjadi akibat terganggunya produksi melanin sehingga ditandai dengan kelainan pigmen kulit.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Penyakit dan kelainan menurun apa sajakah yang diwariskan dari orang tua?

3. Diabetes tipe 1

Defisiensi hormon insulin menjadi penyebab utama seseorang terkena diabetes tipe 1. Umumnya, penyakit keturunan ini sudah diidap sejak usia kanak-kanak, tetapi ada juga yang baru dialami ketika dewasa. 

Risiko diabetes tipe 1 pada anak tentunya akan semakin besar jika penyakit keturunan ini diidap oleh kedua orangtuanya. Lebih parahnya lagi, beberapa faktor lingkungan seperti obesitas, hipertensi, hingga pola hidup tidak sehat mampu mengubah diabetes tipe 1 menjadi tipe 2.

4. Asma 

Sekitar 30% kejadian asma dipicu oleh faktor genetik, sementara sisanya atau yang paling umum dipicu oleh faktor alergi. Gangguan pernapasan ini jelas tak boleh diremehkan karena bisa membuat pemberitanya sesak napas. 

Baca selengkapnya: Rekomendasi Obat Sesak Nafas untuk Penderita Asma

5. Alergi

Saat orang tua memiliki alergi terhadap sesuatu, entah makanan seperti udang, ayam, atau bahkan debu, maka itu juga bisa menurun pada buah hatinya. Risikonya bahkan bisa mencapai 70% jika alergi tersebut diidap oleh kedua orang tua, dan 30% bila salah satu saja yang mengalaminya. 

6. Hemofilia

Hemofilia adalah penyakit kelainan darah yang muncul akibat berkurangnya faktor pembeku darah 8 dan / atau 9 pada kromosom X. Atas dasar inilah, gangguan pembekuan darah tersebut rata-rata dialami oleh kaum pria. Pihak wanita (biasanya sang ibu) hanya bersifat sebagai carrier saja.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Penyakit dan kelainan menurun apa sajakah yang diwariskan dari orang tua?

Tak seperti orang normal yang darahnya mudah membeku ketika mengalami luka, darah pada penderita hemofilia umumnya sukar atau butuh waktu lebih lama supaya bisa membeku. 

Yang lebih memprihatinkan adalah penyakit keturunan ini kebanyakan sudah diidap sejak kecil. 

7. Thalasemia

Thalasemia adalah penyakit keturunan yang cukup berbahaya karena sifatnya yang menyerang sel darah merah. Kondisi ini membuat hemoglobin dalam sel darah merah gampang pecah sehingga kadarnya jadi berkurang. 

Kondisi ini otomatis menyulitkan peredaran oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, anak yang mengidap thalasemia umumnya langsung meninggal begitu dilahirkan. Bagi anak yang berhasil bertahan hidup, biasanya sering mengalami anemia sehingga perlu sering melakukan transfusi darah.

Baca juga: Pentingnya Premarital Check Up untuk Deteksi Dini Thalasemia

8. Alzheimer

Penyakit Alzheimer sering kali dianggap hanya menyerang para lansia saja. Padahal, salah satu penyakit keturunan ini juga bisa diidap oleh orang muda, lho! 

Alzheimer merupakan penyakit otak yang menyebabkan penderitanya sangat pikun sehingga sulit melakukan aktivitas normal sehari-hari. Risiko seseorang terkena Alzheimer semakin tinggi kalau ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan tersebut.

9. Kanker

Diperkirakan 5-10% kasus kanker disebabkan oleh faktor genetik murni, yang artinya tak ada kaitannya dengan pola hidup kurang sehat. 

10. Penyakit jantung

Pola hidup tidak sehat seperti merokok, obesitas, kolesterol tinggi, hingga kurang aktif bergerak merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena jantung. Namun, di luar itu semua, ternyata faktor keturunan juga memiliki andil besar untuk menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung. 

11. Gangguan mental

Ada bermacam-macam jenis gangguan mental yang sifatnya menurun seperti:

Walau begitu, ragam gangguan mental tadi juga bisa dialami oleh orang yang tidak mempunyai gen abnormal bawaan. Biasanya, penyebab gangguan mental selain genetik adalah stres atau karena mengalami tekanan berat. 

12. Kebotakan

Hasil penelitian dari Columbia University Medical Center menyebutkan bahwa gen APCDD1 merupakan faktor yang menyebabkan menyusutnya folikel rambut sehingga rambut jadi tipis. Walau mungkin tidak membahayakan nyawa seperti penyakit keturunan lainnya, kebotakan tetap saja dapat merusak penampilan. 

Penyakit keturunan tidak bisa dicegah. Karena itulah, penting untuk melakukan pemeriksaan atau medical check up untuk mengetahui risiko penyakit yang dapat diturunkan pada anak kelak, apalagi jika Anda berencana ingin menikah atau memiliki keturunan. Dengan begitu, dokter akan membantu menyarankan penanganan-penanganan yang tepat untuk meminimalkan risiko penyakit pada si calon anak.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Penyakit dan kelainan menurun apa sajakah yang diwariskan dari orang tua?

Senang rasanya melihat si kecil mewarisi rupa Anda dan pasangan. Namun, Anda juga harus tahu bahwa anak tidak hanya mewarisi fisik Anda saja, tetapi juga kondisi kesehatan Anda dan pasangan. Kondisi kesehatan yang diturunkan oleh Anda maupun pasangan bisa timbul dari kombinasi genetik dan pengaruh lingkungan. Berikut ini adalah 5 kondisi kesehatan yang terdapat pada anak, yang diwariskan oleh orang tua nya:

1. ALERGI

Kemungkinannya adalah 50-50 anak bisa terkena, jika Anda dan pasangan menderita alergi. Bila Anda berdua alergi, kemungkinan anak mengalami alergi menjadi lebih besar lagi. Tetapi, belum tentu anak memiliki alergi pada hal yang sama dengan Anda.

Tanda-tanda:

Sering pilek, sinus atau infeksi telinga, mata gatal, timbul ruam, atau ada bintik-bintik merah yang membuat gatal, dan batuk kronis, bisa jadi pertanda utama bahwa anak menderita alergi.

Penanganan:

Kalau ada salah satu gejala di atas muncul, segera beri tahu dokter anak. Pada kasus ringan, dokter mungkin akan menyarankan minum obat. Jika anak menunjukkan gejala yang berat, dokter akan meminta anak menjalani tes alergi, entah itu ditusuk pada kulitnya atau tes darah. Bila diperlukan, pengobatan lain dan suntikan alergi akan membantu anak.

2. SINDROMA IRITASI USUS

Mereka yang menderita penyakit ini memiliki kemungkinan mempunyai anak dengan gejala yang sama hingga dua kali lipat. Anak dengan kondisi kolik yang orang tuanya menderita sindroma iritasi usus atau refluks lebih mudah sakit dibandingkan dengan bayi lain.

Tanda-tanda:


Sering sakit akibat kram perut atau secara bergantian mengalami sembelit atau diare. Sindroma ini biasanya dialami anak pada usia sekolah, namun pertandanya, seperti kolik, bisa muncul pada usia yang lebih dini. Faktor emosi juga berperan besar.

Penanganan:

Jika Anda menduga anak mengalami gejala tersebut, bawalah ke dokter anak agar tidak terjadi sesuatu yang lebih serius, seperti radang usus. Bila gangguan yang dialami anak ternyata sindroma iritasi usus, hal ini bisa diatasi dengan mengubah pola hidup, seperti menghindari makanan pemicu, menambahkan probiotik (bakteri baik), dan menghindarinya dari stres.

3. MASALAH PENGLIHATAN

Rabun jauh, buta warna, dan mata malas adalah masalah mata yang sering diwariskan. Jika kedua orang tua rabun jauh, kemungkinan anak mengalaminya sekitar 25-30%. Anak perempuan hanya berfungsi sebagai pembawa dan meneruskan gen buta warna. Anak laki-laki lah yang akan mengalami buta warna warisan dari orang tua. Jika Bunda adalah pembawa gen, ada kemungkinan 50% anak laki-lakinya menjadi buta warna.

Tanda-tanda:

Bila anak mengeluh sakit kepala, sering juling, atau mengeluarkan air mata terutama saat membaca, nonton TV, atau setelah sekolah, sebaiknya segera periksakan matanya. Jangan terlalu khawatir, bila mata anak juling, karena kebanyakan anak mengalaminya pada beberapa bulan pertama kehidupannya. Namun jika juling anak Anda diikuti dengan ukuran biji mata yang berbeda, segera konsultasi dengan dokter.

Penanganan:

Masalah penglihatan memang menurun dalam keluarga, jadi ada baiknya mulailah memeriksakan mata anak Anda ke dokter mata anak sejak usia 1 tahun.

4. EKSIM

Eksim sebenarnya salah satu jenis reaksi alergi. Kondisi ini sering mengejutkan orang tua, apalagi jika keduanya tidak mengalaminya. Meski begitu, eksim memiliki beberapa pemicu yang spesifik, seperti lingkungan yang kering dan dingin, serta makanan yang berisiko tinggi menimbulkan alergi, seperti olahan susu dan telur.

Tanda-tanda:

Kulitnya kering dan gatal-gatal, atau muncul area berwarna merah dan kasar pada pipi, bagian dalam siku, dan bagian belakang lutut. Ketika gangguan semakin parah, gelembung-gelembung kecil berisi air bisa terbentuk.

Penanganan:

Pastikan dengan membawa anak ke dokter, dan lakukan perawatan rutin untuk mencegah gelembung tersebut pecah. Untuk mengurangi gatal-gatal dan timbulnya peradangan, dokter mungkin akan meresepkan krim steroid yang dioleskan.

5. MIGRAIN

Sakit kepala yang membuat anak merasa lemas ini sering diturunkan. Anak memiliki sekitar 50% kemungkinan untuk mengalaminya, jika salah satu orang tua menderita migrain, dan kemungkinan akan lebih tinggi, bila kedua orang tua mempunyai penyakit migrain.

Tanda-tanda:

Gejala sering diikuti dengan kombinasi nyeri di kepala yang berdenyut-denyut (biasanya di bagian depan atau samping kepala), mual atau muntah, serta peka terhadap sinar atau suara.

Penanganan:

Cari pemicu utama penyakit ini. Khusus anak, penyebab utamanya adalah kelelahan, beraktivitas berlebihan, perubahan rutinitas, mengonsumsi beberapa jenis makanan, serta kafein. Mulai atur asupan makanan dan batasi kegiatannya.

(FAR/IS)

Baca juga:

Cegah Anak Tertular 10 Penyakit dalam 5 Menit