Pengaruh hindu-buddha yang diakomodir dalam budaya islam adalah

Pengaruh hindu-buddha yang diakomodir dalam budaya islam adalah

Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwati, menunjukkan nisan makam Sultan Muhammad Bahaudin yang memiliki ragam hias bercorak Hindu-Budha di Kompleks Pemakaman Kawah Tengkurap di Palembang, Sabtu 5 September 2020. (ANTARA/Aziz Munajar/20)

TEMPO.CO, Palembang - Tim Balai Arkeologi Sumatera Selatan meneliti pengaruh Hindu dan Budha pada makam-makam Muslim di Kota Palembang. Lewat penelitian itu, mereka hendak menelusuri jejak interaksi dan toleransi masyarakat pada masa awal-awal masuknya Islam di Palembang.

Arkeolog Retno Purwati mengatakan bahwa agama-agama lain tetap eksis saat Islam berkembang di Palembang pasca keruntuhan Kerajaan Sriwijaya. Dalam perjalanannya terjadi interaksi dan akulturasi budaya yang terlihat dari ragam hias makam raja-raja Palembang.

"Meski makamnya bernuansa Islam, namun pada nisannya terdapat corak atau ornamen yang menggambarkan simbol-simbol Hindu dan Budha," kata Retno di kompleks pemakaman bersejarah Kawah Tengkurep Palembang, Sabtu 5 September 2020.

Menurutnya, makam-makam bersejarah di Palembang dari masa awal berkembangnya Islam banyak memiliki ragam hias. Yang menarik, Retno menambahkan, ragam hias tersebut memiliki corak yang sama dengan corak ornamen pada candi atau arca-arca di Jawa Timur, baik dari peninggalan Kerajaan Singasari maupun Majapahit.

Tim Balai Arkeologi Sumatera Selatan berencana melakukan penelitian hingga 15 September dengan mendatangi tujuh lokasi pemakaman bersejarah. Lokasi-lokasi menyimpan Makam Sultan Agung, Makam Panembahan, Makam Geding Suro, Makam Sabo Kingking, Makam Sultan Mansur, Makam Talang Kerangga, Makam Sultan Abdurrahman, Makam Panembahan Hamim dan Makam Pangeran Nangling.

Sejauh ini tim baru meneliti Kawah Tengkurep yang dibangun pada 1728 dan menjadi Kompleks Pemakaman Sultan Mahmud Badaruddin beserta empat isteri serta guru besarnya yakni Imam Sayid Al Idrus. Ragam hias yang ditemukan, disebutkan Retno, menggambarkan simbolisasi dari ajaran Hindu-Budha, seperti terdapat nisan bertipologi Demak Troloyo yang memiliki ornamen Surya Majapahit berupa corak sinar matahari.

"Surya Majapahit yang sebenarnya terdapat simbol matahari di tengah suryanya sebagai penggambaran dewa, namun di makam Kawah Tengkurep ini tampak suryanya lebih disesuaikan dengan ajaran Islam yakni simbol matahari diganti dengan bunga-bunga," ujarnya.

Baca juga:
Penggalian Situs Kumitir Berdasarkan Cerita Naskah Kuno, Seperti Apa?

Pada nisan makam juga ditemukan jejak kebudayaan Cina berupa motif garis-garis. Diduga, corak tersebut karena akulturasi budaya sudah cukup kuat pada masa itu. "Para pendatang dari Cina pada masa awal kesultanan lebih memilih ikut dengan budaya lokal dibandingkan menguatkan budaya yang mereka bawa," kata Retno.


1.      Sebutkan contoh pengaruh kebudayaan Hindu – Buddha dalam budaya masyarakat Indonesia sebelum Islam

Jawaban : (Lihat Halaman 239)

Diantara pengaruh kebudayaan hindu – Buddha dalam kebudayaan indonesia, misalnya tampak pada seni rupa, seni ukir, seni bangunan dan makam para raja.

a.       Seni rupa dan seni ukir.

Seni rupa dan seni ukir ini terlihat pada relief dinding – dinding candi. Sebagai contoh, pada relief Candi Borobudur tampak adanya perahu bercadik yang merupakan gambaran pelaut nenek moyang bangsa Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan riwayat Sang Buddha sekaligus gambaran lingkungan alam Indonesia.

Misalnya pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat terhadap sang raja.

Di atas makam raja, biasanya didirikan patung raja yang mirip dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan ruh nenek moyang di Indonesia. Akibatnya, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan ruh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

2.      Apa yang kamu ketahui tentang tradisi Rabu Kasan ?.

Tradisi Rabu Kasan dilaksanakan di kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Hal ini sesuai dengan namanya yakni Rabu Kasan berasal dari Kata Rabu Pungkasan (terakhir). Upacara rabu Kasan dilakukan juga di Bogor Jawa Barat dan Gresik, Jawa Timur. Pada dasarnya maksud tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dari Bala (Musibah dan bencana).

3.      Sebutkan tiga prinsip Islam dalam memandang sebuah budaya

Tiga prinsip Islam dalam memandang sebuah budaya, yaitu :

a.       Tidak melanggar ketentuan hokum halal – haram.

b.      Mendatangkan mashlahat (kebaikan) dan tidak menimbulkan mafsadat (kerusakan)

c.       Sesuai dengan prinsip al – Wala dan al – Bara.

1.      Al – Wala artinya kecintaan yang hanya kepada Allah SWT dan apa saja yang dicintai Allah SWT.

2.      Al – Bara artinya berlepas diri dan membenci dari apa saja yang dibenci oleh Allah SWT.

4.      Bagaimana gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu ?.

Tabot atau Tabuik adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu dan Padang untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW. Kedua cucu Rasulullah ini gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). perayaan di Tabot atau Tabuik pertama kali dilaksanakan oleh Syaikh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syaikh Burhanuddin menikah dengan wanita Bengkulu, kemudian keturunannya disebut keluarga Tabot. Upacara ini dilaksanakan dari tanggal 1 sampai 10 Muharram (berdasar kalender Islam) setiap tahun.

5.      Ceritakan sejarah Grebeg Besar di Demak !.

Tradisi Grebek besar merupakan upacara tradisional yang setiap tahun dilaksanakan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena Demak merupakan pusat perjuangan Wali songo dalam dakwah.

Pada awalnya, Grebek Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 Caka dan dimaksudkan sekaligus untuk memperingati genap 40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan oleh Wali Songo pada tahun 1399 Caka, bertepatan 1477 Masehi. Tahun berdirinya masjid ini tertulis pada bagian Candra Sengkala “Lawang Trus Gunaning Janmo”.


1. a. Bidang agama :salah satu pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang paling kentara terdapat pada bidang agama dan kepercayaan. Sebelum ajaran Hindu-Budha masuk, mula-mula masyarakat Indonesia sebelumnya sudah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, namun karena masuknya ajaran Hindu dan Budha yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta, kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarat nusantara tempo dulu kemudian melebur dan berakulturasi dengan ajaran agama Hindu-Budha. Kepercayaan baru ini secara beriringan kemudian membawa kebudayaan baru dalam hal beragama, misalnya dalam hal upacara pemujaan, tata krama, dan tempat peribahadan.b. Politik dan Pemerintahan Sistem politik dan pemerintahan kerajaan juga muncul dari pengaruh Hindu Budha di Indonesia. Sistem ini diperkenalkan oleh orang-orang India dan membuat masyarakat yang awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan pemimpin tunggal yang terwujud sebagai seorang raja. Karena pengaruh inilah di Indonesia terlahir beberapa kerajaan Hindu Budha seperti kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Kerajaan Tarumanegara, Kutai, dan lain sebagainya.c. Arsitektur Tradisi megalitikum punden berudak-undak yang menjadi peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia di masa silam juga diyakini telah berakulturasi dengan ilmu arsitektur yang dibawa dari India bersamaan dengan penyebaran agama Hindu Budha di Nusantara. Punden berundak-undak berpadu dengan budaya India dan mengilhami gaya arsitektur pembuatan bangunan candi peninggalannya. Contoh nyata dari perpaduan ini dapat kita lihat misalnya pada arsitektur candi Borobudur yang berbentuk limas dan berundak-undak.2. Rabu kasan itu apa? Rabu kasan adalah hari Rabu paling akhir dalam bulan Safar di mana hari ini diyakini Allah mendatangkan 300 ribu jenis bala di bumi. Hal ini dijelaskan dalam hadis. Namun, kejelasan ini banyak dipertanyakan sejumlah ulama karena dianggap hanya tercantum dalam hadis yang dhaif, bukan shahih. Maksudnya bagaimana sih? Begini. Dalam satu bulan Safar, ada empat hari Rabu. Nah, hari rabu yang terakhir di bulan Safar inilah disebut rabu wekasan. Istilah ini dikenal di kalangan umat muslim di Jawa dengan ejaan "Rebo kasan".3.Tiga prinsip Islam dalam memandang suatu budaya yaitu:1. Tidak melanggar ketentuan syari'at2. Mendatangkan mashlahat (kebaikan) dan tidak menimbulkan mafsadat (kerusakan)3. Sesuai dengan prinsip Al-Wala' (Cinta yang hanya kepada Allah SWT dan apa yang dicintai-Nya) dan Al-Bara' (Berlepas diri dan membenci apa saja yang dibenci oleh Allah SWT)4.

Perayaan Tabot pada mulanya dibawa dan dikembangkan oleh orang-orang India asal Siphoy yang datang bersama datangnya tentara Inggris ke Bengkulu tahun 1685. Mereka datang ke Bengkulu dari Madras-Benggali India bagian selatan, bersama-sama bangsa Inggris semasa pendudukannya di Bengkulu. Salah satu pendatang tersebut adalah Ulama Syiah bernama Syeh Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo.  Seperti telah diuraikan sebelumnya, nama "Tabut" berasal dari kata Arab yaitu Tabut, yang secara harfiah berarti Kotak Kayu atau Peti. Konon menurut kepercayaan kaum Bani Israil pada waktu itu bahwa bila Tabut ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka, akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Namun sebaliknya bila Tabut tersebut hilang maka akan dapat mendatangkan malapeta bagi mereka

5. Asal Mula Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa ,disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam dipulau Jawa. Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada. Untuk itu setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban kemudian diadakan Grebeg Besar Demak. Pada waktu itu, dilingkungan Masjid Agung Demak diselenggarakan pula keramaian yang disisipi dengan syiar-syiar keagamaan, sebagai upaya penyebarluasaan agama Islam oleh Wali Sanga.