Pemberian zat pewarna makanan bertujuan untuk Berikut kecuali

Pemberian zat pewarna makanan bertujuan untuk Berikut kecuali

Pewarna alami cenderung lebih aman walaupun dikonsumsi dalam skala yang besar karena pewarna alami mengandung bahan-bahan yang alami sehingga tidak membahayakan bagi tubuh manusia.

Jadi, jawaban yang benar adalah C.

Pemberian zat pewarna makanan bertujuan untuk Berikut kecuali

Makanan sebagai salah satu sumber nutrisi bagi tubuh tidak dapat dipisahkan dari keseharian manusia. Beragam jenis makanan dari berbagai macam latar belakang budaya hadir di sekitar kita. Beragam cara pun dilakukan pelaku usaha kuliner untuk menarik minat konsumen agar membeli makanan yang mereka jual. Salah satu cara yang sering digunakan adalah dengan menambahkan zat pewarna makanan yang dipercaya dapat mempercantik tampilan makanan dan menggugah selera konsumen. Sebuah penelitian yang melibatkan 448 wanita melaporkan bahwa kombinasi warna makanan tertentu mungkin berguna untuk mengubah keinginan untuk mengkonsumsi makanan manis (Schlintl and Schienle, 2020, Front Psychol. https://dx.doi.org/10.3389/fpsyg.2020.589826). Serupa dengan itu, sebuah tinjauan pustaka juga menyimpulkan bahwa pewarna makanan memainkan peranan penting dalam mendorong preferensi dan penerimaan konsumen terhadap berbagai produk makanan. Walaupun variasi warna dalam makanan dapat menyebabkan peningkatan konsumsi makanan tertentu, perlu diingat bahwa apa yang konsumen lihat juga dapat menyebabkan penekanan nafsu makan ketika konsumen dihadapkan dengan warna yang tidak mereka sukai (Spence, 2015, Flavour, https://doi.org/10.1186/s13411-015-0031-3).Beberapa warna yang diyakini dapat membangkitkan selera makan adalah warna merah, hijau dan kuning. Sedangkan warna seperti biru, merah muda, abu-abu dan coklat (kecuali warna coklat di permen dan kue coklat) dilaporkan dapat menurunkan nafsu makan (https://www.color-meanings.com/colors-hungry-lose-appetite/).  

Secara umum, zat pewarna makanan dapat dibagi dalam dua kategori: pewarna makanan alami dan buatan. Pewarna makanan alami umumnya diperoleh dari pigmen warna yang terkandung dalam buah-buahan maupun tumbuhan di sekitar kita. Sebagai contoh, warna merah bisa didapatkan dari buah tomat dan buah bit. Warna hijau dapat diperoleh dari teh matcha, daun bayam dan daun suji, sedangkan warna ungu bisa diperoleh dari bunga telang, ubi ungu maupun blueberry (https://food52.com/blog/16265-how-to-make-all-natural-food-dyes-from-ingredients-in-your-kitchen). Sedangkan pewarna buatan seperti halnya Blue 1 (Brilliant Blue), Blue 2 (Indigo Carmine), Citrus Red 2, Green 3 (Fast Green FCF), Orange B, Red 3 (Erythrosine), Red 40 (Allura Red), Yellow 5 (Tartrazine) dan Yellow 6 (Sunset Yellow) telah mendapat izin edar dari lembaga Food and Drug Administration (FDA) milik Amerika Serikat untuk digunakan sebagai pewarna makanan (https://www.foodnerdinc.com/blogs/food-for-thought/artificial-food-coloring-no-thank-you). Zat pewarna buatan di atas pada umumnya mengandung berbagai bahan kimia dan berasal dari produk olahan minyak bumi. 

Zat pewarna makanan telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Misalnya, orang Mesir kuno telah menggunakan zat pewarna alami seperti saffron tidak hanya sebagai pewarna dalam prosesi pemakaman tapi juga sebagai obat untuk mengatasi masalah lambung dan saluran kemih, serta digunakan untuk memperkuat gigi (https://eternitysaffron.wordpress.com/2014/04/14/saffron-in-ancient-egypt/). Namun, ketika pewarna makanan alami menjadi terlalu mahal karena biaya pengumpulan dan pemrosesan bahan yang digunakan untuk membuatnya, pewarna buatan yang dapat diproduksi secara massal dengan biaya lebih murah, memiliki masa simpan yang lebih lama, dan warna yang lebih cerah muncul sebagai sebuah solusi. William Henry Perkin adalah orang pertama yang menemukan pewarna organik sintetis pada tahun 1856 yang disebut mauve, yang pada zaman itu digunakan untuk mewarnai makanan, obat-obatan dan kosmetik (https://www.thespruceeats.com/food-coloring-history-1807601). 

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian dan kekhawatiran mengenai penggunaan zat pewarna dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari kian meningkat. Zat pewarna alami sejauh ini dilaporkan aman untuk dikonsumsi namun berbagai gangguan kesehatan telah dilaporkan sebagai dampak penggunaan zat pewarna makanan buatan. Diantaranya, zat pewarna makanan buatan dilaporkan dapat menyebabkan hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian (ADHD), reaksi alergi ringan (termasuk eksema dan gatal kulit) maupun berat (seperti halnya anafilaksis), gangguan tidur dan bahkan gangguan emosi dan psikologis (https://naturallysavvy.com/eat/what-are-artificial-colors/). 

Dampak Zat Pewarna pada Ginjal

Berbagai dampak zat pewarna makanan buatan pada hati dan ginjal juga telah banyak dilaporkan. Sebuah penelitian pada tikus melaporkan bahwa makanan berwarna dengan konsentrasi tinggi dan pemberian jus buah berwarna dalam waktu lama menunjukkan peningkatan kreatinin dan albumin serum yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Di samping itu, pewarna makanan buatan juga mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur jaringan di hati dan ginjal tikus (Soltan and Shehata, 2012, Food and Nutrition Sciences, http://dx.doi.org/10.4236/fns.2012.37119). Sementara itu, penelitian lain yang serupa juga melaporkan bahwa penggunaan pewarna carmoisine (E122) atau yang sering disebut Red 3 menyebabkan perubahan parameter biokimia dalam serum seperti peningkatan alanine aminotransferase (ALT atau SGPT), aspartate aminotransferase (AST atau SGOT), alkali fosfatase, kadar protein total, globulin, urea, dan kreatinin secara signifikan, sedangkan kadar kolesterol serum mengalami penurunan setelah perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Ditambah lagi, konsumsi carmoisine konsentrasi tinggi juga menyebabkan gagal ginjal pada tikus coba (Sajib Al Reza et al., 2019, Food Sci Nutr., https://doi.org/10.1002/fsn3.906). Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian di laboratorium terhadap pewarna makanan sintetis lainnya, misalnya Brilliant blue dan tartrazine (El-Wahab and Moram, 2013, Toxicology and Industrial Health, https://doi.org/10.1177/0748233711433935). 

Dengan demikian, walaupun studi mengenai dampak zat pewarna makanan buatan pada manusia masih jarang dilaporkan, penelitian pada hewan coba telah secara konsisten menyimpulkan bahwa konsumsi pewarna buatan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan hati dan ginjal, termasuk meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Oleh karenanya, sangat penting untuk diperhatikan apakah makanan yang kita dan keluarga terdekat kita konsumsi bebas dari zat pewarna buatan. 

Di Indonesia sendiri, sejak beberapa tahun yang lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia telah melakukan pengawasan berkala dan menerbitkan regulasi yang mengatur pengelompokan zat pewarna (alami dan buatan) yang dapat digunakan dalam makanan beserta dengan kadar penggunaan maksimum dalam masing-masing jenis makanan dan minuman. Melalui Peraturan BPOM No. 11 Tahun 2019 yang mengatur mengenai bahan tambahan pangan (BTP), termasuk zat pewarna yang dapat digunakan dalam makanan, BPOM misalnya menetapkan ADI (Acceptable Daily Intake; jumlah maksimum BTP yang dapat dikonsumsi setiap hari tanpa menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan) untuk pewarna buatan Biru Berlian atau Brilliant Blue sebesar 0-6 mg/kg berat badan, dan apabila dicampurkan ke dalam adonan roti, maka batas maksimum yang diperbolehkan adalah 100 mg/kg (https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/peraturan/2019/PerBPOM_No_11_Tahun_2019_tentang_BTP.pdf). Sedangkan penggunaan pewarna buatan seperti Rhodamin B dan Kuning Metanil (Methanyl Yellow) yang sering digunakan sebagai pewarna tekstil telah dilarang penggunaannya di dalam produk bahan pangan jenis apapun (https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/139/BAHAN-BERBAHAYA-YANG-DILARANG-UNTUK-PANGAN). 

Pada akhirnya, sedapat mungkin, disarankan untuk menggunakan pewarna makanan alami dalam setiap pengolahan bahan makanan untuk menghindari efek samping jangka pendek dan panjang dari zat pewarna buatan pada tubuh kita, termasuk organ ginjal yang kita sayangi. Apabila tidak memungkinkan, zat pewarna buatan masih dapat digunakan sesuai anjuran BPOM, namun jumlah asupan harus benar-benar dibatasi untuk menghindari efek samping pada kesehatan. []

Sumber gambar: https://health.kompas.com/read/2019/12/28/120000268/meski-menggugah-selera-berikut-efek-bahaya-konsumsi-pewarna-makanan?page=all

Pemberian zat pewarna makanan bertujuan untuk Berikut kecuali

amelianaindi amelianaindi

Tujuan pemberian zat pewarna makanan agar bahan makanan tampak lebih menarik dan lebih segar, sehingga menimbulkan selera orang untuk mencicipinya.

  • Pemberian zat pewarna makanan bertujuan untuk Berikut kecuali

Agar makanan tersebut terlihat lebih menarik