Pembagian tipe iklim ini hanya memakai indikator curah hujan di mana dikatakan bulan basah jika….

Pengertian bulan basah dan bulan kering dalam sistem klasifikasi iklim. Foto: Unsplash

Bulan basah dan bulan kering merupakan istilah yang sering untuk menghitung curah hujan. Namun, apa sebetulnya pengertian bulan basah dan bulan kering?

Sebelumnya, istilah bulan basah dan bulan kering ini pertama kali dikemukakan oleh Schmidt dan Ferguson dalam klasifikasi iklim.

Mengutip buku Klimatologi Dasar yang ditulis oleh Abujamin Ahmad Nasir, dkk, klasifikasi iklim ini sendiri dibuat dengan menggunakan satu unsur iklim saja atau lebih. Umumnya, tujuan dari klasifikasi iklim ini adalah untuk mempersingkat iklim yang jumlahnya tidak terbatas.

Selain itu, klasifikasi juga sangat membantu mempermudah membuat perencanaan secara makro baik regional maupun nasional. Ada dua klasifikasi iklim yang sangat menonjol di Indonesia, yaitu sistem Schmidt-Ferguson dan sistem Oldeman.

Dalam sistem Schmidt-Ferguson, dikenal istilah bulan basah dan juga bulan kering. Simak penjelasannya di bawah ini, seperti yang dikutip dari jurnal Kesesuaian Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman karya Nur Kusuma Dewi.

Sistem Schmidt-Ferguson. Foto: Unsplash

Sistem Schmidt dan Ferguson merupakan perbaikan Sistem Mohr yang telah membuat klasifikasi iklim khususnya untuk daerah tropis.

Dasar dari terciptanya sistem klasifikasi iklim ini adalah dengan menghitung jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulannya dan juga tingkat kebasahan yang disebut dengan gradien atau Q.

Nah, istilah bulan basah dan kering ini sebetulnya ada pada metode Mohr. Metode Mohr ini mengatakan bahwa:

  • Bulan kering, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm.

  • Bulan basah, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm.

  • Bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60–100 mm.

Lebih lanjut, untuk menentukan iklim dari Schmidr-Ferguson, dapat ditentukan atau dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini, yakni:

Q = rata-rata bulan kering : rata-rata bulan basah x 100

Semakin besar nilai Q dari hasil rumus tersebut, maka iklim akan semakin kering. Sebaliknya, apabila nilai Q kecil, maka iklim semakin basah.

Untuk mempermudah menentukan sistem klasifikasi iklim dari Schmidt-Ferguson, berikut adalah pembagian iklimnya, di antaranya:

  1. Tipe Iklim A (sangat basah), jika nilai Q antara 0%–14,33%.

  2. Tipe Iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33%–33,3%.

  3. Tipe Iklim C (agak basah), jika nilai Q antara 33,3%–60%.

  4. Tipe Iklim D (sedang), jika nilai Q antara 60%–100%.

  5. Tipe Iklim E (agak kering), jika nilai Q antara 100%–167%.

  6. Tipe Iklim F (kering), jika nilai Q antara 167%–300%.

  7. Tipe Iklim G (sangat kering), jika nilai Q antara 300%–700%.

  8. Tipe Iklim H (kering sangat ekstrem), jika nilai Q lebih dari 700%.

Sistem Oldeman. Foto: Unsplash

Selain sistem Schmidt-Ferguson, ada juga sistem oldeman yang digunakan dan juga dikenal di Indonesia. Tidak hanya sistem Schmidt-Ferguson saja yang menggunakan istilah bulan basah dan bulan kering, sistem Oldeman juga menggunakan istilah tersebut.

Kriteria dari klasifikasi iklim Oldeman ditentukan berdasarkan dengan perhitungan Bulan Basah (BB), Bulan Lembap (BL), dan Bulan Kering (BK).

Berikut adalah batasan sistem Oldeman yang memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan juga kebutuhan air tanaman, yakni:

  • Bulan basah, merupakan bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm.

  • Bulan lembab, merupakan bulan dengan rata-rata curah hujan 100 hingga 200 mm.

  • Bulan kering, merupakan bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm.

Berbeda dengan iklim Schmidt-Ferguson, berikut adalah kategori-kategori iklim Oldeman, di antaranya:

  1. Tipe A, bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.

  2. Tipe B, bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.

  3. Tipe C, bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.

  4. Tipe D, bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.

  5. Tipe E, bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.