Tuesday, December 15, 2015 Edit
HINDUALUKTA-- Orang Suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka. Di Indonesia orang suci juga dikenal dengan nama Pandita dan Pinandita. Berdasarkan sifat yang khas dapat disebutkan karena kesaktiannya dan kemujizatannya, kesucian perbuatanya serta idealismenya yang demikian patuh pada fungsinya menyebabkan mereka menjadi orang suci. Namun dalam sejarah peradaban dunia, orang suci secara umum dikenal dalam agama Hindu yakni dengan nama Rsi. Para Rsi ini merupakan orang dalam agama hindu yang berhasil menerima wahyu dari Ide Sanghyang Widhi Wasa. Adapun yang penting diketahui oleh generasi pewaris Agama Hindu tentang orang suci atau para Rsi yang pernah menerimah wahyu dari Dewata (Brahman), akan diuraikan dibawah ini:
Selain Sapta Rsi penerima wahyu Veda, ada juga beberapa maha rsi yang dalam kehidupan agama Hindu dikenal dan disebut – sebut dalam kitab suci karena peran dan jasanya diantaranya adalah :
Dang Hyang Dwijendra sangat terkenal karena pengabdiannya dalam pembinaan umat hindu di Indonesia terutama di Lombok, Jawa, Bali dan Sumbawa. Hal ini diwujudkan karena perjalanan Sucinya (Tirta Yatra). Di Bali beliau mendapat gelar Pendeta Sakti Wauh Rauh dan Dang Hyang Nirata. Di Lombok dengan Gelar Pangeran Sangupati dan di Sumatra dengan gelar Tuan Semeru. Untuk mengingatkan Pendalaman Agama beliau mendirikan beberapa Pura diantaranya : Pura Purancak, Rambut Siwi, Pilaki, Batu Klotok, Mesceti, Ulu Watu, Pati Tenget, Tanah Lot, Air Jeruk dan Pojok batu. Juga Pura Suranadi di Lombok. Serta sebagai cikal bakal lahirnya Brahmana Siwa yang ada di Bali. Beliau moksa di pura Ulu Watu, Badung.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Agama Hindu, adalah agama tertua di dunia. Agama ini memiliki kitab suci bernama Weda, yang merupakan kumpulan Wahyu dari Tuhan. Kemudian dimasukkan ke dalam sastra suci, setelah disarikan wahyu-wahyu tersebut oleh para rsi atau wiku di zaman kuno. Diambil dari berbagai sumber dan literatur, berikut para rsi yang menerima dan menghimpun wahyu-wahyu tersebut. Sehingga lahir menjadi kitab suci Weda dan turunannya. Disebutkan ada 7 maha rsi yang mendapat wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Diantaranya, adalah Maha Rsi Grtasamada, beliau banyak dihubungkan dengan turunnya ayat-ayat suci Weda Kerutama Reg Weda Mandala II. Kemudian Rsi Wiswamitra, yang dihubungkan dengan ayat-ayat Weda Mandala III. Maha Rsi Wamadewa, dihubungkan dengan turunnya mantra-mantra dalam Mandala IV. Lalu Maha Rsi Atri, dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra dalam Mandala V. Maha Rsi Bharadwaja, dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra Mandala VI dan VII. Maha Rsi Kanwa, dikaitkan dengan turunnya wahyu Reg Weda Mandala VIII. Selain ketujuh maha rsi tersebut, masih banyak pula yang konon mendapatkan wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya. Walaupun rsi-rsi di atas yang dianggap paling banyak menerima wahyu dalam penyusunan Weda, sebagai kitab suci Hindu'>umat Hindu di dunia. Kemudian setelah wahyu dari Tuhan turun, dan diterima oleh para maha rsi. Selanjutnya dilakukan penulisan, khususnya pada zaman Waiwasta Manu. Dimana tampil tokoh Bhagawan Byasa, dengan para sisya beliau untuk menghimpun ayat-ayat atau mantra-mantra yang telah diwahyukan. Hasil himpunan tersebut, diantaranya Bhagawan Pulaha berhasil menghimpun mantra-mantra yang kemudian disebut dengan Reg Weda Samhita. Bhagawan Jaimini, berhasil menghimpun mantra-mantra yang disebut Sama Weda Samhita. Bhagawan Waisampayana, berhasil menghimpun mantra-mantra yang kemudian disebut Yajur Weda Samhita. Serta Bhagawan Sumantra, berhasil menghimpun mantra-mantra yang kemudian disebut Atharwa Weda Samhita. Weda sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ilmu pengetahuan. Weda sebagai sastra suci, diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan atau diajarkan dengan sistem lisan, atau pengajaran dari mulut ke mulut. Sebab pada masa itu, tulisan belum ditemukan. Baca juga: Pura Besakih dan Pura Lainnya Pelindung Penjuru Mata Angin di Bali Baca juga: KISAH Pelaku Pariwisata di Jungutbatu Bertahan saat Pandemi,Tutup Restoran Lalu Budidaya Rumput Laut Baca juga: Pansus 1 DPRD Tabanan Bahas Optimaliasi Pendapatan Retribusi Parkir, Pengelolaan Libatkan Desa Adat Sehingga hanya berdasarkan ajaran lisan, dari guru kepada siswanya. Setelah tulisan atau huruf ditemukan, maka para rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Perlu diingat, bahwa Weda bersifat Apaurusheya, karena berasal dari wahyu Tuhan. Bukan karangan manusia, dan bersifat abadi serta suci. Kemudian Maha Rsi Byasa, menyusun kembali Weda dan membaginya menjadi empat bagian utama. Yaitu Reg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda. Semua ini konon disusun pada awal zaman Kaliyuga. (ask) BERITA LAINNYA |