Orang yang menerima wahyu Sang Hyang Widhi disebut

Pemangku Pura Adytia Jaya

HINDUALUKTA-- Orang Suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka.
 

Di Indonesia orang suci juga dikenal dengan nama Pandita dan Pinandita. Berdasarkan sifat yang khas dapat disebutkan karena kesaktiannya dan kemujizatannya, kesucian perbuatanya serta idealismenya yang demikian patuh pada fungsinya menyebabkan mereka menjadi orang suci.

Namun dalam sejarah peradaban dunia, orang suci secara umum dikenal dalam agama Hindu yakni dengan nama Rsi. Para Rsi ini merupakan orang dalam agama hindu yang berhasil menerima wahyu dari Ide Sanghyang Widhi Wasa.

Adapun yang penting diketahui oleh generasi pewaris Agama Hindu tentang orang suci atau para Rsi yang pernah menerimah wahyu dari Dewata (Brahman), akan diuraikan dibawah ini:

  1. Grtsamada, tentang sejarah kehidupan maha Rsi Grtsamada tidak banyak diketahui, namun demikian Rsi Grtsamada telah berhasil menerima wahyu (sruti) tentang ayat – ayat suci Veda, yang kemudian dihimpunnya dalam Reg Veda terutama dalam mandala II.
  2. Wiswamitra, Maha Rsi Wiswamitra adalah maha Rsi yang kedua menerima wahyu. Wahyu ayat – ayat suci yang diterima itu kemuadian dihimpun dalam Reg Veda pada mandala III. Nama maha Rsi Wiswamitra banyak disebut – sebut dalam sejarah Agama hindu.
  3. Wama Dewa, dalam cerita disebutkan bahwa Maha Rsi Wama Dewa sejak berada dalam kandungan ibunya telah mencapai penerapan sempurna, yaitu mampu berdialog Dengan Deva Indra dan Aditi. Beliau juga telah menerima waahyu ayat – ayat suci (sruti) dan menghimpunnya dalam Reg Veda pada mandala IV.
  4. Atri, maha Rsi Atri menerima wahyu Veda yang dihimpun dalam Reg Veda pada mandala V. Sejarah dan riwayat maha Rsi Atri tidak banyak diketahui.
  5. Bhradwaja, nama Bhradwaja sebagai tokoh Maha Rsi hanya disebut – sebut dalam Purana dan Ramayana (Ayodya Kanda) Rsi Bharadwaja adalah putra Maha Rsi Atri, dan banyak dihubungkan dengan Riwayat Hidup Walmiki. Maha Rsi Baradwaja  menerima kitab suci Veda dan kemudian dihimpun dalam Reg Veda mandala VI. Maha Rsi ini disebutkan bersemayam dipertapaan Citrakuta dimana Rama dan Laksamana (dalam cerita Ramayana) pernah tinggal untuk sementara.
  6. Wasistha, Telah menerima wahyu ayat – ayat Suci Veda yang kemudian dihimpun dalam ayat – ayat Reg Veda dalam mandala VII. Didalam cerita Mahabharata, nama Rsi Wasistha sama terkenalnya dengan nama Maha Rsi Wiswamitra.
  7. Kanwa, Maha Rsi Kanwa merupakan maha Rsi yang ketujuh dalm menerima wahyu Veda dan wahyuyang telah diterima kemudian dihimpun dalam ayat – ayat Reg Veda mandala VIII. Maha rsi kanwa inilah yang ceritanya banyak disebut dalam kisah cintanya Sakuntala. Dimana dalam kisah itu Maha Rsi Kanva yang menunggu dan memelihara serta membesarkan bayi perempuan yang kemudian nanti diberinama Sakuntala.

Selain Sapta Rsi penerima wahyu Veda, ada juga beberapa maha rsi yang dalam kehidupan agama Hindu dikenal dan disebut – sebut dalam kitab suci karena peran dan jasanya diantaranya adalah :

  1. Bhagawan Bhrgu, adalah seorang Maha Rsi yang didalam kitab Purana dianggap sebagai putra Brahma dan sebagai pendiri dari warga atau bangsa beliau yang disebut bangsa Bhagawan.
  2. Rsi Agastya, dalam Penyebaran agama hindu Rsi Agastia adalah terkenal jasa – jasanya. Menurut Kitab suci Purana dan Mahabharata beliau lahir dikasi (Beranes) sebagai penganut siwa yang taaat. Beliau dikatakan sebagai pemegang obor yang memberi penerangan suci didaerah pelosok. Beliau meninggalkan kota Kasi menuju keselatan sebagai darmadutha menyebarkan Agama Hindu.
  3. Bhagawan Brhaspati, menurut beberapa kitab purana Bhagawan Braspati adalah putra Bhagawan Angirasa (Angira). Bhagawan Angira terkenal sebagai orang suci, Manasaputra itu diciptakan oleh Brahma melalui pikirannya. Nama – nama Mana Saputra dan Dewa Brahma antara lain Marici, Bhregu, Angira, dan lain – lain.
  4. Mpu Tantular, adalah seorang Rsi yang tinggi Pribadinya dan juga seorang pujangga besar Hindu, hasil karyanya banyak tersebar, satu diantaranya yaitu Sotasoma. Karya ini menggambarkan bahwa Ide Sanghyang Widhi Wasa satu bukan dua, sekalipun ada yang mengatakan Siva dan Budha. Mpu tantular adalah putra dari Mpu Bahula, cucu dari Mpu Bharadah yang saudara kandung dengan Mpu Kuturan. Mpu Tantular memiliki empat putra yaitu : Mpu Kanawawika, Mpu Asmaranatha, Mpu Sidhimantra, dan Mpu Kepakisan, Mpu yang terakhir merupakan leluhur dari Dalem Waturenggong. Kerajaan Gelgel di Bali.
  5. Mpu Kuturan, didalam cerita calon Arang, disebutkan seorang tokoh yaitu Mpu Kuturan. Beliau hidup di Zaman kerajaan Erlangga. Mpu Kuturan ini memiliki saudara kandung yaitu Mpu Bharadah.  Kedua Mpu ini adalah penasehat Raja Erlangga.
  6. Mpu Bharadah, adalah adik kandung Mpu Kuturan. Nama Mpu Bharadah sangat harum baik dalam tulisan – tulisan sejarah kehidupan Agama Hindu di Nusantara. Mpu Bharadah sendiri pernah datang ke Bali. Hal ini dapat dibuktikan dengan disebutnya Nama Mpu Bharadah pada Batu bertulis yang terdapat dipura batumadeg di Besakih tahun 1007.
  7. Dang Hyang Astapaka, adalah Seorang Pandita Budha yang datang dari Majapahit ke Bali. Beliau menyebrang dari blambangan Jawa Timur dengan mengendarai  Perahu menuju daerah Bali Timur. Dalam perjalanan beliau sempat singgah di pulau Serangan ( di sebelah selatan Pula Bali) dan kemudian di tempat tersebut didirikan sebuah pura bernama  Pura Sakhyana yang berarti tempat Sakhyamuni atau Budha.
  8. Dang Hyang Markandeya, adalah orang yang Pertama kali datang ke Bali untuk menyebarkan agama Hindu. Dang Hyang Markandya adalah putra dari Pasangan Sang Mrakanda dengan Dewi Manaswini, dan merupakan cucu dari sang Niata. Beliau berasal dari Jawa Timur. Memiliki Pasraman di kaki Gunung Rawung yang sebelumnya melaksanaan pertapaan digunung raung wilayah sekitar Pegunungan Dieng.
  9. Dang Hyang Dwijendra, adalah seorang Pandita Hindu beliau sangat dihormati di Bali karena kesuciannya, keunggulan budinya, ketinggian rohaninya, karena jasa – jasa dan pengabdian beliau terhadap agama Hindu. Memberikan kesejahteraan rohani dan mengatasi kesengsaraan hidup.
  10. Dang Hyang Dwijendra berasal dari Jawa Timur yakni Kerajaan Majapahit. Dang Hyang Asmaranata adalah nama ayah beliau. Dang Hyang Dwijendra dijadikan menantu oleh Danghyang Penataran di Daha. Di Daha Dang Hyang Dwijendra mengadakan Dharma Yatra (Perjalanan Suci) ke Arah Timur menuju Pasuruan.

Dang Hyang Dwijendra sangat terkenal karena pengabdiannya dalam pembinaan umat hindu di Indonesia terutama di Lombok, Jawa, Bali dan Sumbawa. Hal ini diwujudkan karena perjalanan Sucinya (Tirta Yatra). Di Bali beliau mendapat gelar Pendeta Sakti Wauh Rauh dan Dang Hyang Nirata. 

Di Lombok dengan Gelar Pangeran Sangupati dan di Sumatra dengan gelar Tuan Semeru. Untuk mengingatkan Pendalaman Agama beliau mendirikan beberapa Pura diantaranya : Pura Purancak, Rambut Siwi, Pilaki, Batu Klotok, Mesceti, Ulu Watu, Pati Tenget, Tanah Lot, Air Jeruk dan Pojok batu. Juga Pura Suranadi di Lombok. Serta sebagai cikal bakal lahirnya Brahmana Siwa yang ada di Bali. Beliau moksa di pura Ulu Watu, Badung.


Reff:  Susila, I Nyoman, DKK. 2009. Acara Agama Hindu. Jakarta : Departemen Agama RI.
Supriadi, Ida Bagus. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu. Surabaya : Paramita
http://blog/2012/11/orang-suci-Hindu. (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Agama Hindu, adalah agama tertua di dunia. Agama ini memiliki kitab suci bernama Weda, yang merupakan kumpulan Wahyu dari Tuhan. Kemudian dimasukkan ke dalam sastra suci, setelah disarikan wahyu-wahyu tersebut oleh para rsi atau wiku di zaman kuno.

Diambil dari berbagai sumber dan literatur, berikut para rsi yang menerima dan menghimpun wahyu-wahyu tersebut. Sehingga lahir menjadi kitab suci Weda dan turunannya. Disebutkan ada 7 maha rsi yang mendapat wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Diantaranya, adalah Maha Rsi Grtasamada, beliau banyak dihubungkan dengan turunnya ayat-ayat suci Weda Kerutama Reg Weda Mandala II. Kemudian Rsi Wiswamitra, yang dihubungkan dengan ayat-ayat Weda Mandala III.

Maha Rsi Wamadewa, dihubungkan dengan turunnya mantra-mantra dalam Mandala IV. Lalu Maha Rsi Atri, dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra dalam Mandala V. Maha Rsi Bharadwaja, dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra Mandala VI dan VII. Maha Rsi Kanwa, dikaitkan dengan turunnya wahyu Reg Weda Mandala VIII.

Selain ketujuh maha rsi tersebut, masih banyak pula yang konon mendapatkan wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya. Walaupun rsi-rsi di atas yang dianggap paling banyak menerima wahyu dalam penyusunan Weda, sebagai kitab suci Hindu'>umat  Hindu di dunia.

Kemudian setelah wahyu dari Tuhan turun, dan diterima oleh para maha rsi. Selanjutnya dilakukan penulisan, khususnya pada zaman Waiwasta Manu. Dimana tampil tokoh Bhagawan Byasa, dengan para sisya beliau untuk menghimpun ayat-ayat atau mantra-mantra yang telah diwahyukan.

Hasil himpunan tersebut, diantaranya Bhagawan Pulaha berhasil menghimpun mantra-mantra yang kemudian disebut dengan Reg Weda Samhita. Bhagawan Jaimini, berhasil menghimpun mantra-mantra yang disebut Sama Weda Samhita. Bhagawan Waisampayana, berhasil menghimpun mantra-mantra yang kemudian disebut Yajur Weda Samhita. Serta Bhagawan Sumantra, berhasil menghimpun mantra-mantra yang kemudian disebut Atharwa Weda Samhita.

Weda sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ilmu pengetahuan. Weda sebagai sastra suci, diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan atau diajarkan dengan sistem lisan, atau pengajaran dari mulut ke mulut. Sebab pada masa itu, tulisan belum ditemukan.

Baca juga: Pura Besakih dan Pura Lainnya Pelindung Penjuru Mata Angin di Bali 

Baca juga: KISAH Pelaku Pariwisata di Jungutbatu Bertahan saat Pandemi,Tutup Restoran Lalu Budidaya Rumput Laut

Baca juga: Pansus 1 DPRD Tabanan Bahas Optimaliasi Pendapatan Retribusi Parkir, Pengelolaan Libatkan Desa Adat

Sehingga hanya berdasarkan ajaran lisan, dari guru kepada siswanya. Setelah tulisan atau huruf ditemukan, maka para rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Perlu diingat, bahwa Weda bersifat Apaurusheya, karena berasal dari wahyu Tuhan. Bukan karangan manusia, dan bersifat abadi serta suci.

Kemudian Maha Rsi Byasa, menyusun kembali Weda dan membaginya menjadi empat bagian utama. Yaitu Reg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda. Semua ini konon disusun pada awal zaman Kaliyuga. (ask)

BERITA LAINNYA