Show Masa praaksara di Indonesia telah berakhir ratusan ribu tahun yang lalu. Dari masa praaksara, terdapat berbagai nilai budaya dan tradisi yang masih relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hari ini. Nilai budaya dan tradisi tersebut adalah sebagai berikut.
Jadi, nilai dan tradisi kehidupan manusia pada masa praaksara yang masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman ini adalah nilai religius, nilai gotong royong, nilai keadilan, nilai musyawarah, tradisi bercocok tanam, dan tradisi bahari. apakah hiu halal menurut imam syafi' imam malik imam hambali imam hanafijawab plis apakah hiu halal menurut imam hambali Nama-Nama Raja yang Pernah Memerintah di Kerajaan Kabupaten Gunung Patuha?? Bajotz Menguasai Trisuaka - Sinergi Papers Buka Banten Kocok Nama-Nama Raja yang Pernah Memerintah di Kerajaan Kabupaten Gunung Patuha?? - Sinergi Papers Buka Gambar bisa saja memiliki ha Banten Kocok Sebutkan Urutan Nama Raja Majapahit?? Pertanyaan By Fajar Lazuardi Lazuardi Fajar LinkedIn Fajar Lazuardi kenapa banyak penegetahuan yang berdasarkan instuisi di patahkan oleh empirisme dan rasionalisme? kerajaan kutai martapura runtuh pada tahun? kondisi ekonomi peristiwa pembunuhan munir tuliskan 1 yang tidak diperbolehkan mengeluarkan zakat fitrah! Sebutkan alasan mengapa kamu tidak bisa mempertahankan hubungan kita? Nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia adalah suatu hal yang menjadi suri tauladan atau hikmah pada masa tersebut sebagai pelajaran untuk masa sekarang. Masa praaksara sendiri merupakan suatu periode dimana masyarakat belum mengenal kegiatan membaca dan menulis. Oleh karena itu, nilai dan norma diturunkan melalui lisan dan kebiasaan yang membentuk suatu budaya atau tradisi. Untuk menemukan nilai yang dianut oleh sebuah masyarakat, kita bisa melihat beberapa aspek dalam berkehidup, contohnya dari aspek religius atau kepercayaan dan aspek sosial beserta kegiatan yang terjadi di dalamnya. Berikut nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia. Nilai religius (kepercayaan)Pada masa praaksara, masyarakat Indonesia mempercayai bahwa hal-hal yang terjadi dalam kehidupan berkaitan dengan kekuatan ghaib (roh halus dan makhluk ghaib). Kekuatan ghaib ini pula yang menciptakan fenomena alam seperti petir, hujan badai, gerhana matahari dan gunung meletus. Agar terhindar dari malapetaka dan hal-hal buruk, masyarakat kemudian menyembah dan memuja roh halus dan para makhluk ghaib. Kepercayaan terhadap roh halus atau makhluk ghaib seperti ini disebut animisme. Selain percaya pada roh halus, masyarakat praaksara juga percaya bahwa beberapa benda seperti kapak, pohon, dan mata tombak memiliki kekuatan ghaib sehingga harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda-benda memiliki kekuatan ghaib disebut dengan dinamisme. Nilai gotong royongNilai gotong royong di Indonesia sudah berlangsung lama dari zaman dahulu kala. Masyarakat praaksara sudah hidup secara berkelompok. Maka dari itu, mereka hidup bergotong royong untuk mewujudkan tujuan bersama. Sebagai contoh, bangunan-bangunan peninggalan masa praaksara memiliki ukuran besar sehingga perlu bergotong royong untuk membangunnya. Baca juga: Hasil Kebudayaan Masa Praaksara Indonesia Nilai musyawarahDalam hidup berkelompok, masyarakat praaksara juga telah menerapkan nilai musyawarah, yaitu menyelesaikan masalah melalui musyawarah. Hal tersebut tercermin dari kegiatan pemilihan pemimpin atau sesepuh. Setiap suku-suku selalu memiliki satu orang pemimpin di dalamnya. Pemimpin ini mengatur masyarakat dan memberi keputusan terhadap masalah bersama. Dengan demikian, apabila terdapat masalah atau perselisihan, mereka wajib melapor kepada sesepuh. Sesepuh akan mengumpulkan pihak bermasalah dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah. Nilai keadilanAdil bisa memiliki arti tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang. Pada masa praaksara keadilan tercemin dari cara masyarakat dalam membagi tugas. Masyarakat membagi tugas sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap orang memiliki hak dan kewajiban berbeda-beda. Contohnya, laki-laki – yang umumnya memiliki kekuatan fisik lebih kuat dari pada wanita – banyak melakukan pekerjaan fisik berat seperti kuli, berburu, dan menjadi tentara. Sementara itu, perempuan memiliki ketelitian dan keuletan yang lebih baik sehingga banyak di antaranya menjadi penenun dan pengatur rumah tangga. Tradisi bercocok tanamTradisi bercocok tanam berkaitan dengan mata pencaharian atau pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para ahli menemukan banyak alat-alat pertanian dari masa praaksara seperti beliung persegi (alat untuk mencangkul). Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat saat itu sudah memiliki kebiasaan untuk bertani. Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit. Dengan mengetahui posisi bintang, mereka bisa menentukan arah. Hal ini sangat penting dalam menentukan posisi pulau dan juga pelayaran. Saat berlayar mereka akan mengikuti posisi bintang sebagai arah berlayar. Dalam berlayar, masyarakat praaksara umumnya menggunakan perahu cadik yang memiliki bambu atau kayu di kanan-kirinya untuk mencegah perahu oleng. Perahu bercadik ini kemudian menjadi alat transportasi utama di sungai dan laut serta menjadi angkutan penting dalam penyebaran budaya dari satu pulau ke pulau lainnya. Baca juga: Contoh Hak dan Kewajiban dalam Aspek Kehidupan Kesimpulan
|