Menurut Arnold Toynbee manusia purba pada awalnya memperoleh makanan dengan cara

Arnold Toynbee seorang ahli sejarah dalam bukunya Challenge and Respons, mengungkapkan bahwa manusia akan bisa bertahan dalam peradabannya ketika ia mampu menjawab dan merespon tantangan yang dihadapi.

"Civilization exists by geological consent, subject to change without notice" kata ahli filsafat dan sejarawan Will Durant, mengingatkan kita mengenai lingkungan yang amat menarik yang membuat planet bumi dapat ramah terhadap kehidupan seperti yang kita ketahui sekarang ini. Homo sapiens, merupakan spesies dengan kekuatan penalarannya, menghuni planet bumi pada waktu yang paling akhir. Sistem bergulir terus, perubahan-perubahan selalu terjadi, makhluk hidup beradaptasi terhadap alam sekitarnya, evolusi berjalan terus tanpa terasa, atau punah. Dalam perjalanan sejarah terjadi revolusi peradaban manusia dari peradaban berburu menjadi petani. Dari zaman berburu hingga zaman pertanian. Peralatan demi peralatan ditemukan yang makin lama makin bertambah efisiensinya, bertambah pula penguasaan lingkungan fisiknya, bertambah pula kecepatan gerak manusia, bertambah tingkat kemudahan untuk memperoleh kebutuhan materi dan hal ini mempengaruhi pula pertambahan kesehatan dan umur manusia, percepatan pada unsur non-teknologi dan perubahan kebudayaan. Sampai pada revolusi Industri dimulai dengan penemuan energi uap dan mesin uap oleh James Watt membuka cakrawala baru buat perkembangan peradaban dan budaya teknologi.

Adaptasi juga merupakan faktor penting dalam evolusi makhluk hidup, Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi Darwin adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Sedangkan teori evolusi Lamarck mengatakan bahwa lingkungan membentuk individu-individu yang adaptif dengan lingkungannya. Teori Evolusi Lamarck  dalam bukunya yang berjudul "Philosophic", menjelaskan bahwa lingkungan berpengaruh pada ciri dan sifat yang dihasilkan melalui adaptasi lingkungan. Sementara Teori Evolusi Darwin dalam bukunya yang berjudul "The Origin of Species by Means of Natural Selection" menjelaskan bahwa individu yang beradaptasi pada habitat dengan baik akan mewariskan sifat unggul kepada generasi selanjutnya melalui seleksi alam.

Homo Sapiens dapat bertahan hidup dari hasil memanfaatkan potensi alam yang ada di sekelilingnya. Manusia adalah mahluk yang paling sempurna dibandingkan denganmahluk-mahluk yang lain karena manusia dibekali dengan akal. Dengan akal ini manusia tumbuh menjadi mahluk yang cerdas. Seiring berjalannya waktu dan dengan bertambahnya kecerdasan otak manusia, manusia yang awalnya hanya mampu mengumpulkan makanan dari lingkungan (food gathering) yang menuntutnya untuk selalu berpindah pindah tempat (nomaden) menjadi mampu membuat alat yang dapat digunakan untuk mengolah makanan dan bercocok tanam sehingga hidupnya menjadi menetap.

Namun kegiatan manusia ini lambat laut menimbulkan masalah bagi keharmonisan ekosistem. Semula hutan sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati yang memberikan banyak manfaat bagi manusia seperti oksigen, berbagai jenis tanaman dan hewan serta menyerap gas CO2 dari sisa pembakaran kini berkurang fungsinya karena hutan sudah banyak yang hilang dan rusak. Hilang dan rusaknya hutan akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk di seluruh dunia yang dapat mengganggu keseimbangan alam karena alam tidak mampu menyediakan pangan akibatnya manusia dapat mengalami reduksi karena terjadinya kelaparan endemic, kompetisi air, pangan dan wilayah serta bencana alam (Campbell, 1995 dalam Indriati E, 2007). Kesehatan manusia, dengan munculnya berbagai penyakit hewan dan manusia (demam berdarah, flu burung, dsb) (Mawardi, 2007) ditambah lagi sekarang ini pandemi virus corona.

Seleksi Alam (Natural Selection) dan Adaptasi. Jika berbagai penyakit termasuk Pandemi covid-19 dengan berbagai usaha penelitian para ilmuwan yang belum ditemukan obatnya. Lalu dunia bersatu dikomandoi Badan Kesehatan Dunia (WHO) diberbagai negara menerapkan Prinsip new normal atau protokol kesehatan.  Keberhasilan new normal membutuhkan kesadaran dan adaptasi masyarakat sehingga masyarakat tidak terpapar virus corona. Hal ini memaksa umat manusia melakukan penyesuaian dengan lingkungannya dengan cara beradaptasi agar dapat bertahan hidup. Adaptasi dengan lingkungan dalam menerapkan Prinsip new normal di tengah pandemi covid-19. Adaptasi ini terjadi karena adanya seleksi alam pada masa hidup berdampingan dengan corona virus deseases yang dimaksudkan siapa yang serius, disiplin dan konsisten menerapkan protokol kesehatan akan bertahan dan yang tidak disiplin  akan musna.

Jika hal ini berlangsung terus menerus dalam kurun waktu yang lama bukan tidak mungkin manusia yang ada di muka bumi akan mengalami kepunahan. Untuk itu diperlukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru supaya tetap bertahan hidup. Jadi mungkin suatu saat manusia melakukan evolusi untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Untuk mencegah kerusakan bumi diperlukan upaya pencegahan yang ramah terhadap lingkungan.

Dalam hal ini perubahan lingkungan yang sekarang kurang sehat karena penyebaran virus corona sebagai tantangan yang harus dijawab dengan  perubahan gaya hidup dalam menerapkan prinsip new normal  menjadi alat untuk menyeleksi manusia hidup. Jadi lingkungan membuat suatu seleksi dimana yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebutlah yang dapat tetap bertahan hidup. Seleksi alam melibatkan interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan genotip yang menguntungkan sehingga sifat yang menguntungkan tersebut diwariskan keketurunannya.

Setiap individu organisme  bertahan karena mampu beradaptasi tersebut mewarisi karakternya masing-masing dari orang tua mereka melalui sifat gen yang diturunkan. Perubahan (mutasi) gen pada suatu individu dapat menimbulkan karakter baru pada keturunan berikutnya. Bila karakter baru itu membuat si individu lebih cocok dengan lingkungannya, maka mereka akan lebih sukses dalam bertahan hidup dan memproduksi keturunan. Sebaliknya, bila karakter tersebut membuat si individu baru kurang bertahan, karakter tersebut lambat laun akan hilang dari populasi organisme tersebut. Proses ini disebut sebagai seleksi alam.

Konsep kunci adaptasi pada tingkat sosial individu kemudian menjadi perilaku adaptif, tindakan strategik dan sistensis dari keduanya yang disebut strategi adaptif. Perilaku adaptif merupakan term yang lebih umum dan mengacu pada bentuk perilaku yang menyesuaikan pada tujuan, pencapaian kepuasan, dan putusan. Tindakan strategik, dianggap lebih spesifik dan mengacu pada kepentingan khusus yang dipunyai sang aktor. Dalam tindakan stratejik sendiri terdapat konsep yang meliputinya seperti rasionalitas, maksimalisasi, orientasi pencapaian, Homo faber dll. Strategi adaptif, adalah komponen dari tindakan strategi atau tindakan spesifik dengan tingkatan prediksi keberhasilan, dimana diseleksi oleh individu dalam menentukan keputusannya (Hardestry,271-272 dalam Prasetijo, 2008).

Penyebaran pandemic COVID-19 ternyata mampu merubah dunia dan manusia. Perubahan begitu cepat dan terus berlangsung, melebihi cara berubah sebagaimana yang terjadi di era revolusi industri 4.0. Dunia seakan di-restart dan perubahan terjadi begitu sangat mendasar dan luas. Tidak ada kesempatan untuk melakukan penyesuian, sosialisasi atau apapun namanya, faktanya manusia dipaksa berbenah agar tetap bertahan dalam peradaban yang tengah diuji. Arnold Toynbee seorang ahli sejarah dalam bukunya Challenge and Respons, mengungkapkan bahwa manusia akan bisa bertahan dalam peradabannya ketika ia mampu menjawab dan merespon tantangan yang dihadapi. Disaat kondisi dan situasi yang penuh ketidakpastian ini, manusia menghadapi tantangan dan ujian cukup berat, yaitu bagaimana supaya bisa bertahan hidup dan melakukan berbagai aktifitas produktif.


Menurut Arnold Toynbee manusia purba pada awalnya memperoleh makanan dengan cara

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 2

Arnold Toynbee seorang ahli sejarah dalam bukunya Challenge and Respons, mengungkapkan bahwa manusia akan bisa bertahan dalam peradabannya ketika ia mampu menjawab dan merespon tantangan yang dihadapi.

"Civilization exists by geological consent, subject to change without notice" kata ahli filsafat dan sejarawan Will Durant, mengingatkan kita mengenai lingkungan yang amat menarik yang membuat planet bumi dapat ramah terhadap kehidupan seperti yang kita ketahui sekarang ini. Homo sapiens, merupakan spesies dengan kekuatan penalarannya, menghuni planet bumi pada waktu yang paling akhir. Sistem bergulir terus, perubahan-perubahan selalu terjadi, makhluk hidup beradaptasi terhadap alam sekitarnya, evolusi berjalan terus tanpa terasa, atau punah. Dalam perjalanan sejarah terjadi revolusi peradaban manusia dari peradaban berburu menjadi petani. Dari zaman berburu hingga zaman pertanian. Peralatan demi peralatan ditemukan yang makin lama makin bertambah efisiensinya, bertambah pula penguasaan lingkungan fisiknya, bertambah pula kecepatan gerak manusia, bertambah tingkat kemudahan untuk memperoleh kebutuhan materi dan hal ini mempengaruhi pula pertambahan kesehatan dan umur manusia, percepatan pada unsur non-teknologi dan perubahan kebudayaan. Sampai pada revolusi Industri dimulai dengan penemuan energi uap dan mesin uap oleh James Watt membuka cakrawala baru buat perkembangan peradaban dan budaya teknologi.

Adaptasi juga merupakan faktor penting dalam evolusi makhluk hidup, Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi Darwin adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Sedangkan teori evolusi Lamarck mengatakan bahwa lingkungan membentuk individu-individu yang adaptif dengan lingkungannya. Teori Evolusi Lamarck  dalam bukunya yang berjudul "Philosophic", menjelaskan bahwa lingkungan berpengaruh pada ciri dan sifat yang dihasilkan melalui adaptasi lingkungan. Sementara Teori Evolusi Darwin dalam bukunya yang berjudul "The Origin of Species by Means of Natural Selection" menjelaskan bahwa individu yang beradaptasi pada habitat dengan baik akan mewariskan sifat unggul kepada generasi selanjutnya melalui seleksi alam.

Homo Sapiens dapat bertahan hidup dari hasil memanfaatkan potensi alam yang ada di sekelilingnya. Manusia adalah mahluk yang paling sempurna dibandingkan denganmahluk-mahluk yang lain karena manusia dibekali dengan akal. Dengan akal ini manusia tumbuh menjadi mahluk yang cerdas. Seiring berjalannya waktu dan dengan bertambahnya kecerdasan otak manusia, manusia yang awalnya hanya mampu mengumpulkan makanan dari lingkungan (food gathering) yang menuntutnya untuk selalu berpindah pindah tempat (nomaden) menjadi mampu membuat alat yang dapat digunakan untuk mengolah makanan dan bercocok tanam sehingga hidupnya menjadi menetap.

Namun kegiatan manusia ini lambat laut menimbulkan masalah bagi keharmonisan ekosistem. Semula hutan sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati yang memberikan banyak manfaat bagi manusia seperti oksigen, berbagai jenis tanaman dan hewan serta menyerap gas CO2 dari sisa pembakaran kini berkurang fungsinya karena hutan sudah banyak yang hilang dan rusak. Hilang dan rusaknya hutan akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk di seluruh dunia yang dapat mengganggu keseimbangan alam karena alam tidak mampu menyediakan pangan akibatnya manusia dapat mengalami reduksi karena terjadinya kelaparan endemic, kompetisi air, pangan dan wilayah serta bencana alam (Campbell, 1995 dalam Indriati E, 2007). Kesehatan manusia, dengan munculnya berbagai penyakit hewan dan manusia (demam berdarah, flu burung, dsb) (Mawardi, 2007) ditambah lagi sekarang ini pandemi virus corona.

Seleksi Alam (Natural Selection) dan Adaptasi. Jika berbagai penyakit termasuk Pandemi covid-19 dengan berbagai usaha penelitian para ilmuwan yang belum ditemukan obatnya. Lalu dunia bersatu dikomandoi Badan Kesehatan Dunia (WHO) diberbagai negara menerapkan Prinsip new normal atau protokol kesehatan.  Keberhasilan new normal membutuhkan kesadaran dan adaptasi masyarakat sehingga masyarakat tidak terpapar virus corona. Hal ini memaksa umat manusia melakukan penyesuaian dengan lingkungannya dengan cara beradaptasi agar dapat bertahan hidup. Adaptasi dengan lingkungan dalam menerapkan Prinsip new normal di tengah pandemi covid-19. Adaptasi ini terjadi karena adanya seleksi alam pada masa hidup berdampingan dengan corona virus deseases yang dimaksudkan siapa yang serius, disiplin dan konsisten menerapkan protokol kesehatan akan bertahan dan yang tidak disiplin  akan musna.

Jika hal ini berlangsung terus menerus dalam kurun waktu yang lama bukan tidak mungkin manusia yang ada di muka bumi akan mengalami kepunahan. Untuk itu diperlukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru supaya tetap bertahan hidup. Jadi mungkin suatu saat manusia melakukan evolusi untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Untuk mencegah kerusakan bumi diperlukan upaya pencegahan yang ramah terhadap lingkungan.

Dalam hal ini perubahan lingkungan yang sekarang kurang sehat karena penyebaran virus corona sebagai tantangan yang harus dijawab dengan  perubahan gaya hidup dalam menerapkan prinsip new normal  menjadi alat untuk menyeleksi manusia hidup. Jadi lingkungan membuat suatu seleksi dimana yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebutlah yang dapat tetap bertahan hidup. Seleksi alam melibatkan interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan genotip yang menguntungkan sehingga sifat yang menguntungkan tersebut diwariskan keketurunannya.

Setiap individu organisme  bertahan karena mampu beradaptasi tersebut mewarisi karakternya masing-masing dari orang tua mereka melalui sifat gen yang diturunkan. Perubahan (mutasi) gen pada suatu individu dapat menimbulkan karakter baru pada keturunan berikutnya. Bila karakter baru itu membuat si individu lebih cocok dengan lingkungannya, maka mereka akan lebih sukses dalam bertahan hidup dan memproduksi keturunan. Sebaliknya, bila karakter tersebut membuat si individu baru kurang bertahan, karakter tersebut lambat laun akan hilang dari populasi organisme tersebut. Proses ini disebut sebagai seleksi alam.

Konsep kunci adaptasi pada tingkat sosial individu kemudian menjadi perilaku adaptif, tindakan strategik dan sistensis dari keduanya yang disebut strategi adaptif. Perilaku adaptif merupakan term yang lebih umum dan mengacu pada bentuk perilaku yang menyesuaikan pada tujuan, pencapaian kepuasan, dan putusan. Tindakan strategik, dianggap lebih spesifik dan mengacu pada kepentingan khusus yang dipunyai sang aktor. Dalam tindakan stratejik sendiri terdapat konsep yang meliputinya seperti rasionalitas, maksimalisasi, orientasi pencapaian, Homo faber dll. Strategi adaptif, adalah komponen dari tindakan strategi atau tindakan spesifik dengan tingkatan prediksi keberhasilan, dimana diseleksi oleh individu dalam menentukan keputusannya (Hardestry,271-272 dalam Prasetijo, 2008).

Penyebaran pandemic COVID-19 ternyata mampu merubah dunia dan manusia. Perubahan begitu cepat dan terus berlangsung, melebihi cara berubah sebagaimana yang terjadi di era revolusi industri 4.0. Dunia seakan di-restart dan perubahan terjadi begitu sangat mendasar dan luas. Tidak ada kesempatan untuk melakukan penyesuian, sosialisasi atau apapun namanya, faktanya manusia dipaksa berbenah agar tetap bertahan dalam peradaban yang tengah diuji. Arnold Toynbee seorang ahli sejarah dalam bukunya Challenge and Respons, mengungkapkan bahwa manusia akan bisa bertahan dalam peradabannya ketika ia mampu menjawab dan merespon tantangan yang dihadapi. Disaat kondisi dan situasi yang penuh ketidakpastian ini, manusia menghadapi tantangan dan ujian cukup berat, yaitu bagaimana supaya bisa bertahan hidup dan melakukan berbagai aktifitas produktif.


Menurut Arnold Toynbee manusia purba pada awalnya memperoleh makanan dengan cara

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Arnold Toynbee seorang ahli sejarah dalam bukunya Challenge and Respons, mengungkapkan bahwa manusia akan bisa bertahan dalam peradabannya ketika ia mampu menjawab dan merespon tantangan yang dihadapi.

"Civilization exists by geological consent, subject to change without notice" kata ahli filsafat dan sejarawan Will Durant, mengingatkan kita mengenai lingkungan yang amat menarik yang membuat planet bumi dapat ramah terhadap kehidupan seperti yang kita ketahui sekarang ini. Homo sapiens, merupakan spesies dengan kekuatan penalarannya, menghuni planet bumi pada waktu yang paling akhir. Sistem bergulir terus, perubahan-perubahan selalu terjadi, makhluk hidup beradaptasi terhadap alam sekitarnya, evolusi berjalan terus tanpa terasa, atau punah. Dalam perjalanan sejarah terjadi revolusi peradaban manusia dari peradaban berburu menjadi petani. Dari zaman berburu hingga zaman pertanian. Peralatan demi peralatan ditemukan yang makin lama makin bertambah efisiensinya, bertambah pula penguasaan lingkungan fisiknya, bertambah pula kecepatan gerak manusia, bertambah tingkat kemudahan untuk memperoleh kebutuhan materi dan hal ini mempengaruhi pula pertambahan kesehatan dan umur manusia, percepatan pada unsur non-teknologi dan perubahan kebudayaan. Sampai pada revolusi Industri dimulai dengan penemuan energi uap dan mesin uap oleh James Watt membuka cakrawala baru buat perkembangan peradaban dan budaya teknologi.

Adaptasi juga merupakan faktor penting dalam evolusi makhluk hidup, Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi Darwin adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Sedangkan teori evolusi Lamarck mengatakan bahwa lingkungan membentuk individu-individu yang adaptif dengan lingkungannya. Teori Evolusi Lamarck  dalam bukunya yang berjudul "Philosophic", menjelaskan bahwa lingkungan berpengaruh pada ciri dan sifat yang dihasilkan melalui adaptasi lingkungan. Sementara Teori Evolusi Darwin dalam bukunya yang berjudul "The Origin of Species by Means of Natural Selection" menjelaskan bahwa individu yang beradaptasi pada habitat dengan baik akan mewariskan sifat unggul kepada generasi selanjutnya melalui seleksi alam.

Homo Sapiens dapat bertahan hidup dari hasil memanfaatkan potensi alam yang ada di sekelilingnya. Manusia adalah mahluk yang paling sempurna dibandingkan denganmahluk-mahluk yang lain karena manusia dibekali dengan akal. Dengan akal ini manusia tumbuh menjadi mahluk yang cerdas. Seiring berjalannya waktu dan dengan bertambahnya kecerdasan otak manusia, manusia yang awalnya hanya mampu mengumpulkan makanan dari lingkungan (food gathering) yang menuntutnya untuk selalu berpindah pindah tempat (nomaden) menjadi mampu membuat alat yang dapat digunakan untuk mengolah makanan dan bercocok tanam sehingga hidupnya menjadi menetap.

Namun kegiatan manusia ini lambat laut menimbulkan masalah bagi keharmonisan ekosistem. Semula hutan sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati yang memberikan banyak manfaat bagi manusia seperti oksigen, berbagai jenis tanaman dan hewan serta menyerap gas CO2 dari sisa pembakaran kini berkurang fungsinya karena hutan sudah banyak yang hilang dan rusak. Hilang dan rusaknya hutan akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk di seluruh dunia yang dapat mengganggu keseimbangan alam karena alam tidak mampu menyediakan pangan akibatnya manusia dapat mengalami reduksi karena terjadinya kelaparan endemic, kompetisi air, pangan dan wilayah serta bencana alam (Campbell, 1995 dalam Indriati E, 2007). Kesehatan manusia, dengan munculnya berbagai penyakit hewan dan manusia (demam berdarah, flu burung, dsb) (Mawardi, 2007) ditambah lagi sekarang ini pandemi virus corona.

Seleksi Alam (Natural Selection) dan Adaptasi. Jika berbagai penyakit termasuk Pandemi covid-19 dengan berbagai usaha penelitian para ilmuwan yang belum ditemukan obatnya. Lalu dunia bersatu dikomandoi Badan Kesehatan Dunia (WHO) diberbagai negara menerapkan Prinsip new normal atau protokol kesehatan.  Keberhasilan new normal membutuhkan kesadaran dan adaptasi masyarakat sehingga masyarakat tidak terpapar virus corona. Hal ini memaksa umat manusia melakukan penyesuaian dengan lingkungannya dengan cara beradaptasi agar dapat bertahan hidup. Adaptasi dengan lingkungan dalam menerapkan Prinsip new normal di tengah pandemi covid-19. Adaptasi ini terjadi karena adanya seleksi alam pada masa hidup berdampingan dengan corona virus deseases yang dimaksudkan siapa yang serius, disiplin dan konsisten menerapkan protokol kesehatan akan bertahan dan yang tidak disiplin  akan musna.

Jika hal ini berlangsung terus menerus dalam kurun waktu yang lama bukan tidak mungkin manusia yang ada di muka bumi akan mengalami kepunahan. Untuk itu diperlukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru supaya tetap bertahan hidup. Jadi mungkin suatu saat manusia melakukan evolusi untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Untuk mencegah kerusakan bumi diperlukan upaya pencegahan yang ramah terhadap lingkungan.

Dalam hal ini perubahan lingkungan yang sekarang kurang sehat karena penyebaran virus corona sebagai tantangan yang harus dijawab dengan  perubahan gaya hidup dalam menerapkan prinsip new normal  menjadi alat untuk menyeleksi manusia hidup. Jadi lingkungan membuat suatu seleksi dimana yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebutlah yang dapat tetap bertahan hidup. Seleksi alam melibatkan interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan genotip yang menguntungkan sehingga sifat yang menguntungkan tersebut diwariskan keketurunannya.

Setiap individu organisme  bertahan karena mampu beradaptasi tersebut mewarisi karakternya masing-masing dari orang tua mereka melalui sifat gen yang diturunkan. Perubahan (mutasi) gen pada suatu individu dapat menimbulkan karakter baru pada keturunan berikutnya. Bila karakter baru itu membuat si individu lebih cocok dengan lingkungannya, maka mereka akan lebih sukses dalam bertahan hidup dan memproduksi keturunan. Sebaliknya, bila karakter tersebut membuat si individu baru kurang bertahan, karakter tersebut lambat laun akan hilang dari populasi organisme tersebut. Proses ini disebut sebagai seleksi alam.

Konsep kunci adaptasi pada tingkat sosial individu kemudian menjadi perilaku adaptif, tindakan strategik dan sistensis dari keduanya yang disebut strategi adaptif. Perilaku adaptif merupakan term yang lebih umum dan mengacu pada bentuk perilaku yang menyesuaikan pada tujuan, pencapaian kepuasan, dan putusan. Tindakan strategik, dianggap lebih spesifik dan mengacu pada kepentingan khusus yang dipunyai sang aktor. Dalam tindakan stratejik sendiri terdapat konsep yang meliputinya seperti rasionalitas, maksimalisasi, orientasi pencapaian, Homo faber dll. Strategi adaptif, adalah komponen dari tindakan strategi atau tindakan spesifik dengan tingkatan prediksi keberhasilan, dimana diseleksi oleh individu dalam menentukan keputusannya (Hardestry,271-272 dalam Prasetijo, 2008).

Penyebaran pandemic COVID-19 ternyata mampu merubah dunia dan manusia. Perubahan begitu cepat dan terus berlangsung, melebihi cara berubah sebagaimana yang terjadi di era revolusi industri 4.0. Dunia seakan di-restart dan perubahan terjadi begitu sangat mendasar dan luas. Tidak ada kesempatan untuk melakukan penyesuian, sosialisasi atau apapun namanya, faktanya manusia dipaksa berbenah agar tetap bertahan dalam peradaban yang tengah diuji. Arnold Toynbee seorang ahli sejarah dalam bukunya Challenge and Respons, mengungkapkan bahwa manusia akan bisa bertahan dalam peradabannya ketika ia mampu menjawab dan merespon tantangan yang dihadapi. Disaat kondisi dan situasi yang penuh ketidakpastian ini, manusia menghadapi tantangan dan ujian cukup berat, yaitu bagaimana supaya bisa bertahan hidup dan melakukan berbagai aktifitas produktif.


Menurut Arnold Toynbee manusia purba pada awalnya memperoleh makanan dengan cara

Lihat Humaniora Selengkapnya