Mengapa nilai uang dikatakan turun apabila harga-harga naik

Nilai tukar atau kurs merupakan nilai tukar antar dua negara yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Ada dua jenis nilai tukar yang dipakai yaitu Kurs Nominal dan Kurs Riil.

Kurs Nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang sutau negara dengan mata uang negara lain.

Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan Rupiah Indonesia sebesar Rp14.500, maka 1 dolar bernilai Rp14.500. Ketika kita meginginkan 20 dolar maka harus membayar Rp290.000 ($20 x Rp14500).

Kurs Riil (real exchange rate) adalah nilai tukar yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lainnya.

Misalnya, ketika membeli tas dengan harga di Amerika adalah 400 dolar sedangkan di Indonesia Rp2.000.000. Untuk perbandingan harga keduanya, maka harus mengubahnya menjadi mata uang umum, jika 1 dolar Rp10.000 maka harga tas di Amerika Rp4.000.000. Sehingga dalam membandingkan harga tas di Amerika dan Indonesia, dapat disimpulkan harga tas di Indonesia ½ harga dari harga tas di Amerika.

Ketika nilai tukar berubah sehinga 1 dolar dapat membeli mata uang asing lebih banyak disebut Apresiasi, beberapa menyebutnya dengan “menguat”. Sebaliknya ketika nilai tukar berubah sehingga 1 dolar hanya bisa membeli mata uang lebih sedikit maka disebut Depresiasi, beberapa menyebutnya dengan “melemah”.

Sedangkan, salah satu alat ukur untuk mengetahui daya saing suatu negara dari sisi harga dalam pertukaran mitra dagang biasanya menggunakan Real Effective Exchange Rates (REER).

Real Effective Exchange Rates (REER) adalah indikator untuk menjelaskan nilai mata uang suatu negara relatif terhadap beberapa mata uang negara-negara lainnya yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi pada tahun tertentu atau indeks harga konsumen negara tertentu.

Kenaikan Real Effective Exchange Rate menggambarkan nilai ekspor lebih mahal dan nilai impor lebih murah, peningkatan tersebut menunjukan berkurangnya daya saing perdagangan, begitu juga sebaliknya.

Sumber data yang dipakai yaitu Mata uang/ nilai tukar negara tertentu (CURi) dibandingkan nilai tukar Indonesia (IDRt). Selain itu, perhitungan indeks harga konsumen Indonesia (Pid) dibandingkan dengan indeks harga konsumen negara tertentu (Pi). Perhitungan bobot (w) yang digunakan dalam perhitungan didasarkan pada proporsi nilai ekspor dan impor masing-masing negara terhadap nilai ekspor dan impor Indonesia.

Mengapa nilai uang dikatakan turun apabila harga-harga naik

REER:   indeks nilai tukar riil periode t                                    w:           bobotKeterangan:

CUR:      mata uang negara lain                                                   o:           Periode tahun dasar

IDR:       mata uang rupiah                                                            i:           negara tertentu

P:            indeks harga                                                                   id:           Indonesia

t:             periode t

Ilustrasi investor sedang memegang emas batangan atau logam mulia hasil investasinya. (Shutterstock)

Bareksa.com- Ingin investasi emas tapi bingung melihat perkembangan naik turunnya harga emas? Apa saja sebetulnya yang membuat harga emas bisa naik turun sedemikian rupa?

Nah, berikut ulasan mengenai penyebab naik turunnya harga emas global yang Bareksa kutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK):

1. Ketidakpastiaan Kondisi Global

Berbagai situasi yang terjadi seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas. Mengapa begitu ya?

Dalam kondisi ekonomi dan politik yang kacau balau, emas seringkali dianggap sebagai penyelamat. Makanya saat terjadi krisis atau perang, biasanya harga emas akan melonjak naik. Investasi emas disebut-sebut salah satu aset aman (safe haven).

Pada sebuah kesempatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengakui lho bahwa emas kerap menjadi pilihan investor di kala ketidakpastian ekonomi global saat ini. Setidaknya ada tiga alasan emas baru dipilih manakala ekonomi sedang tidak menentu atau terdapat gejolak geopolitik. 

Pertama, nilai emas tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi. Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi atau perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas. Tak perlu heran, pamor emas umumnya melejit ketika sedang krisis.

2. Penawaran dan Permintaan Emas

Hukum penawaran dan permintaan juga berlaku pada emas. Lebih besar permintaan emas ketimbang penawarannya bikin logam mulia yang digemari ibu-ibu rumah tangga ini bakal naik. Sebaliknya, harganya akan turun apabila penawaran lebih besar daripada permintaannya. Satu hal yang juga perlu dicatat bahwa ketersediaan emas di dunia ini cukup terbatas.

3. Kebijakan Moneter

Harga emas juga sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil bank sentral Amerika Serikat (Federal System atau secara informal disebut The Fed). Kebijakan moneter yang dimaksud adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga.

Saat The Fed menurunkan suku bunga, emas berpotensi naik harganya. Alasannya dolar menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas batangan. Begitu juga sebaliknya.

4. Inflasi

Inflasi adalah salah satu faktor utama yang membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga berdampak pada harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas. Penyebabnya masyarakat yang enggan menyimpan aset mereka dalam bentuk uang yang mudah kehilangan nilainya dan lebih memilih berinvestasi emas yang harganya cenderung stabil dan lebih aman ketika inflasi. Karena semakin diminati inilah, maka harga emas akan meningkat pula.

5. Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat

Harga emas dalam negeri mengacu pada harga emas internasional yang dikonversi dari dolar Amerika Serikat (AS) ke dalam mata uang rupiah. Makanya, harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Jadi, saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah maka harga emas lokal menguat atau tinggi. Sebaliknya, bila nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.

Bareksa Emas

Mau mulai investasi emas atau ingin melakukan diversifikasi investasi dengan berinvestasi logam mulia atau emas batangan? Jika tidak ingin repot membelinya, maka kamu bisa memanfaatkan fitur jual beli emas online kini sudah tersedia di BareksaEmas.

Dalam fitur BareksaEmas, Bareksa telah bermitra dengan Indogold dan Pegadaian, yang merupakan penyedia emas fisik dengan layanan gadai emas sesuai izin OJK. Emas yang dibeli investor di Bareksa emas ada bentuk fisiknya dan disimpan di brankas aman, yang bisa dijual atau diambil fisiknya bila diperlukan. 

Emas yang diperjualbelikan Bareksa melalui fitur BareksaEmas adalah logam mulia dengan kadar 99,99 persen yang diproduksi oleh ANTAM dan UBS. Emas batangan produksi ANTAM dan UBS sudah sering dijadikan alat investasi sehingga tidak perlu diragukan lagi keasliannya.

Investasi emas di BareksaEmas mulai dengan nominal Rp50 ribu saja, atau ukuran minimal 0,1 gram. 

Promo Investasi Emas untuk Donasi

Seiring dengan peluncuran Tabungan Emas Pegadaian di BareksaEmas, Bareksa dan Pegadaian mengadakan program promosi untuk 500 transaksi tercepat untuk pembelian pertama Tabungan Emas Pegadaian di Bareksa dengan nilai minimum Rp500.000 berkesempatan meraih hadiah voucher emas Rp50.000.

BareksaEmas juga menjadi salah satu produk investasi utama untuk menunjang sinergi Bareksa - Grab - OVO dalam program #ThREEforGood, yang akan memberikan donasi kepada 30.912 anak yatim piatu korban Covid-19 melalui platform crowdfunding BenihBaik pimpinan Andy F. Noya.

Untuk setiap transaksi pembelian emas Pegadaian menggunakan OVO di BareksaEmas, maka Bareksa - Grab - OVO akan menyumbangkan 0,5 persen dari nilai transaksi, tanpa mengurangi nilai investasi nasabah.

Di samping itu, nasabah juga berkesempatan mendapatkan total hadiah senilai Rp500 juta dalam bentuk voucher GrabFood hingga Rp100.000 dan OVO Points hingga Rp100.000 untuk setiap pembelian produk BareksaEmas di aplikasi Bareksa menggunakan metode pembayaran OVO minimal Rp1 juta dan memasukkan kode promo.

(Martina Priyanti/hm)

Investasi Sekarang

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerjasama dengan Mitra Emas berizin. 

Apa yang terjadi pada nilai mata uang saat inflasi naik?

Sebagai indikator yang mencerminkan pola pengeluaran, angka inflasi yang meningkat mencerminkan kenaikan biaya hidup. Dengan kata lain, inflasi membuat nilai uang Anda susut sehingga daya beli Anda melemah.

Apa yang dimaksud dengan penurunan nilai uang?

Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang suatu negara oleh pemerintah yang bersangkutan terhadap mata uang negara lain. Devaluasi terjadi akibat kebijakan moneter yang menetapkan suatu patokan kurs terhadap mata uang asing.

Apa penyebab kenaikan harga?

Jadi, dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa penyebab harga barang-barang mahal akibat inflasi dan adanya pergeseran kurva permintaan dan penawaran (demand and supply) serta jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Bagaimana pengaruh inflasi terhadap nilai tukar?

Semakin tinggi tingkat inflasi disuatu negara, maka harga saham di perusahaan tersebut akan menurun. Begitu pula dengan nilai tukar semakin terapresiasi nilai mata uang suatu negara, maka harga saham di negara tersebut juga akan meningkat.