Mendapatkan penjiwaan dalam mendeklamasikan puisi dapat dilakukan dengan

Written By Rahmat Wahyudi Edit

Balerumah.com – Puisi merupakan karya sastra yang mengandung irama indah yang dihasilkan dari penyusunan kalimat. Puisi juga memiliki syarat tertentu untuk dikatakan sebagai puisi. Sebab, keindahan di dalamnya bukan hanya mencurahkan perasaan, namun juga memiliki unsur seni yang kuat dari penyusunan kalimatnya. Seperti majas-majas, misalnya.

Membaca puisi bukan hanya sekedar membaca, tapi ada ekspresi dan suara yang bisa kita mainkan untuk mendapatkan rasa yang berbeda.


Puisi kini terbagi menjadi dua, yaitu puisi lama dan modern. Puisi lama masih terikat pada rima, bait, dan jumlah baris. Selain itu, puisi lama adalah pantun dan syair. Sedangkan puisi modern tidak terikat pada jumlah baris, bait atau rima di dalam penulisannya. Dengan kata lain bebas. Karya sastra puisi ini memang banyak sekali pengertian dan definisi dari para penyair. Namun tujuannya tetap sama, yaitu menunjukkan bahwa puisi merupakan karya sastra yang harus menggunakan keindahan bahasa. Termasuk salah satunya metafora. Oke, langsung saja, berikut cara membaca puisiya:

1. Artikulasi dan Intonasi yang tepat

Artikulasi merupakan pengucapan kata secara jelas sehingga menghasilkan bunyi bahasa yang bisa didengar oleh penonton. Mengucap kata yang jelas pastinya dengan cara membuka mulut dan mengeluarkan suara agar suara terdengar jelas. Seperti misalnya ketika mengucapkan huruf-huruf vokal, ketika anda mengucap huruf “A” maka bukaan mulut melebar, sedangkan mengucap huruf “U” bukaan mulut sedikit dan bibir agak monyong ke depan. Intonasi, yaitu tinggi rendahnya nada pada kalimat yang menekankan pengucapan pada kata-kata tertentu, sehingga menghasilkan keindahan yang didengar oleh penonton. Seperti misalnya pada pengucapan puisi Wiji Thukul, “…maka hanya ada satu kata. Lawan!” Dalam pengucapan demikian, artikulasi dan intonasinya juga harus tepat, agar pengucapan tersebut membangunkan rasa semangat.

2. Ekspresi atau Mimik Setelah artikulasi dan intonasi, ada pula ekspresi. Ekspresi ini merupakan suatu bentuk penjiwaan perasaan ketika anda membaca puisi. Dan mimik adalah raut wajah yang menggambarkan isi dalam puisi beserta penjiwaannya. Kedua hal ini sangat penting bagi keindahan puisi ketika membacanya. Karena merupakan peran pendukung, agar puisi jadi makin matang ketika dibaca. Maka dari itu, pembaca puisi mesti bisa untuk mengekspresikan dan menyesuaikan mimik wajah dengan tulisan. Ketika puisi yang dibawakan memiliki ekspresi yang semangat, maka harus dibaca demikian. Begitu juga dengan puisi sedih, maka harus dibaca sedih agar penoton mendapatkan pesan yang pembaca sampaikan.

3. Gerak Tubuh

Nah, ini dia. Gerak tubuh merupakan pelengkap dari pembacaan puisi. Kenapa begitu? Ya, bayangkan saja, kalau hanya ekspresi tanpa gerak tubuh. Seperti bicara saja, anda bicara dengan orang lain pasti ada gerak tubuh, walaupun hanya sedikit. Itu merupakan reflek. Tapi kalau dalam puisi, anda harus menciptakan gerak tubuh yang sesuai dengan isi puisi. Contohnya adalah potongan puisi Wiji Thukul, “…maka hanya ada satu kata. Lawan!” Ketika anda membaca puisi ini di depan penonton, tubuh anda mesti bergerak. Paling tidak, mengangkat satu tangan, itu merupakan gerak tubuh.  Sehingga penonton akan mendapatkan suasana dari puisi yang anda bacakan.

4. Mental Setelah paham akan pergerakan tubuh dalam membaca puisi, selanjutnya kita menguatkan mental. Hal ini berguna agar ketika membaca puisi tidak terjadi demam panggung. Apa itu demam panggung? Maksudnya adalah kondisi dimana kita canggung dalam bicara, dalam beraktivitas di atas panggung, atau di depan penonton. Demam penggung memang terlihat sepele bagi kita, tapi sebetulnya itu bisa menurunkn kualitas anda dalam berpenampilan apa pun di depan. Tentu saja, ketika anda demam panggung kemudian melakukan hal yang salah, itu akan membuat anda malu. Maka dari itu diperlukan latihan sebelum tampil. Bagaimana caranya? Sering-seringlah berlatih membaca puisi di depan teman anda jika sedang berkumpul. Dengan begitu anda akan tidak akan kaget ketika berdiri di hadapan banyak orang.

5. Membaca

Dalam membaca puisi, penting bagi kita untuk lancar dan tepat tempo pembacaan, agar penonton menikmati puisi yang kita bacakan. Lancar dan tepat, kedua hal ini harus menyatu dalam penampilan anda. Untuk menjadi lancar membaca, anda harus sering membacanya berulang-ulang sampai lancar. Karena kalau tidak lancar, sulit pastinya mengekspresikan puisi tersebut. Begitu juga dengan ketepatan, diperlukan pengulangan agar paham pembacaan yang tepat.

6. Pengaturan Pernapasan Nah, terkadang kita lupa dengan hal yang satu ini. Pengaturan napas menjadi sangat penting terutama jika puisinya memiliki larik yang cukup panjang. Sebab ketika kita mengeluarkan gerak tubuh, otomatis menguras sedikit napas kita. Pengaturan napas ketika membaca puisi juga berkaitan dengan intonasi dan artikluasi. Karena dengan kaitannya itu, ketika kita dapat mengatur napas, maka bunyi yang keluar pun terdengar jelas.

Selain itu, pernapasan juga digunakan untuk membuat jeda berhenti sejenak, atau membuat napas menjadi terengah-engah. Misalnya dalam pembacaan puisi sedih, pasti anda sudah pernah lihat. Membuat napas terengah-engah dan tangan memegang dada, seperti itulah contohnya.


7. Makna Puisi Tak lupa yang terakhir ini, memahami makna puisi. Jika anda ingin membacakan puisi tertentu, anda harus memahami makna puisi tersebut. Paling tidak, anda paham kapan dan untuk apa puisi itu dibuat. Makna puisi berkaitan dengan keseluruhan poin yang ada di atas. Mengapa demikian? Karena puisi itu misterius. Kita bisa menebak artinya, tapi belum tentu itu yang dimaksud oleh penulis.

Puisi memiliki makna yang berlapis dan kadang bersifat imajinatif. Maksudnya adalah, dalam setiap frasa tentu memiliki makna yang luas, yang jauh dari dugaan kita. Maka dari itu kita mesti memahami makna sebuah puisi dengan cara membedah secara bahasa.

Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 2, Juli–Desember 2019

Oleh Desi Ari Pressanti, M.Hum.

Setidaknya terdapat tiga unsur penting dalam pembacaan puisi, yaitu penghayatan, vokal, dan penampilan. Penghayatan terhadap sebuah puisi berarti memahami secara penuh isi puisi sehingga jiwa dalam puisi dapat menyatu dengan jiwa pembaca. Penghayatan dalam membaca puisi tecermin melalui pemenggalan, nada dan intonasi, ekspresi, serta kelancaran. Membaca puisi merupakan upaya menyampaikan pesan penyair kepada pendengar. Oleh karena itu, pembaca harus mengetahui terlebih dahulu apakah pesan tersebut bernada keras atau lembut. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan nada dan irama pembacaan puisi. Adapun pemenggalan dalam pembacaan puisi tidak sekadar berkaitan dengan pengambilan napas, tetapi juga dengan pemakaian baris-baris puisi. Melalui pemenggalan itulah pendengar atau penonton akan lebih mudah memahami puisi. Melalui pemenggalan itu pula larik-larik puisi dapat sampai kepada pendengar atau penonton secara sistematis.

Vokal disebut juga dengan lafal. Vokal berkaitan dengan upaya menyuarakan atau mengucapkan kata atau kelompok kata yang membentuk puisi secara tepat. Ketepatan berkaitan dengan kesesuaian dalam mengucapkan huruf sesuai dengan lambang fonetis bahasa yang digunakan, misalnya fonem /f/ harus dilafalkan dengan tepat, tidak dilafalkan dengan fonem /p/. Vokal meliputi tiga hal, yaitu kejelasan ucapan, jeda, dan ketahanan. Kejelasan ucapan menjadi kriteria utama vokal seorang pembaca puisi. Adapun warna suara seseorang tidak berhubungan langsung dengan kejelasan ucapan. Warna suara berat, tinggi, besar, atau kecil semuanya dapat menghasilkan suara yang jelas apabila pembaca tidak memiliki masalah artikulasi. Ketika puisi dibaca dengan lambat, kejelasan ucapan akan lebih terdengar.

Selain kejelasan ucapan, kriteria vokal yang lain adalah jeda. Jeda harus diatur dengan tepat agar pembacaan puisi dapat maksimal. Pembaca harus memperhatikan kapan saat yang tepat untuk mengambil napas dan berapa lama waktu yang diperlukan. Selain itu, masalah ketahanan dan kelancaran juga menjadi kriteria vokal yang baik. Yang dimaksud dengan ketahanan adalah kekuatan vokal dari awal pembacaan sampai akhir pembacaan puisi. Terutama untuk puisi panjang, ketahanan sangat dibutuhkan. Jangan sampai pada akhir pembacaan puisi, kekuatan vokal sudah berkurang.

Unsur terakhir adalah penampilan. Penampilan dalam membaca puisi menyangkut persoalan teknik muncul, blocking dan pemanfaatan latar, gerakan tubuh, dan cara berpakaian. Teknik muncul adalah cara yang ditempuh oleh pembaca puisi dalam memperlihatkan diri untuk kali pertama. Teknik ini digunakan agar pembaca puisi menguasai panggung terlebih dahulu. Hal kedua yang harus diperhatikan berkaitan dengan penampilan adalah blocking. Blocking adalah bagaimana pembaca memosisikan tubuh pada saat membaca puisi. Blocking juga berkaitan dengan pemanfaatan latar atau benda-benda yang ada di panggung. Hal ketiga yang harus diperhatikan berkaitan dengan penampilan adalah gerakan tubuh dalam menyesuaikan dengan jiwa puisi yang sedang dibaca. Hal keempat adalah cara berpakaian. Cara berpakaian berkaitan dengan pertimbangan apakah perlu menggunakan pakaian yang mendukung isi puisi. Ketika sedang membacaka puisi kesedihan, misalnya, pakaian yang digunakan berwarna gelap.

Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 2, Juli–Desember 2019

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA