Limbah rumah tangga dapat menyebabkan a pertumbuhan ikan cepat

Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes) menutupi perairan Foto: wikimedia.org

Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun saat ini sebaran eceng gondok sudah menguasai hampir seluruh danau dan sungai di Indonesia. Kaya manfaat namun juga merusak tatanan ekosistem yang ada di perairan.

Eceng gondok (Eichornia crassipes) pertama kali ditemukan oleh Carl Friedrich Philipp Von Martius, seorang biotanis berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brazil. Eceng gondok pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Namun akibat pertumbuhannya yang sangat cepat mengakibatkan menutupi seluruh kolam. Eceng gondok tersebut dibuang melalui sungai dan Beberapa tahun kemudian tumbuhan ini telah berubah status menjadi gulma utama dan termasuk sebagai gulma air penting nomor satu di Indonesia.

Eceng gondok merupakan tanaman yang tumbuh subur pada daerah perairan. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia (anthropogenic) seperti aktifitas pertanian dan peternakan maupun aktifitas rumah tangga. Pengayaan kandungan nitrat dan phospat pada perairan merupakan dampak meningkatnya pertumbuhan eceng gondok.

Menurut Sembel (2015) peledakkan eceng gondok pada daerah perairan akibat pupuk pertanian yang masuk kedalam perairan dan terakumulasi dalam dasar sungai atau danau dan mengakibatkan eutrofikasi. Eutrofikasi adalah meningkatnya kandungan mineral pada perairan yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada eceng gondok.

Pencemaran akibat eutrofikasi Foto: wikimedia.org

Merupakan jenis tumbuhan Invasif

Eceng gondok dikategorikan ke dalam jenis tumbuhan invasif. Tumbuhan invasif sangat toleran terhadap berbagai keadaan lingkungan. Penyebaran tumbuhan asing invasif dapat mengancam ekosistem, menurunkan jumlah spesies asli, dan menimbulkan dampak negatif pada aspek sosial ekonomi (Ludsin dan Wolfe, 2001; Sarat et al., 2015). Penurunan keanekaragaman hayati karena keberadaan spesies invasif merupakan proses awal menuju kepunahan spesies tertentu (Hestimaya, 2010).

Proses evapotranspirasi akibat penguapan terjadi pada daun eceng gondok, mengakibatkan ketersediaan oksigen di air menjadi berkurang. Menurunnya kandungan oksigen terlarut pada perairan mengakibatkan kematian pada organisme seperti ikan (Sachoemar dan Wahyono, 2007)

Tanaman eceng gondok yang mati mengendap di dasar perairan menjadi sedimen atau endapan. Akibat akumulasi dari endapan tanaman eceng gondok di dasar sungai secara terus menerus mengakibatkan pendangkalan perairan.

Mengganggu transportasi air

Tertutupnya permukaan air oleh tanaman eceng gondok mengakibatkan aktivitas transportasi air seperti perahu nelayan dan penumpang terganggu. Tanaman eceng gondok dapat tersangkut pada baling-baling kapal ataupun dayung.

Menurunnya nilai estetika

Tanaman eceng gondok yang menutupi permukaan air sangat mengganggu pemandangan suatu obyek wisata yang berbasis perairan. Pengunjung ataupun wisatawan tidak bisa menikmati keindahan danau karena tertutup oleh eceng gondok. Secara tidak langsung mengurangi nilai estetika atau keindahan sebuah objek wisata.

Rusaknya habitat perikanan

Sebaran eceng gondok di permukaan perairan menghalangi proses penetrasi cahaya matahari kedalam air, sehingga mengganggu proses produksi ikan (Kompas, 2011).

Manfaat Tumbuhan Eceng Gondok

Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk produk kerajian tangan, dan fitoremediasi.

Fitoremediasi merupakan teknik pemulihan lahan tercemar dengan menggunakan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, dan mentransformasi bahan pencemar, baik itu logam berat maupun senyawa organik.

Eceng gondok merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat (Ingole, 2003).

Penelitian yang dilakukan Hartanti et,all (2013), Fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok pada limbah cair penyamakan kulit dapat menurunkan kandungan logam chromium hingga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Hasil penelitian Puspita et,all (2011) menyebutkan eceng gondok merupakan agen fitoremediator logam berat kromium terbaik. Di antara 3 tumbuhan air yang dicobakan, Eichornia crassipes merupakan tumbuhan yang paling mampu mampu menurunkan kadar Cr air limbah batik, diikuti Pistia stratiotes dan Hydrilla verticillata dengan persentase penurunan secara berturut-turut : 49,56%, 33,61% dan 10,84%.

Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk kerajinan tangan seperti kursi, meja, tempat tisu, tas dll.

Walaupun mempunyai manfaat, jenis tumbuhan ini harus dikendalikan persebarannya. Karena merupakan tumbuhan invasif yang merusak ribuan danau di Indonesia. Tumbuhan asing invasif bersifat sangat merugikan bagi kehidupan yang ada pada suatu habitat, serta merusak tatanan pada suatu ekosistem dan akhirnya menguasai seluruh habitat yang ada. Pertumbuhan spesies invasif sangat cepat dan merata mengalahkan spesies yang asli (Sunaryo, 2012). Dengan tingginya daya toleransi terhadap lingkungan membuat spesies ini menjadi berkembang secara luar biasa dan mengancam keanekaragaman hayati lokal.

Untuk mengendalikan populasi tumbuhan asing invasif dengan pengendalian dengan mengurangi kepadatan dan kelimpahannya. Pengendalian sampai pada ambang batas menjadi penting supaya jenis tanaman lokal dapat hidup bersaing dan dapat kembali hidup pada ekosistem alaminya. Ada beberapa cara pengendalian yang bisa dilakukan: Pertama; pengendalian Fisik seperti mencabut, menggali, atau menggunakan alat untuk mencabut dan memotong tumbuhan, Kedua; pembakaran, Ketiga; pengendalian Kimiawi dengan menggunakan herbisida, Kempat; restorasi dengan cara revegetasi dan reintroduksi jenis tumbuhan atau vegetasi alami yang diinginkan.

Kompas. 2011. 200 Hektar Eceng Gondok menutup Danau Tondano. //regional.kompas.com/read/2011/11/04/22215315/ . Diakses tanggal 06 April 2021.

Sachoemar S.I. dan Wajono, H.D. 2007. Kondisi Pencemaran lingkungan Perairan di Teluk Jakarta. Journal Air Indonesia. Vol 3 (1) : Hal 2-14.

Sembel, D. T. 2016. Toksikologi Lingkungan Dampak Pencemaran Dari Berbagai Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sunaryo, Uji. T, Tihuruna, E.F. 2012. Komposisi Jenis dan Potensi Ancaman Tumbuhan Asing Invasif Di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat. Jurnal Berita Biologi Vol 11 (2) : 231-239.

Hestimaya E. 2010. Studi ikhtiofauna di Danau Lido, Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sarat E, Mazaubert E, Dutartre A, Poulet N, Soubeyran Y. 2015. Invasif Alien Species in Aquatic Environments: Practical Information and Management Insights. Perancis (FR): The French National Agency for Water and Aquatic Environments (Onema).

Puspita, U.R, Siregar, A.S dan Hidayati, N.V. 2011. Kemampuan tumbuhan air sebagai agen fitoremediator logam berat kromium (cr) yang terdapat pada limbah cair industri batik. Berkala Perikanan Terubuk, hlm 58–64 Vol. 39. No.1 ISSN 0126 – 4265.

Ingole NW, Bhole ag. 2003. Removal Of Heavy Metals From Aqueous Solution By Water Hyacinth (Eichhornia Crassipes). J. Water SRT-Aqua 52: 119-128.

Hartanti (2013) Pengaruh Kerapatan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Terhadap Penurunan Logam Chromium Pada Limbah Cair Penyamakan Kulit. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA