Kebangkitan sektor pariwisata pascapandemi diharapkan dapat menjadi momen yang tepat untuk mendorong penerapan konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Konsep ini diangkat sebagai solusi menyelaraskan aspek ekonomi, sosial budaya, dan kelestarian lingkungan di destinasi wisata, termasuk di dalamnya aspek pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC) melakukan pengelolaan sampah di destinasi TWC Borobudur dan TWC Prambanan, yaitu dengan mengolah sampah organik menjadi pupuk organik. Marketing & Sales Vice President TWC, Pujo Suwarno mengatakan bahwa program pengelolaan sampah di destinasi wisata TWC Borobudur dan TWC Prambanan ini menjadi salah satu upaya TWC untuk mengurangi tumpukan sampah serta merupakan bagian waste management, yakni untuk mengubah sampah menjadi lebih bermanfaat. “Penanganan isu pengelolaan sampah di destinasi wisata menjadi tanggung jawab bersama. Kolaborasi pemerintah, pelaku pariwisata, pengelola persampahan, masyarakat, bahkan wisatawan. Mari kita bersama mulai mengubah mindset bahwa sampah ini masih dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi barang yang bernilai guna”, kata VP Marketing and Sales TWC Pujo Suwarno, di Kantor Pusat TWC, Sleman, Yogyakarta, Senin (4/4/2022). TWC sudah mulai melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik secara rutin dan berkelanjutan di destinasi TWC Borobudur dan TWC Prambanan. Tempat pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik berada di area Kantor Pertamanan, Kompleks TWC Borobudur dan TWC Prambanan. Dalam proses pembuatan pupuk itu sendiri melalui beberapa tahapan, seperti pengangkutan sampah organik oleh petugas kebersihan menggunakan truk. Kemudian sampah dibawa ke tempat pemilihan sampah organik. Sampah dipilah antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian dikeringkan. Selanjutnya sampah organik dimasukkan ke tempat khusus (bedeng) untuk proses fermentasi. Proses ini dilakukan dengan menambahkan bahan fermentator seperti EM4, sari tebu dan kotoran hewan. Setelah itu, bahan ditutp rapat selama 21 sampai 30 hari dengan beberapa periode tertentu dan diaduk agar bahan fermentator tercampur rata. Hasil fermentasi sampah lalu diangin-anginkan untuk nantinya masuk proses penggilingan. Setelah selesai digiling, sampah kemudian disaring agar mendapatkan pupuk yang lebih halus dan terpisah dari sisa sampah anorganik yang tercampur. Lalu, pupuk yang telah tersaring dikemas ke dalam karung dan siap digunakan.
Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx). Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna,SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal dan besi. Di daerah perkotaan, yang menjadi sumber sulfur utama adalah kegiatan pembangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas buang dari kendaraan yang menggunakan diesel dan industri-industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak mentah.Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Dampak Pencemaran SO2
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Sulfur Dioksida terhadap Kesehatan Manusia
Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab terjadinya hujan asam.Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman. Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.
Gambar 6. Dampak pada Tanaman Pada dasarnya ekosistem darat tumbuhan mudah terpengaruh. Perbedaan dalam kerentanan pada berbagai spesies tanaman yang berbeda telah didokumentasi dengan baik. Hal ini konsisten dengan adanya beragam spesies tanaman dari pusat kota dan daerah industri, sedangkan spesies yang samadekat dengan daerah perbatasan. Kerentanan selalu mencerminkan perbedandalam faktor genetik, umur, atau keadaan fisiologis. Tidak hanya adanyaperbedaan antara spesies tetapi seringkali terdapat keragaman antara genotiftanaman. Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik didalam beberapa komunitas tanaman alamiah terhadap daya tahan pencemaran atmosfer.Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk dalam ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat pencemaran lainnya. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan diversivitas meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan sisi arus angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui paling rentan terhadap pencemaran atmosfer. The National Academy Of Sciences (1978) juga menyimpulkan pengaruh pH terhadap ikan. Di Norwegia presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap perikanan komersial. Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan ikan salmon di sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang tetap. 5. Material
Gambar 7. Korosi pada Material |