Jelaskan tentang berdirinya kerajaan Islam Gowa

tirto.id - Secara garis besar, sejarah Kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan terbagi dalam dua zaman, yaitu masa sebelum memeluk Islam dan masa setelah memeluk Islam. Setelah menjadi kerajaan bercorak Islam, label kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Gowa-Tallo. Gowa-Tallo semula adalah satu kerajaan, yakni Kerajaan Gowa, yang kemudian sempat terpecah menjadi dua dengan hadirnya Kerajaan Tallo. Hal itu terjadi pada perjalanan abad ke-15 Masehi usai era kepemimpinan Tonatangka Lopi (1420-1445).Dua pangeran putra Tonatangka Lopi, yakni Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero berebut takhta sehingga terjadilah perang saudara.
Dikutip dari tulisan William P. Cummings bertajuk "Islam, Empire and Makassarese Historiography in the Reign of Sultan Alauddin (1593-1639)" dalam Journal of Southeast Asian Studies (2007), Batara Gowa mengalahkan sang adik.

Karaeng Loe kemudian turun ke muara Sungai Tallo dan mendirikan kerajaan baru bernama Tallo. Dua kerajaan kembar ini berpolemik selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya, setelah tahun 1565, Gowa dan Tallo bersatu dengan kesepakatan rua Karaeng se’re ata atau "dua raja, seorang hamba".

Setelah bersatu kembali, kerajaan ini disebut Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar. M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), mengungkapkan, ada sistem pembagian kekuasaan, yaitu raja berasal dari garis keturunan Gowa, sedangkan perdana menterinya berasal dari garis Tallo.


Gowa-Tallo pada Masa Islam

Kerajaan Gowa pada masa sebelum masuknya Islam dimulai sejak era kepemimpinan penguasa pertama, Tumanurung, sampai dengan Tonipasulu (berkuasa hingga tahun 1593). Sedangkan pemerintahan Gowa-Tallo setelah masuknya Islam dimulai sejak era I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639) yang melanjutkan takhta Tonipasulu. Mangarangi memeluk agama Islam dan menjadi pemimpin dengan gelar Sultan Alauddin I. Sejak saat itu, label kerajaan pun berubah menjadi Kesultanan Gowa-Tallo.Masuknya pengaruh Islam ke Gowa sempat memantik polemik di kalangan etnis Makassar dan Bugis. Kesultanan Gowa saat mengajak kerajaan-kerajaan tetangga seperti Bone, Sopeng, dan Wajo untuk menerima Islam, namun ditolak.

Penolakan tersebut menyebabkan Gowa menyerang Bone dan menaklukkannya. Dikutip dari Sejarah, Masyarakat, dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (1998) karya Mattulada, setelah proses pengislaman ini, terciptalah ketentraman di kalangan kerajaan-kerajaan di tanah Bugis.


Sultan Hasanuddin & Perjanjian Bungaya

Kesultanan Gowa mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Sultan Hasanuddin atau yang dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur.

Ahmad M. Sewang dalam Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII (2005) mengungkapkan, Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16, atau Sultan Gowa ke-3 sejak kerajaan ini mulai memeluk Islam.

Saat Sultan Hasanuddin memimpin, Kesultanan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaan, termasuk berhasil menguasai jalur perdagangan di Nusantara bagian timur. Ketika VOC dari Belanda mulai berusaha menancapkan pengaruhnya di Makassar, terjadilah serangkaian perang pertanda perlawanan dari Kesultanan Gowa-Tallo di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin.

Peperangan pun melibatkan antara Kesultanan Gowa melawan VOC yang dibantu dengan Bone. Perang ini pun berakhir dengan digelarnya Perjanjian Bongaya pada 1667.

Dikutip dari buku Sejarah Maritim Indonesia (2006) karya Agus Supangat dan kawan-kawan, banyak pasal yang merugikan Gowa dalam isi Perjanjian Bongaya dan terpaksa harus diterima Sultan Hasanuddin.

Perjanjian Bongaya ini sekaligus menjadi awal dari keruntuhan Kesultanan Gowa-Tallo yang kemudian benar-benar terjadi setelah Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670.

Peninggalan Kesultanan Gowa

  • Istana Balla Lompoa terletak Kabupaten Gowa
  • Istana Tamalate terletak di Kabupaten Gowa
  • Masjid Katangka terletak di Kabupaten Gowa
  • Benteng Somba Opu terletak di Kabupaten Gowa
  • Benteng Fort Rotterdam yang terletak di Makassar


Daftar Pemimpin Kesultanan Gowa

Masa Pra-Islam
  • Tumanurung Bainea (awal abad ke-14)
  • Tamasalangga Baraya (1320 -1345)
  • I Puang Loe Lembang (1345-1370)
  • I Tuniata Banri (1370-1395)
  • Karampang Ri Gowa (1395-1420)
  • Tunatangka Lopi (1420-1445)
  • Batara Gowa Tuniawangngang Ri Paralakkenna (1445-1460)
  • Pakere Tau Tunijallo Ri Passukki (1460)
  • Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna (1460-1510)
  • I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga (1510 -1546)
  • I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta (1546-1565)
  • I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565)
  • I Tepu Karaeng Daeng Parabbung Tunipasulu (1565-1590)
Masa Islam
  • Sultan Alauddin I (1593-1639)
  • Sultan Malikussaid (1639-1653)
  • Sultan Hasanuddin (1653-1669)
  • Sultan Amir Hamzah (1669-1674)
  • Sultan Mohammad Ali (1674-1677)
  • Sultan Abdul Jalil (1677-1709)
  • Sultan Ismail (1709-1711)
  • Sultan Najamuddin (1711-….)
  • Sultan Sirajuddin (….-1735)
  • Sultan Abdul Chair (1735-1742)
  • Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
  • Sultan Maduddin (1747-1795)
  • Sultan Zainuddin (1767-1769)
  • Sultan Abdul Hadi (1769-1778)
  • Sultan Abdul Rauf (1778-1810)
  • Sultan Muhammad Zainal Abidin (1825-1826)
  • Sultan Abdul Kadir Aididin (1826-1893)
  • Sultan Muhammad Idris (1893-1895)
  • Sultan Muhammad Husain (1895-1906)
  • Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin (1906-1946)
  • Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin (1946-1957)
  • Andi Kumala Andi Idjo (Sejak 2020)

tirto.id - Kesultanan Gowa-Tallo adalah kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan berpusat di Makassar. Posisinya yang strategis menjadikan wilayah kerajaan ini sebagai salah satu jalur pelayaran dan pusat perdagangan terpenting di Nusantara dalam sejarah.

Dikutip dari Soedjipto Abimanyu dalam Kitab Kerajaan Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara (2014), Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo -yang sempat terpisah dan berseteru- membentuk persatuan pada 1528 dan mengalami masa-masa kejayaan.

Sejak awal abad ke-17 Masehi, Kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi kerajaan Islam atau kesultanan. I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639) menjadi penguasa Gowa-Tallo pertama yang memeluk agama Islam dan lantas memakai gelar Sultan Alauddin I.
Sebelum menjadi kerajaan Islam atau kesultanan, masyarakat Gowa dan Tallo menganut kepercayaan animisme atau kepercayaan terhadap leluhur yang disebut To Manurung.

Sejarah Awal Kerajaan Gowa-Tallo

Asal usul nama Gowa sudah dikenal sejak tahun 1320, yaitu sejak era pemerintahan penguasa Gowa pertama yang bernama Tumanurung Bainea. Orang-orang Makassar dan Bugis dikenal sebagai kaum pelaut yang tangguh.

Mattulada melalui buku Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar Dalam Sejarah (2011) mengungkapkan bahwa terdapat 9 negeri kecil yang sudah ada di Gowa sebelum Tumanurung hadir.

Mereka mengikat diri di bawah naungan Paccallaya (Ketua Dewan Pemisah). Adapun 9 negeri tersebut adalah Kasuwiang Tambolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling, dan Sero.

Awalnya, mereka sering terlibat pertikaian. Dengan adanya Paccalaya, konflik tersebut dapat ditekan. Mereka sadar bahwa untuk dapat hidup lebih damai dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa mempersatukan dan mengakomodir seluruh kepentingan.

Ahmad M Sewang dalam buku Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI sampai Abad XVII (2013) menyebutkan, mereka mencari orang dari luar kelompok. Kemudian, mereka bertemu dengan Tumanurung di bukit Tamalate dan mengangkatnya menjadi raja dari ke-9 negeri di Gowa itu.

Selanjutnya, digelar perundingan antara Kasuwiang Salapa (perwakilan dari 9 negeri), Tumanurung, dan Paccalaya. Dikutip dari penelitian Apriani Kartini dengan judul "Lontara Bilang Sebagai Sumber Kerajaan Gowa" (2014) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, berikut ini isi perjanjian tersebut:

“Berkatalah Kasuwiang Salapangan kepada Tumanurung: Dikaulah yang akan menjemput kami menjadi baginda raja kami. Berkatalah Tumanurung: Engkau berhamba dirilah kepadaku, sementara aku masih menumbuk padi, masih mengambil air. Berkatalah Kasuwiang Salapanga: Sedang istri kami tidak melakukan hal itu, apalagi baginda yang kami pertuankan. Sesudah itu Tumanurunga menyanggupi diangkat karaeng di Gowa.”

Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka Tumanurung dinobatkan sebagai raja pertama dari silsilah penguasa Kerajaan Gowa. Kedatangannya bak juru selamat di tengah-tengah masyarakat yang saat itu penuh dengan kekacauan dan ketidakteraturan.

Riwayat Kerajaan Gowa dan Tallo

Kerajaan Gowa pernah terbelah menjadi dua setelah masa pemerintahan Tonatangka Lopi pada perjalanan abad ke-15. Dua putranya, yakni Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero berebut takhta sehingga terjadilah perang saudara.

Dikutip dari tulisan William P. Cummings bertajuk "Islam, Empire and Makassarese Historiography in the Reign of Sultan Alauddin (1593-1639)" dalam Journal of Southeast Asian Studies (2007), Batara Gowa mengalahkan sang adik. Karaeng Loe kemudian turun ke muara Sungai Tallo dan mendirikan kerajaan baru bernama Tallo.

Versi lainnya menyebutkan, Tonatangka Lopi memang membagi wilayah Kerajaan Gowa menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, Karaeng Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Jadilah ada dua kerajaan yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.

Dua kerajaan kembar ini berpolemik selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya, setelah tahun 1565, Gowa dan Tallo bersatu kembali dengan kesepakatan Rua Karaeng se’re ata atau dua raja, seorang hamba.Setelah bersatu kembali, kerajaan ini disebut Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar. M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), mengungkapkan, ada sistem pembagian kekuasaan, yaitu raja berasal dari garis keturunan Gowa, sedangkan perdana menterinya berasal dari garis Tallo.

Menjelang berakhirnya abad ke-16 atau menuju abad ke-17, Kerajaan Gowa-memasuki masa Islam dan berubah menjadi kesultanan. Begitu pula dengan pemimpinnya yang kemudian menyandang gelar sultan.

Daftar Penguasa Gowa Pra-Islam

  • Tumanurung Bainea (awal abad ke-14)
  • Tamasalangga Baraya (1320 -1345)
  • I Puang Loe Lembang (1345-1370)
  • I Tuniata Banri (1370-1395)
  • Karampang Ri Gowa (1395-1420)
  • Tunatangka Lopi (1420-1445)
  • Batara Gowa Tuniawangngang Ri Paralakkenna (1445-1460)
  • Pakere Tau Tunijallo Ri Passukki (1460)
  • Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna (1460-1510)
  • I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga (1510 -1546)
  • I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta (1546-1565)
  • I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565)
  • I Tepu Karaeng Daeng Parabbung Tunipasulu (1565-1590)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA