Jelaskan perbedaan zat aditif alami dan zat aditif buatan

Jelaskan perbedaan zat aditif alami dan zat aditif buatan

Pixabay.com

Zat aditif alami pada makanan berasal dari alam, seperti hewan, buah, dan sayur.

GridKids.id - Zat aditif alami dapat ditemukan pada makanan, lo. Zat aditif digunakan untuk menjaga makanan supaya tetap segar

Apa yang dimaksud dengan zat aditif alami pada makanan? Zat aditif umumnya aman digunakan, Kids.

Namun, ada juga beberapa jenis zat aditif yang menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

Baca Juga: Lezat dan Banyak Digemari, 6 Makanan Ini Justru Terlarang di Berbagai Negara, Apa Alasannya?

Pada artikel ini kita akan membahas mengenai zat aditif pada makanan dan jenis-jenisnya.

Zat aditif pada makanan merupakan semua bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke dalam produk makanan dan minuman.

Zat aditif pada makanan digunakan selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan.

Untuk lebih jelasnya, simak informasi berikut ini mengenai zat aditif pada makanan.

Zat Aditif Alami pada Makanan

Zat aditif juga disebut dengan zat tambahan pada makanan. Zat aditif pada makanan ialah bahan-bahan yang ditambahkan pada saat mengolah hingga menyimpan makanan.

Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Jenis-Jenis Zat Aditif pada Makanan

Berikut ini merupakan beberapa jenis zat aditif pada makanan, antara lain:

1. Pemanis Alami

Jelaskan perbedaan zat aditif alami dan zat aditif buatan

Pixabay.com

Zat aditif alami pada makanan salah satunya adalah pemanis alami berupa gula.

Pemanis alami adalah bahan pemberi rasa manis yang didapatkan dari bahan-bahan hewani dan nabati.

Pemanis alami dapat ditemukan pada gula aren, madu, kayu manis, dan gula pasir. Sukrosa merupakan senyawa yang membuat rasa manis pada gula tersebut, Kids.

2. Pengawet Alami

Pengawet alami digunakan untuk menjaga agar makanan dan minuman supaya tetap layak untuk dikonsumsi.

Pengawet secara alami dapat berupa pengasapan, pengeringan, pembekuan, dan pemanasan. Pengawet alami dapat menggunakan garam, gula, kluwak, dan bawang putih.

3. Pewarna Alami

Pewarna alami adalah bahan pewarna yang diambil dari tumbuh-tumbuhan.

Contoh pewarna alami adalah daun suji, buah kakao, daun pandan, wortel, cabai merah, dan kunyit.

Perbedaan Zat Aditif Alami dan Sintetis

Apa perbedaan zat aditif alami dan sintetis?

Perbedaan zat aditif alami dan sintetis adalah pada zat aditif alami berasal dari alam, seperti hewan, buah, dan sayur.

Zat aditif sintetis merupkan zat aditif atau tambahan yang enggak dapat dibuat oleh manusia. Sehingga menggunakan bantuan senyawa kimia, Kids.

Pada zat aditif sintetis cenderung lebih murah dibandingkan zat aditif alami. Selain itu juga lebih praktis dibandingkan zat aditif alami.

Nah, itulah pembahasan mengenai zat aditif alami pada makanan.

Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Sederet Kuliner Ini Ternyata Warisan Belanda, Salah Satunya Kroket 

-----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Jakarta -

Zat aditif adalah bahan-bahan yang biasanya ditambahkan pada makanan atau minuman dalam proses pengolahan dan penyimpanan untuk menguatkan rasa, mempercantik tampilan, mengawetkan, dan lain-lain.

Nah, zat aditif ini berbeda dengan zat adiktif. Zat adiktif itu merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. seperti contohnya kafein yang terdapat dalam kopi.

Dikutip dari Modul Ilmu Pengetahuan Alam Paket B Setara SMP/MTs Kelas VIII bertema "Transportasi pada Tubuh Makhluk Hidup" karya Muhammad Noval, sumber zat aditif terdiri atas alami, non alami atau sintetik.

Sumber zat aditif alami berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti gula untuk pemanis makanan, daun pandan, dan vanila untuk pengaroma. Sedangkan yang non-alami biasanya berasal dari pengawet garam (asinan makanan).

Sumber sintetik atau buatan berasal dari bahan kimia, yang memiliki sifat serupa dengan zat alami sejenis. Penggunaan zat aditif juga sintetik secara berlebihan akan berbahaya bagi tubuh manusia, karena berdampak pada kesehatan.

Fungsi Zat Aditif

Berdasarkan fungsinya, zat aditif pada makanan dan minuman dikelompokkan menjadi pengawet, pemanis, penyedap rasa, pengenyal dan pewarna.

Seperti diketahui, makanan yang biasa dikonsumsi manusia seperti sayuran, buah, susu dan daging kebanyakan tersusun dari zat organik yang sifatnya sangat mudah busuk. Pemberian zat pengawet dilakukan untuk menghambat proses peruraian oleh bakteri atau jamur. Tujuannya adalah agar makanan dan minuman dapat lebih lama bertahan untuk disimpan.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pengawet:
- Zat aditif alami dan non-alami: gula, garam, dan asam cuka.
- Zat sintetik asam: propionat, asam benzoat, natrium benzoat, asam askorbat, asam etanoat, natrium nitrat (NaNO3), dan natrium nitrit.

Beberapa pengawet yang tidak boleh digunakan dalam mengawetkan makanan adalah formalin dan boraks. Formalin digunakan untuk mengawetkan mayat saja, jika digunakan untuk mengawetkan makanan manusia risikonya adalah kanker. Sedangkan penggunaan boraks pada makanan dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, dan hati.

Namun, kenyataannya penggunaan zat tersebut masih banyak digunakan dalam pengolahan makanan bakso oleh pihak-pihak nakal yang tidak bertanggung jawab.

Penggunaan zat pemanis digunakan untuk menambahkan rasa manis pada makanan.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pemanis:

- Zat aditif alami: madu, gula tebu, gula kelapa, gula aren, dan pemanis dari buah-buahan yang dapat dicerna oleh tubuh, dan berfungsi sebagai sumber energi.

- Zat sintetik: sakarin, aspartam, natrium siklamat, magnesium siklamat, dan dulsin. Tingkat kemanisan pada zat pemanis sintetik dapat puluhan hingga ratusan kali lipat lebih manis dari zat pemanis alami, sehingga zat ini tidak dapat dicerna oleh tubuh. Ciri zat pemanis sintetik adalah adanya sensasi rasa pahit.

Penggunaan zat pemanis sintetik secara berlebihan pada manusia sangatlah berbahaya, karena dapat berpotensi menimbulkan kanker dan gangguan sistem pencernaan.

Penggunaan penyedap rasa bertujuan untuk menambah cita rasa makanan agar terasa lebih sedap dan tidak hambar.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai penyedap rasa:

- Zat aditif alami: cabai dan lada sebagai perasa pedas, garam, gula, daun salam, daun jeruk, lengkuas dan lain-lain.

- Zat aditif sintetik: vetsin atau MSG (monosodium glutamat) dan essence.
Essence dikenal sebagai peniru aroma dan rasa buah-buahan, yang terdiri dari oktil asetat (jeruk), amil asetat (pisang), etil butirat (nanas), amil valerat (ape) dan propil asetat (pear).

Dampak dari penggunaan vetsin berlebihan dapat menimbulkan sesak napas, rasa mual, sakit kepala, mudah dan mudah letih.

Penggunaan zat aditif sebagai zat pengenyal adalah untuk mengenyalkan makanan. Zat aditif yang digunakan untuk mengentalkan makanan, biasanya akan dicampurkan dengan air.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pengenyal:

Zat aditif alami: agar-agar, gelatin dan pati (tepung) dan gum (untuk pembuatan permen karet).

Zat aditif sintetik: yang diperbolehkan hanya foodgrade (untuk makanan/minuman manusia).

Penggunaan zat pewarna digunakan untuk memperindah tampilan makanan agar terlihat lebih menarik.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pewarna:
- Zat aditif alami: kunyit untuk warna kuning, daun pandan untuk warna hijau, wortel untuk warna oranye, warna coklat dari olahan buah coklat, , fast green pewarna hijau, benzil untuk warna violet/ungu.

- Zat aditif sintetik: eritrosin untuk warna merah, fast green pewarna hijau.

Zat aditif pewarna alami memang lebih aman jika digunakan. Namun, kelebihan dari pewarna sintetik adalah pilihan warna lebih banyak, dan tahan lama.

Penggunaan pewarnaan makanan dan minuman yang dilarang adalah pewarna tekstil. Ciri dari pewarna tekstil adalah warnanya yang terlalu mencolok. Contoh dari pewarna tekstil yang berbahaya, yaitu rhodamin B (pewarna merah) , dan metanil yellow (pewarna kuning).

Sayangnya, kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak yang menggunakan pewarna tekstil untuk makanan, karena harganya murah. Pewarna tekstil jika digunakan dapat menimbulkan efek karsinogen yang bisa menyebabkan kanker.

Simak Video "Kata Dokter Soal Pemanis Buatan untuk Pengidap Diabetes"


[Gambas:Video 20detik]
(pal/pal)