Show Oleh : H.Yasir Arafat Malaikat tidak pernah salah, setan tidak pernah benar. Manusia bisa salah dan benar, maka kita dianjurkan saling mengingatkan bukan menyalahkan (KH.Achmad Mustafa Bisri) Jin secara bahasa berasal dari kata “janna” yang memiliki arti “tersembunyi atau tidak terlihat.” Jin adalah salah satu jenis makhluk Allah swt yang memiliki sifat fisik tertentu, berbeda dengan jenis manusia atau malaikat. Jin diciptakan dari bahan dasar api. Sedangkan setan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya (duniaislam.org) Qariin berasal dari bahasa Arab. Sebuah istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada jin (golongan setan) yang mendampingi atau menjadi pasangan setiap manusia. Dalam ajaran Islam, keberadaan Qariin dipertegas dalam hadits Riwayat Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah mengatakan. “Setiap kamu ada Qariin dari bangsa jin dan juga dari bangsa malaikat. Mereka bertanya, “ Engkau juga ya Rasulullah?. Sabdanya. “Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qariin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebaikan saja”. Jin Qariin adalah setan yang ditugasi untuk menyesatkan manusia dengan izin Allah swt. Jin Qarrin bertugas memerintahkan kemungkaran dan mencegah amar ma’ruf. Allah swt., berfirman dalam surah al Baqarah ayat 268. “ Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya untukmu. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”. Pakar ahli tafsir al quran, Prof. Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya “Mistik, Seks, dan Ibadah” , istilah Qariin ditemukan dalam al quran dan hadits. Allah berfirman dalam surat Az-zukhruf ayat 36. “ Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (al quran), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan).” Setan yang dimaksud ayat tersebut adalah qarin atau teman yang selalu menyertainya. Lebih jelas lagi terdapat dalam surah az-Zukhruf ayat 36. “ Dan siapa yang berpaling dari mengingat Allah Yang Maha Pengasih, Kami ikatkan kepada setan, kemjdian ia (setan0 itu menemaninya.” Bagaimana agar kita bisa terhindar dari godaan Jin Qariin? Beberapa ulama memberikan tips sebagai berikut: (1) Perkuat iman. Kekuatan jin Qariin akan melemah selaras dengan kekuatan iman seseorang. Semakin kuat iman semakin lemah jin Qariin. (2) Menjadi muslim yang taat. Allah swt., akan menolong hamba-Nya yang taat. (3) Perbanyak dzikir. Basahi lidah dengan perbanyak dzikir kepada Allah swt. Mohonlah perlindungan Allah swt., dari gangguan jin Qoriin yang menyesatkan. Atau dapat juga membaca doa-doa yang ma’tsurat, seperti: (1) A’udzubika limatillahi tammati min syarri ma kholaq. (2) Bismillahilladzi la yadhurru ma ‘asmihi syai un fil ardhi wala fissama wa huas sami’ul ‘alim. (3) Bismillahir rahmanir rahim la waula wa la quwwata illa billahil ‘aliyil ‘adzhim. Sumber : H. YASIR ARAFAT Penulis : H.YASIR ARAFAT Editor : YUSMADI
900,475 total views, 7 views today Jin (bahasa arab: جن Janna) secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi "tersembunyi" atau "tidak terlihat". Bangsa Jin dahulu dikatakan dapat menduduki beberapa tempat dilangit dan mendengarkan berita-berita dari Allah, setelah diutusnya seorang nabi yang bernama Muhammad maka mereka tidak lagi bisa mendengarkannya karena ada barisan yang menjaga rahasia itu.
Asal pembentukan kata "jin" yaitu dari huruf 'jim' ("ج") dan 'nun' ("ن") ini menunjukkan makna tertutup, Syaikh al-Islam berkata: "Ia dinamakan jin karena ketertutupannya dari pandangan manusia." Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan (yang berarti istitar/tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan setan ialah sifat dari setiap yang durhaka dari golongan jin dan manusia. Dalam anggapan orang-orang sebelum Islam datang, Jin dianggap sebagai makhluk keramat, yang harus disembah dan dihormati. Orang orang pada masa tersebut menggambarkannya dalam bentuk patung sesembahan mereka. Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas, dijelaskan dalam Al-Hijr dan Ar-Rahman,
Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adh-Dhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: "Dari nyala api, ialah dari api murni". Yang di maksud dengan api murni adalah tidak dicampur unsur lain, seperti halnya manusia diciptakan dari berbagai unsur tanah. Mereka juga berpendapat bahwa yang dimaksud "api yang sangat panas" (nar al-samum) atau "nyala api" (nar) dalam firman Allah di atas ialah "api murni". Ibnu Abbas pernah pula mengartikannya "bara api", seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir. Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas: "Dari bara api." Riwayat ini ditemukan dalam Tafsir Ibnu Katsir. Dalilnya dari hadis riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kalian."[2] Wujud fisikJin dikatakan memiliki tanduk,[3] berukuran kecil[4] dalam kisah lain dikatakan kecil seperti lalat[5] memiliki sayap.[6] Menurut ajaran Islam, jin dapat melihat manusia, namun sebaliknya manusia tidak dapat melihat mereka dalam wujud aslinya. Jikalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa.
Kemudian tidak seorangpun mampu melihat jin, kecuali bila mereka mengubah diri (menjelma) dalam berbagai bentuk. Hanya nabi dan rasul saja yang sanggup melihat wujud aslinya.[7][8] Ada beberapa riwayat yang menjelaskan bahwasanya mereka mengubah diri ke dalam berbagai bentuk seperti di antaranya:
Jin bisa berwujud seperti manusia siapapun kecuali sosok Nabi Muhammad,[14][15] mereka dapat mengubah wujud mereka menjadi hewan apapun. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan jin dan mempunyai kekuatan panas.[16] Beberapa hewan dianugerahi bisa melihat jin, seperti keledai[17] dan anjing[18] Leluhur jinAl-Hasan Al-Bashri berkata: "Iblis tidak termasuk golongan malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia.”[19][20] Kemudian menurut Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menambahkan: “Iblis adalah abu al-jan (bapak para jin).”[21] Ketika manusia pertama selesai diciptakan, kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikat dan Azazil untuk bersujud dihadapan Adam. Seketika itu pula Azazil menolak untuk bersujud, kemudian ia dipanggil oleh Tuhan dengan kalimat Iblis. Jadi Iblis ini adalah "Setan Pertama", karena dia yang pertama kali membangkang atas perintah Tuhan. Syaithan dalam bahasa Arab menurut Ibnu Jarir, sebenarnya adalah kata sifat yang bisa menunjukkan pada setiap yang durhaka kepada Tuhan, baik dari bangsa jin, manusia, hewan, atau segala sesuatu yang jauh dari kebaikan,[22] pendapat ini diperkuat pada surah Al-An'am:
Berkembang-biakBangsa Jin memiliki jenis kelamin seperti halnya manusia yaitu, pria dan wanita, mereka sanggup beranak-pinak dan berkembang-biak
Kemudian bangsa Jin juga diyakini bisa mati[23][24] sebelum datangnya hari kiamat, kecuali Iblis yang umurnya telah ditangguhkan. Klasifikasi dan sifatJin terdiri dari tiga kelompok, yaitu yang memiliki sayap dan terbang diudara, satu kelompok berbentuk ular dan satu kelompok nomaden.[25] Ibnu Taimiyah yakin jin pada umumnya adalah "bodoh, tidak tulus, menindas, berbahaya dan licik,"[26] Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan, ia menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Kemudian jin yang shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan salat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.”[27] Makanan dan minumanDikisahkan jin makan-makanan berasal dari kotoran manusia dan hewan, tulang,[28][29] sari makanan dan minuman yang tidak disebutkan nama Allah,[30] mereka menyukai aroma kemenyan, dan minuman yang memabukkan. AgamaDi antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir seperti halnya manusia, berdasarkan Al-Quran surah al-Jin.
dan
Hal ini sebagaimana layaknya manusia yang memiliki keyakinan dan aqidah yang berbeda-beda. HabitatMenurut beberapa hadist setan dari golongan jin tinggal dibeberapa tempat, golongan jin kafir suka tinggal ditempat yang kotor, dan mereka juga ada yang berdiam di masjid,[31] atau mengganggu manusia ketika salat.[32][33] Tempat berdiam di antaranya adalah:
QarinYang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai "Qarin dari kalangan Jin". Allah berfirman, artinya:
Manusia dan qarinnya itu akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Aisyah ra mengatakan: Rasulullah ﷺ keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: "Apakah kamu telah didatangi syetanmu?" "Apakah syetan bersamaku?" Jawabku, "Ya, bahkan setiap manusia." Kata Nabi Muhammad ﷺ. "Termasuk engkau juga?" Tanyaku lagi. "Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya." Jawab Nabi (HR Ahmad).Berdasarkan hadis ini, Nabi Muhammad juga ternyata didampingi qarin. Hanya qarin itu tidak berkutik terhadapnya. Lalu bagaimana mendeteksi keberadaan jin (misalnya di rumah kita), apa tanda-tanda seseorang kemasukan jin? Tidak ada cara atau alat yang bisa mendeteksi keberadaan jin. Sebab jin dalam wujud aslinya merupakan makhluk ghaib yang tidak mungkin dilihat manusia.
Manusia yang biasa tidak mampu melihat jin, melainkan mereka yang telah diizinkan Allah.Di dalam Al-Quran melarang sama sekali kita meminta pertolongan kepada Jin, ini membuktikan terdapat beberapa bilangan manusia yang mampu melihat dan berbicara dengan mereka. Ada juga sesetengah ahli agama yang tersilap bicara di atas nafsu mereka seperti mengatakan Jin memakan asap padahal perkara ini tidak disebut sama sekali di dalam Al-Quran.
|