Hadits tentang pemuda yang hatinya terpaut dengan masjid

Jakarta -

Pemuda dan pemudi adalah aset bangsa yang harus dijaga dan dikembangkan potensinya. Kata pemuda disebut dalam Al Quran dengan fataa dan fatayat. Seperti dalam surat Yusuf ayat 30, Al Kahfi ayat 60 dan 62, Al-Anbiya ayat 60, dan An Nisa ayat 25.

Dalam buku 'Pemuda yang Dirindukan Surga' oleh DR. Sulaiman bin Qasim Al 'Ied, disebutkan Ali Bin Abi Thalib pada masa muda sering berada di sisi Nabi Muhammad SAW. Dia mengambil segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah. Selain itu, ada juga Abu Hurairah RA yang berumur 17 tahun.

Dalam jurnal bertajuk Pemuda dalam Al Quran dan Hadits karya Muhammad Anshori dari Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga menyebutkan, dalam hadits, kata yang sering disebut untuk menunjukkan pemuda adalah Al-syabaab dan Al-syaab. Kedua kata ini digunakan dalam konteks anjuran untuk menikah bagi yang mampu, perintah untuk menggunakan masa muda sebelum masa tua, dan kategori orang yang masuk dalam naungan Allah pada hari kiamat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

1. Hadits Pemuda berisi anjuran menikah dari HR Muslim:

Utsman berkata, "Wahai Abū Abdurrahman, maukah Anda kami nikahkan dengan seorang budak wanita yang masih gadis, sehingga ia dapat mengingatkan masa lalumu." Abdullah berkata; Jika Anda berkata seperti itu, maka sungguh, Rasulullah saw. telah bersabda kepada kami: "Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan (menghidupi rumah tangga), kawinlah. Karena sesungguhnya, perhikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barang siapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual."

2. Hadits Pemuda berisi gunakan masa muda sebelum datang masa tua:

Hadits itu diriwayatkan oleh Imam al-Hakim al-Naisaburi dalam al-Mustadrak. Al-Hakim merupakan seorang ulama hadits yang memiliki pengaruh besar dalam kajian hadits. Salah satu haditsnya yang populer Al Mustadrak.

"Dari Ibn Abbās ra, bahwa Nabi saw. pernah memberi nasehat kepada seseorang untuk menggunakan secara maksimal lima hal sebelum datang yang lima pula; masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum masa sakit, masa kayamu (ketika berkecukupan) sebelum masa fakir (membutuhkan, tidak punya apa-apa), waktu luang, kesempatanmu sebelum masa sibuk, dan masa hidupmu sebelum datang kematian."

3. Hadits pemuda masuk dalam naungan Allah di hari kiamat:

Dari HR Bukhari dan ulama hadits lainnya meriwayatkan:

Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."

Demikianlah penjelasan hadits tentang pemuda-pemudi. Semoga dari hadits itu menginspirasi pemuda selalu taat kepada Allah SWT.

(nwy/erd)

Mengawali tausyiahnya di hari kesepuluh bulan suci Ramadhan 1440 H Panitera Pengadilan Agama Kuala Pembuang M. Ikhwan, S.Ag., S.H., M.H. Mengungkapkan bahwa salah satu dari tujuh golongan yang mendapat jaminan naungan pada hari kiamat nanti adalah seorang lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan Masjid.

Terpaut dalam hal ini adalah adanya perasan resah dan tidak nyaman ketika seseorang jauh dari masjid, dan senantiasa rindu untuk kembali ke masjid. "Jika ada perasaan seperti itu pada diri kita, kemungkinan kita tergolong dalam salah satu golongan sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya : Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang lelaki yang hatinya terpaut ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”

Dalam kesempatan tersebut mantan Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sampit itu juga menceritakan seorang sahabat Rasulallah SAW bernama Sya’ban yang selalu menjaga shalatnya dengan berjamaah bersama Rasulullah, pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW tidak mendapati Sya’ban ra seperti biasanya.

Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban ? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra. Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.

Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban ? Namun tidak ada seorang pun yang menjawab. Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban.

Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya.

Apa saja kalimat yang diucapkannya tanya Rasulullah. Di masing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban. Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”

Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah. Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.

Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar. Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di masjid dia bisa membuka baju liuar dan shalat dengan baju yang lebih bagus.

Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra.

Selanjutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. Saat ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu, Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudian memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah. Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “Aduh kenapa tidak semua” Sya’ban ra kembali menyesal. Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak optimal.

Suatu saat nanti, kita semua akan menyesal dengan apa yang kita lakukan tentu dengan kadar yang berbeda. Karenanya momentum Ramadhan ini kita jadikan sebagai ajang latihan untuk memperbaiki kualitas ibadah dan keimanan kita masing-masing, agar Ramadhan ini bisa mewarnai 11 (sebelas) bulan berikutnya diluar Ramadhan. Wallahu ‘alam (Redaksi/IT)

Masjid ( مَسْجِد ) memiliki keutamaan dan kedudukan yang agung dalam Islam. Selain menjadi rumah ibadah bagi kaum muslimin, masjid merupakan pusat keberkahan. Masjid artinya tempat bersujud dan sebutan lain masjid adalah mushalla, langgar atau surau.

Masjid berasal dari kata "sajada" yang berarti sujud atau tunduk. Selain digunakan sebagai tempat salat dan berdzikir, masjid juga merupakan pusat kegiatan umat muslim seperti perayaan hari besar Islam , kajian agama, belajar Al-Qur'an. Bahkan keberadaan masjid memegang peranan penting dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. (Baca Juga: Saksikan Live! Salat Jumat Pertama Hagia Sophia di SINDOnews )

Dalam satu hadis, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda:

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا


"Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah RA)

Bahkan Nabi SAW memuji orang yang rajin ke masjid sebagaimana sabda beliau: "Jika kamu melihat orang rajin mendatangi masjid , maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi)

Dalam riwayat lain, orang yang pergi ke masjid pagi atau petang akan memperoleh pahala besar. Rasulullah SAW bersabda:

( من غدا إلى المسجد و راح أعد الله له نزلا من الجنة كلما غدا و راح )

"Barangsiapa pergi pagi hari ke masjid , atau petang hari, akan Allah sediakan untuknya tempat di surga setiap kali dia pergi (pagi atau petang hari)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA). (Baca Juga: Inilah Masjid Pertama yang Dibangun di Muka Bumi )

Keutamaan Memakmurkan Masjid


Dalam Al-Qur'an , Allah Ta'ala mengabarkan bahwa sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. Al-Jin: ayat 18)

عَنْ عُثْمَانِ بْنَ عَفَّانَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ


Dari Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membangun masjid ikhlas karena Allah maka Allah akan membangunkan baginya yang serupa dengannya di surga." (HR. Muslim)

Kabar lain yang menggembirakan orang-orang yang hatinya terpaut dengan masjid maka kelak di Hari Kiamat ia akan mendapat naungan dari Allah Ta'ala. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

(( سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله : …)) وفيه (( ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى يعود إليه* … ))

"Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi mereka pada hari tiada naungan selain naungan Allah yaitu: -di antaranya- seseorang yang terikat (hatinya) dengan masjid ketika ia keluar hingga ia kembali ke masjid ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA)

Allah Ta'ala berfirman: "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat , menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. At-Taubah: ayat 18)

Demikian keutamaan masjid dan ganjaran bagi orang-orang yang memakmurkannya. Mudah-mudahan Allah berkenan memberi taufik-Nya agar kita termasuk golongan orang yang hatinya terikat dan senantiasa memakmurkan masjid . (Baca Juga: 7 Golongan yang Dinaungi Allah Saat Kiamat )

Wallahu Ta'ala A'lam