Gagal ginjal apa harus cuci darah

Jakarta - Aktor senior Advent Bangun dikabarkan melakukan cuci darah akibat penyakit gagal ginjal. Menurut penuturan sang istri, Lois Riani Amalia, Advent harus menjalani cuci darah 2 kali dalam seminggu.

"Sejak bulan April 2017 kan cuci darah, seminggu dua kali. Itu cuci darahnya ya, itu dimulai dari diabetes, ya sejak berhenti olahraga mungkin secara metabolisme dia kena," tutur Lois ditemui di Rumah Sakit Fatmawati, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Benarkah Konsumsi Obat dalam Jangka Panjang Picu Gangguan Ginjal?

Gagal ginjal dikenal sebagai penyakit ginjal kronis di dunia medis. Pasien gagal ginjal stadium lanjut diharuskan melakukan cuci darah untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak.

dr Akbari Wahyudi Kusumah, SpU dari RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa cuci darah harus dilakukan untuk mencegah pasien keracunan. Risiko keracunan muncul karena ginjal tak lagi memiliki kemampuan menyaring racun, zat sisa, dan elektrolit yang seharusnya dibuang.

"Cuci darah itu seperti obat. Jadi seseorang dengan gagal ginjal, ibaratnya seperti knalpot yang mesinnya rusak, bahan berbahaya nggak bisa keluar. Karena itu mengeluarkannya dengan cuci darah," ujar dr Akbar.

Cuci darah atau haemodialisis merupakan prosedur medis yang menggunakan alat untuk menyaring dan memisahkan racun, elektrolit, dan zat sisa dari darah untuk dibuang. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien gagal ginjal mengalami keracunan dan penumpukan cairan dalam tubuhnya.

Rata-rata prosedur cuci darah menghabiskan waktu 5-6 jam setiap harinya. Proses cuci darah dilakukan tergantung keparahan kondisi ginjal, bisa 2 kali seminggu, 1 kali seminggu, ataupun 2 kali dalam sebulan.

"Jadi cuci darah itu tergantung penyebabnya masing-masing. Cuci darah itu untuk membuang racun akibat kegagalan fungsi ginjal, bukan memperbaiki ginjal," tutup dr Akbari.

Baca juga: 5 Fakta Gagal Ginjal dalam Infografis

(mrs/up)

  • Waspada Penyakit Ginjal, Kenali Ciri dan Cara Pencegahan

    Dipublikasikan Pada : Kamis, 17 Maret 2022 00:00:00, Dibaca : 5.974 Kali

    Gagal ginjal apa harus cuci darah

    Jakarta, 17 Maret 2022

    Penyakit ginjal menjadi penyebab kematian ke-10 di Indonesia dengan jumlah kematian lebih dari 42 ribu pertahun. Masyarakat perlu mewaspadai penyakit tersebut dengan melakukan pencegahan sedini mungkin dan mengenali ciri-ciri dari penyakit ginjal.

    Ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dalam tubuh. Semua proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal, pembuangan dari ginjal disalurkan melalui urin sedangkan pembuangan dari hati itu melalui anus.

    Fungsi ginjal selain memproduksi urin adalah sebagai keseimbangan cairan, misal saat suhu udara dingin maka tubuh akan lebih sering buang air kecil, tapi kalau suhu udara panas tubuh akan merasa kekurangan cairan.

    Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Zulkhair Ali mengatakan kalau ginjal tidak berfungsi maka akan terjadi gagal ginjal. Ia menyebut penyakit ginjal yang umum dialami adalah batu ginjal, infeksi ginjal, radang ginjal, ginjal karena diabetes, ginjal karena hipertensi, ginjal karena lupus, dan ginjal karena polikistik.

    Penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan fungsi ginjal. Fungsi ginjal dapat dibagi dua, umumnya yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik. Kemudian pada penyakit ginjal kronik ada fase yang dinamakan akut on kronik.

    ''Yang menarik adalah pada penyakit ginjal akut, gejala pada pasien terlihat berat sekali tapi bisa sembuh sempurna. Sedangkan penyakit ginjal kronik itu pasien tidak merasakan apapun, tidak ada gejala, tapi ketika sudah berat akhirnya harus cuci darah dan tidak bisa disembuhkan kembali,'' katanya dalam konferensi pers secara virtual Hari Ginjal Sedunia di Jakarta, Kamis (17/3).

    Penyakit ginjal kronik, lanjutnya, merupakan masalah kesehatan global karena prevalensi gagal ginjal itu semakin hari semakin meningkat. Tidak hanya itu penyakit tersebut bersifat progresif dan tidak bisa sembuh kembali, tingkat mortalitas yang tinggi, dan memakan biaya mahal.

    Karenanya perlu dilakukan pencegahan dengan deteksi sedini mungkin terhadap penderita penyakit ginjal. Pencegahan idealnya dilakukan dari fase normal, yakni menskrining orang-orang yang tidak sakit untuk mengetahui apakah ada faktor risiko terjadinya penyakit ginjal atau tidak.

    Kalau sudah ditemukan adanya faktor risiko, maka langkah selanjutnya harus menurunkan faktor risiko tersebut. Skrining juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.

    ''Kemudian kalau sudah terjadi kerusakan kita harus melakukan pengobatan, baik melakukan pengobatan terhadap ginjalnya untuk menunda atau memperlambat progresivitas penyakit ginjalnya nya maupun mengobati komorbid yang ada,'' ucap dr. Zulkhair.

    Namun apabila sudah terjadi gagal ginjal maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal.

    Sebagai langkah pencegahan diperlukan deteksi dini penyakit ginjal dengan mengenali penyebab penyebab gagal ginjal. Penyebab penyakit ginjal yang paling sering terjadi adalah hipertensi, diabetes, dan radang ginjal.

    Sementara untuk gejala penyakit ginjal kronis antara lain mual, gatal-gatal, sesak napas, anemia, dan hipertensi. Sayangnya gejala ini baru muncul setelah tahap lanjut atau pada stadium lanjut. Pada stadium awal gejala sama sekali tidak terlihat atau tidak terasa.

    Oleh karena itu solusinya adalah harus melakukan pemeriksaan secara berkala, secara rutin terutama bagi faktor risiko menderita penyakit ginjal antara lain usia di atas 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan ada riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal.

    ''Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun,'' ucapnya.

    Dari sisi fasilitas kesehatan, Koordinator Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Kemenkes dr. Theresia Sandra Diah Ratih mengatakan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah menunjuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai koordinator untuk pengembangan jejaring rumah sakit untuk pelayanan penyakit ginjal.

    ''Kita sudah mencoba membuat jejaring rumah sakit untuk pelayanan penyakit ginjal, dan beberapa rumah sakit diharapkan bisa mengampu rumah sakit - rumah sakit daerah untuk bisa memampukan dirinya lebih baik,'' kata dr. Theresia.

    Pemerintah telah menyediakan layanan untuk deteksi dini bagi masyarakat minimal setiap 1 tahun sekali baik itu di tingkat RT maupun RW. Layanan tersebut dalam bentuk Posyandu untuk usia produktif dan Lansia.

    ''Deteksi dini paling minimal satu tahun sekali. Seluruh masyarakat diharapkan bisa mengakses layanan itu, termasuk juga pengobatan dan konseling untuk faktor risiko penyakit ginjal,'' ucapnya.

    Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id (D2)

Berapa lama penderita gagal ginjal bisa bertahan hidup tanpa cuci darah?

Pasien yang memilih untuk tidak menjalani dialisis ternyata bisa bertahan hidup hingga empat tahun setelah tidak menjalani pengobatan.

Apakah ada cara lain selain cuci darah?

CAPD, metode cuci darah dilakukan lewat perut Ada satu metode alternatif selain hemodialisis (cuci darah dengan menggunakan mesin) yang dapat digunakan dalam proses cuci darah, Namanya adalah CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) atau disebut juga Peritonial Dialisis.

Sakit apa yang harus cuci darah?

Dialisis atau cuci darah adalah prosedur yang dilakukan untuk membuang limbah berbahaya di dalam tubuh pada penyakit ginjal stadium akhir (penyakit ginjal kronis). Pada kondisi normal, sebenarnya proses ini dilakukan oleh ginjal.