Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir

Banjir di kawasan Cipinang Melayu, Jakarta.

Jakarta, Beritasatu.com –Hampir setiap tahun DKI Jakarta mengalami masalah banjir dengan dampak yang bervariasi. Pemerintah bersama masyarakat telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah, mengantisipasi dan mengendalikan dampak banjir tersebut.

Secara geografis, DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang berada di antara hulu sungai dan pesisir sehingga potensi banjirnya besar. Berikut ini adalah adalah sejumlah penyebab utama Jakarta sering mengalami banjir sabagaimana disebutkan dalam situs Pantau Banjir Jakarta.

Pertama, banjir hujan lokal. Hujan yang terjadi dengan intensitas tinggi dalam durasi yang lama di wilayah Jakarta akan mengisi salurah-saluran air dan daerah cekung. Jika tidak tertampung lagi, air akan meluap hingga menyebabkan banjir. Selain itu, dimensi drainase kota Jakarta dirancang untuk menampung debit air dengan curah hujan maksimal 120 mm/hari. Namun, pada beberapa hujan besar ekstrem yang terjadi di Jakarta, curah hujan melebihi kapasitas tersebut.

Contohnya pada 1 Januari 2020 lalu, curah hujan Jakarta mencapai 377 mm/hari dan merupakan yang tertinggi selama 24 tahun. Sehingga banjir pun melanda sebagian besar wilayah Ibu Kota.

Kedua, banjir kiriman. Karena berada di wilayah dataran rendah dan memiliki 13 aliran sungai, Jakarta dapat banjir jika hujan terjadi di hulu sungai. Hujan dengan intesitas tinggi di daerah hulu (Jawa Barat dan Banten) akan terbawa melalui aliran sungai ke Jakarta sebelum lepas ke laut. Hal inilah yang membuat sungai yang bermuara di Jakarta meluap dan mengakibatkan banjir. Pada saat kondisi tertentu kapasitas aliran sungai di Jakarta tersebut tidak cukup menampung air, sehingga terjadi limpasan di beberapa bantaran sungai di Jakarta.

Ketiga, banjir rob. Selain karena hujan dan kiriman debit air dari hulu, Jakarta juga rentan terkena pasang air laut (Rob). Hal ini biasanya terjadi di wilayah pesisir atau tepi laut Jakarta. Kini, di samping karena pasangnya air laut, penurunan muka tanah di utara Jakarta juga mempengaruhi meningkatnya banjir rob.

Langkah Pemprov DKI
Pada situs yang sama dijelaskan 4 langkah Pemprov DKI Jakarta dalam mengendalikan banjir, yakni, sistem pengendalian banjir. Sistem pengendalian banjir di Jakarta dari sistem drainase utama, sistem drainase kedua, dan sistem waduk-pompa. Sistem drainase utama sendiri dibagi kembali menjadi Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur. Hujan lokal pun akan dialirkan secara gravitasi ke sistem drainase kedua yang kemudian dibuang ke sistem utama hingga berakhir di laut. Sistem waduk-pompa membantu menyedot air yang menggenang dan mengembalikannya ke aliran sungai.

Pompa air. Dinas Sumber Daya Air (DSDA) mengelola 487 unit pompa air yang tersebar di 178 lokasi di sekitar DKI Jakarta. Pompa-pompa yang fungsi utamanya adalah untuk memompa air dari tempat rendah ke tempat tinggi ini dapat memitigasi banjir dengan menyedot air yang menggenang dan mengalirkannya ke tempat yang seharusnya, seperti sungai. Sebelum masuk ke dalam pompa, air akan disaring terlebih dahulu dan sampah yang tertangkap akan dipisahkan agar tidak terjadi penyumbatan. Semua pompa air juga dilengkapi dengan sensor sehingga status operasionalnya dapat selalu dilacak menggunakan JakPantau.

Gerebek lumpur. Merupakan kegiatan pengerukan lumpur yang dilakukan secara masif di danau, sungai/kali, dan waduk di 5 wilayah kota administrasi Jakarta. Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi proses pendangkalan sehingga meningkatkan kapasitas danau, sungai/kali, dan waduk saat musim hujan hingga maksimal.

Program ini melibatkan Sekitar 8.000 personil pasukan biru dikerahkan, di dalamnya termasuk 4.336 PKLG (Petugas Kebersihan Luar Gedung) dan 205 Operator armada dumptruck dan sejumlah alat berat berbagai tipe berskala hingga 3 (tiga) kali lipat dari kapasitas biasanya. Kegiatan dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan ketat.

Drainase vertikal. Salah satu metode penanganan banjir yang digunakan oleh Jakarta adalah pembangunan drainase vertikal, dikenal juga sebagai sumur resapan. Drainase vertikal dapat dibuat dengan menggali sedalam 30 hingga 80 meter dengan diameter sekitar 1 meter. Dinding lubang pun perlu diperkuat menggunakan bata dengan celah 1 jari, serta dasar lubang yang ditutupi kerikil atau koral.

Selain untuk menampung air, daya serap drainase vertikal juga dapat membantu mempercepat peresapan air ke dalam tanah. Hingga bulan Agustus 2020, sudah ada 1492 titik sumur resapan yang dibangun di sekitar Jakarta, antara lain di sekolah, taman kota, dan kantor kecamatan. Berkat cara membangun yang cukup sederhana, Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga berkolaborasi untuk membuat drainase vertikal di lingkungan tempat tinggal.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: BeritaSatu.com


Surabaya, IDN Times - Pemberitaan soal banjir banyak terdengar di mana-mana. Terlebih, setelah ibukota Indonesia, Jakarta, mengalami banjir lagi untuk ke sekian kalinya. Belum lagi yang sebelumnya terjadi di kota-kota lain di seluruh Indonesia.

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
IDN Times/Nena Zakiah

Hal ini membuat kita bertanya-tanya, apa kira-kira faktor penyebab banjir dan bagaimana banjir bisa terjadi? IDN Times berkesempatan untuk mengobrol langsung dengan Nahwa Nuri Syahidah, S.T, Kepala Bidang Program SIGAB LAZ Nurul Hayat Surabaya di Markas SIGAB, Jl. I Gusti Ngurah Rai Blok A2/8 Surabaya. Bekali dirimu dahulu dengan pengetahuan berikut ini, yuk!

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
theguardian.com

Tidak ada penyebab tunggal banjir. Faktor-faktornya beragam, salah satunya adalah letak daerah yang dekat dengan sungai.

"Kita lihat dulu kondisi geografisnya, apakah daerah tersebut berada dalam peta rawan banjir," buka Nuri, sapaannya.

Identifikasi pula apakah daerah tersebut berada di dekat sungai.

"Kita lihat karakteristik sungainya, apakah termasuk sungai besar, sungai dekat pegunungan bahkan kita juga mengelompokkan sungai yang bagian sempadan (pinggiran sungai) yang rapuh dan rawan longsor," lanjutnya lagi.

Oleh karena itu, bermukim di daerah aliran sungai (DAS) memiliki risiko tinggi terkena banjir. Ketika terjadi hujan deras, air sungai akan berpotensi meluap ke pemukiman penduduk. Gak hanya banjir, risiko longsor pun memungkinkan terjadi.

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
beautifulfeed.com

Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Menurut jurnal berjudul 'Pola Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Indonesia: Tinjauan Hasil Kontur Data Penakar dengan Resolusi Echam T-42' yang ditulis oleh Edvin Aldrian, disebutkan bahwa curah hujan tinggi terjadi antara bulan Januari hingga April, lalu di bulan Mei-Oktober terdapat penurunan curah hujan, karena musim peralihan menuju kemarau, dan kembali hujan pada bulan November dan Desember. Dalam skala tahunan, Indonesia menerima curah hujan antara 1.000 hingga 3.000 mm. 

Seberapa besar pengaruh hujan pada banjir?

"Tergantung tinggi tidaknya curah hujan di daerah tersebut. Jadi misalnya, daerah tersebut tergolong kering dan memiliki curah hujan rendah. Meskipun durasi hujan lama, kalau curah hujannya rendah, akan tetap aman dari banjir," terang Nuri.

Begitu pula jika daerah tersebut memiliki curah hujan tinggi, ketika durasi hujan hanya sebentar, tidak akan beresiko banjir.

"Jadi kedua hal tersebut: durasi dan curah hujan, saling berpengaruh," pungkasnya.

Baca Juga: 10 Fakta Ilmiah Kenapa Orang Mendekat Jika Ada Kerumunan Apapun

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
abc.net.au

Gak semua lahan layak dimanfaatkan menjadi hunian. Penggunaan lahan yang salah bisa meningkatkan risiko terjadinya banjir.

"Kadang, lahan yang seharusnya menjadi tempat penyimpanan atau resapan air, malah dipakai untuk pembangunan. Ketika hujan datang, akhirnya air menggenangi daerah resapan air tersebut," ungkap Nuri.

Hal ini sering ditemui di kota-kota besar, di mana penyalahgunaan lahan sering terjadi. Daerah resapan air itu dimanfaatkan manusia untuk berbagai kepentingan, mulai dari membangun pemukiman, pelabuhan, rekreasi dan sebagainya. Padahal, resapan air berfungsi untuk menyangga kota dari ancaman kekeringan di musim kemarau atau luapan air di musim penghujan.

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
grunge.com

Potensi risiko banjir di perkotaan dan pedesaan berbeda. Di kota, karena mobilitas yang tinggi dan pembangunan pesat, menyebabkan kebutuhan air di kota jauh lebih tinggi.

"Kemudian, mereka akan mencari sumber air, apakah memakai air sungai atau air tanah. Namun sayangnya, kualitas air sungai di perkotaan cenderung kotor, tercemar dan gak layak minum, sehingga penduduk banyak yang memilih menggunakan air tanah," terang Nuri.

Padahal, penggunaan air tanah yang masif memunculkan problem baru, yakni permukaan tanah menjadi turun. Ini karena jumlah air tanah yang berkurang. Permukaan tanah yang turun dapat memperbesar risiko terjadinya banjir.

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
theguardian.com

Kita telah diajarkan sedari dini bahwa membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan banjir. It's true, karena sampah dapat menghalangi aliran air dan menyebabkan air sungai meluber. Kurangnya edukasi dan kepedulian terhadap lingkungan membuat masyarakat dengan abainya membuang sampah ke sungai.

"Sampah dapat menutup saluran air. Akhirnya air tersebut meluber ke pemukiman penduduk," jelas Nuri.

FYI, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut ada sekitar 7.000 ton sampah yang dibuang di Sungai Ciliwung setiap harinya. Dari 7.000 ton ini, hanya 75 persen sampah yang bisa diangkut. Bahkan, 180 ton sisanya mengendap dan mencemari sungai. Miris!

Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
Di Kota Jakarta apa yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat Banjir
theaustralian.com.au

Tinggal di lereng gunung gak membuat kita lolos dari ancaman banjir. Seperti yang terjadi di daerah Sentani, Papua pada 16 Maret 2019 silam. Daerah yang biasanya dikenal aman ini tiba-tiba mengalami longsor dan banjir bandang!

"Padahal, daerah ini dikenal gak pernah banjir. Setelah ditelusuri, Sentani yang berada di lereng Gunung Cycloops memiliki lahan miring yang berbentuk hutan. Namun, hutan itu dibabat karena ada pembukaan lahan dan pembangunan," terang Nuri.

Terlebih, kondisi geografis di daerah tersebut tanahnya rapuh.

Alhasil, ketika turun hujan, gak ada penghalang air berupa pohon dan menyebabkan air tersebut terus meluncur ke bawah. Kebetulan, di bawah ada pemukiman penduduk. Dan akhirnya, terjadilah banjir di wilayah tersebut.

Baca Juga: 12 Alasan Ilmiah Kenapa Seseorang Menjadi Teroris, Ini Pikiran Mereka

Baca Artikel Selengkapnya