Dengan menentukan target pasar yang tepat maka promosi hasil usaha Tanaman pangan akan lebih


Page 2

itinjau dari daya dukung sumberdaya alam yang agraris, dan potensi sumberdaya manusia

yang bekerja disektor pertanian yang mencapai 37,9 juta tenaga kerja dari 78,8 juta tenaga kerja pada akhir Pelita V, dan diperkirakan sasaran kesempatan kerja menjadi 40,7 juta tenaga kerja disektor pertanian dari 147,9 juta tenaga kerja pada akhir PJP II, menunjukkan bahwa sektor pertanian tetap merupakan peluang utama lapangan kerja bagi masyarakat khususnya bagi penduduk pedesaan. Berbagai tantangan perekonomian disektor pertanian pada masa mendatang akan semakin besar dan komplek sehubungan dengan beberapa hal seperti; 1. permintaan terhadap pangan akan semakin me

ningkat sebagai akibat dari pertambahan penduduk, serta peningkatan pendapatan yang juga mengakibatkan peningkatan jenis dan kualitas pangan dalam upaya mencapai keadaan gizi masyarakat se

suai dengan Pola Pangan Harapan (PPH). 2. persaingan perdagangan global sebagai akibat dari

berlakunya perdagangan bebas yang mengakibatkan semakin banyaknya pilihan konsumen terhadap produk pertanian atas jenis, kualitas dan harga yang diikuti dengan promosi yang semakin memikat yang mengakibatkan produksi dalam negeri semakin

terpojok atas produk impor. 3. kesempatan kerja yang terbuka luas disektor per

tanian terutama dalam proses produksi semakin tidak diminati oleh tenaga kerja pedesaan terutama tenaga kerja terdidik karena kenyamanan kerja dan tingkat pendapatan yang relatif rendah dibandingkan dengan sektor industri dan jasa, sehingga

mengakibatkan arus urbanisasi semakin deras dari desa ke kota. Dalam upaya mengantisipasi berbagai kecenderungan yang terjadi sebagai akibat dari lambatnya pertumbuh. an ekonomi di perdesaan yang dapat menimbulkan kesenjangan yang semakin melebar antara perekonomian desa dan kota atau antara sektor pertanian dengan sektor lain, perlu percepatan untuk mengambil langkah-langkah kebijakan yang mampu meningkatkan kenyamanan kerja dan meningkatkan nilai tambah usaha tani untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam hal ini konsep agribisnis yang meliputi penanganan proses produksi, pengolahan hasil dan pemasaran serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukungnya seperti industri pupuk, pestisida, alat/mesin pertanian dan lainlain termasuk tataniaganya dalam suatu sistim yang terpadu dan menyeluruh melalui pembangunan pertanian dengan program diversifikasi, intensifikasi

, ekstensifikasi dan rehabilitasi yang semakin profesional, sudah merupakan "primadona” yang sangat diharapkan oleh masyarakat perdesaan, khususnya kaum tani untuk dikembangkan dalam upaya memperkuat ekonomi rakyat sekaligus untuk percepatan pengentasan kemis; kinan.

Konsep Agribisnis Proses produksi sebagai kegiatan awal dan utama yang ditangani oleh para petani saat ini perlu tetap dipertahankan dan dikembangkan, para pengusaha besar sebaiknya membatasi diri untuk tidak bergerak diproses produksi, dan agar petani mempunyai kepastian usaha yang lebih konkrit dan semakin profesional perlu dukungan kebijakan dari pemerintah antara lain :

1. Lebih memantapkan tata ruang dan melakukan

regionalisasi komoditas unggulan yang dikaitkan dengan sasaran produksi nasional untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor dengan memperhatikan kesesuaian lahan, iklim, tenaga kerja dan dukungan prasarana dan sarana perekonomian. Terjadinya "over produksi” pada komoditi cengkeh dan lonjakan-lonjakan harga pada komoditi cabe, kelapa dan daging atau penurunan harga pada beberapa komoditas pada waktu panen raya merupakan bahan studi yang berharga untuk merancang pola produksi yang berimbang antara "supply dan demand" sehingga petani sebagai produsen tidak selalu

dirugikan. 2. Membangun pusat-pusat penangkar benih/bibit

unggul dan industri alat/mesin pertanian secara selektif untuk dapat digunakan oleh para petani dalam rangka meningkatkan produktifitas. Tanpa tersedianya benih/bibit tanaman jenis unggul dalam jumlah yang cukup dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau serta tersedianya alat dan mesin pertanian yang tepat guna untuk menangani kegiatan prapanen sulit untuk meningkatkan produktifitas pertanian yang ada saat ini, kita akan terus ketinggalan dari negara lain seperti Thailand, Jepang,

Taiwan dan lain-lain. 3. Salah satu kesulitan petani dalam mengembangkan

usaha taninya adalah sulitnya mendapatkan informasi teknologi tepat guna dan informasi pasar, dan untuk mengatasi hal tersebut perlu dibangun pusatpusat informasi teknologi dan pasar disentra-sentra produksi dengan dukungan tenaga penyuluh yang profesional dan alat/mesin peraga serta bahan-bahan lain pendukung sesuai dengan kebutuhan petani setempat. Pameran, demonstrasi dan promosi tentang kemajuan pertanian sudah waktunya dilakukan ditengah-tengah petani, dalam hal ini peranan lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi sangat penting dan menentukan dalam upaya

modernisasi pertanian. Proses pengolahan hasil pertanian, menunjukkan bahwa kegiatan ini sebagian besar ditangani oleh para pengusaha yang sudah mampu menguasai dan menerapkan teknologi, dan karena kegiatan ini sangat tergantung dari kualitas, kuantitas dan kontiniutas dari produksi sebagai bahan baku yang diproduk oleh petani, maka perlu ada kerjasama dalam bentuk kemitraan agar nilai tambah yang diperoleh dapat dinikmati bersama secara proporsional, dan untuk maksud tersebut perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Agar industri pengolahan hasil pertanian memberi

dampak langsung kepada petani, maka pembangunannya sebaiknya dilakukan pada sentra-sentra produksi. Disamping untuk meningkatkan nilai tambah yang diterima petani, diharapkan akan dapat

memperluas kesempatan kerja dan menunjang pembangunan perekonomian perdesaan serta akan

mengurangi arus urbanisasi dari desa ke kota. 2. Untuk mengelola proses pengolahan hasil pertanian

sebagai komponen dari agribisnis sebaiknya dikembangkan pola kemitraan yang mewadahi kerjasama antara petani sebagai produsen dengan pengusaha sebagai industriawan dan sebagai badan usaha yang mewadahi petani adalah koperasi yang dikembangkan berdasarkan studi kelayakan usaha menurut komoditas atau lingkup usaha sejenis sehingga lebih memungkinkan bermitra dengan badan usaha swasta dengan profesi yang sejenis. Untuk mendorong tumbuhnya pola kemitraan ini, pemerintah perlu membuka peluang seluas-luasnya agar koperasi agribisnis berdasarkan studi kelayakan usaha dapat berkembang dengan cepat, hal ini juga akan mendorong tenaga terdidik untuk berkiprah dida

lamnya. Aspek pemasaran hasil pertanian sangat menentukan keberhasilan agribisnis, oleh karena itu lembaga pemasaran menjadi sangat penting agar hasil produksi petani baik dalam bentuk segar atau barang hasil olahan dapat lebih terjamin dengan harga yang wajar, dan dalam mendukung hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor berikut : 1. Petani sebagai produsen sangat lemah dalam me

nentukan harga jual, disebabkan sifat produknya yang musiman, mudah rusak, volumenya yang besar sedangkan nilainya relatif kecil, maka harga sering tidak menentu atau berfluktuasi secara tajam dan kalau hal ini terjadi petani sering dirugikan, dalam hal ini regionalisasi komoditas dan koperasi agribisnis menjadi sangat penting. Untuk lebih memfungsikan Koperasi Unit Desa (KUD) lebih profesional perlu dilakukan pengurangan beban dari multi usaha menjadi lebih spesifik untuk menangani pangan khususnya 9 bahan pokok, dan koperasi yang telah pernah ada seperti Koperasi Kopra, Karet dan lainlain sebaiknya dipertimbangkan untuk dikembang

kan kembali. 2. Untuk membantu pemasaran hasil pertanian teruta

ma dalam bentuk produk segar, perlu pembangunan pasar-pasar komoditas tertentu yang lebih modern, yang dilengkapi dengan sarana penanganan pascapanen dan informasi standar dan harga pasar baik domestik maupun ekspor. Petani sudah waktunya diberikan informasi pasar secara terbuka sehingga petani melalui koperasi agribisnisnya dapat melakukan pilihan dan analisa usahanya secara cermat. Dengan perencanaan pasar yang lebih baik akan memperpendek mata rantai tataniaga pemasaran hasil pertanian yang selama ini dirasakan

Wakil Ketua Komisi IV DPR Mayjen PHM. Siahaan.

BUAH-BUAHAN DALAM NEGERI LEBIH BAIK

HANYA MASYARAKAT MASIH GENGSI

Pimpinan Komisi IV dari FABRI ini sangat optimis terhadap perkembangan Agribisnis Indonesia yang dinilainya mempunyai prospek yang cerah, hal ini karena dia melihat bahwa sesungguhnya buah-buahan da. lam negeri ini lebih baik mutunya daripada buah import, hanya saja masyarakat masih gengsi sehingga menganggap yang import itu lebih baik tapi menurutnya ini hanya temporer, berikut wawancara lengkap dengan beliau.

Parlementaria (P) : Bagaimana menurut Bapak prospek agribisnis kita dimasa datang. PHM. Siahaan (PHM. S) : Agribisnis kita mempunyai

prospek yang cerah, namun banyak tantangannya, ka-


rena kita tahu yang kita inginkan pada dasarnya
agribisnis yang mempunyai kemampuan untuk ekspor,
Kita dapat bersaing paling tidak dengan negara-negara
ASEAN. Kalau mampu mengungguli mereka kita akan

bisa bersaing dan prospeknya akan lebih baik. Sedang- kan kalau hanya memanfaatkan pertanian tradisional

kita tidak akan mampu bersaing untuk mengangkat

harkat bangsa, terutama harkat para petani kita.

P: Sekarang ini banyak buah-buahan impor yang

kita temui di pasaran dibandingkan buah-buahan dalam negeri. PHM. S : Kita harus melihat dari berbagai segi, perta-

globalisasi untuk kepentingan negara dan bangsa ini. Salah satunya harus bekerja keras. P: Apa dalam pengelolaan agribisnis ini, tehnologi yang kita pakai ini masih rendah. PHM, S : Kalau dikatakan tekhnologi yang kita pakai rendah saya pikir juga tidak. Kita sudah mampu dan mempunyai Badan Litbang (Penelitian dan Pengembangan) yang cukup baik. Tapi memanfaatkan tehnologi itu mungkin belum seluas seperti Thailand, kita sedang mencoba dan sudah melakukan, tapi belum intensif Dalam rapat kerja Komisi IV dengan Departemen Pertanian, kami berkesimpulan ada usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan agribisnis. Dengan adanya Ditjen Holtikultura yang baru ini di Departemen

ma mungkin juga karena mereka mampu menjual lebih murah. Disini kita harus mampu kompetitif untuk mampu menjual lebih murah. Sebetulnya sebagian buahbuahan dalam negeri lebih baik daripada buah-buahan import, tetapi memang ada sekelompok masyarakat kita yang masih gengsi, sehingga mereka lebih senang membeli buah-buahan impor. Menurut saya, sebagian besar dari buah-buahan kita cukup enak dan pantas untuk dinikmati oleh rakyat Indonesia. Saya merasa itu hanya kontemporer saja. Suatu saat kita pasti akan mampu meningkatkannya kualitas buah-buahan di dalam negeri. Saya yakin buah-buahan kita akan dapat bersaing.

Kami dari Komisi IV pernah mengunjungi perkebunan "Mekar Sari". Mereka sedang mengembangkan ta. naman-tanaman yang mampu menyaingi buah-buahan import. Saya percaya dengan kemauan yang keras kita akan mampu bersaing. P : Menghadapi pasar bebas dimana persaingan sangat ketat. Dalam mengantisipasi hal ini apakah ada keinginan dan kemampuan pemerintah menuju kearah sana. PHM, S : Ada, kita tidak boleh pesimis, ada kemampuan itu. Kita lihat sekarang ini pemerintah sedang berusaha kearah itu, seperti penghapusan pungutanpungutan kepada pengusaha dan hal-hal lainnya. Itu semua ditujukan agar kita mampu untuk bersaing dengan negara lain dalam meningkatkan agribisnis. Tidak bisa cepat memang, tapi secara bertahap. Kita harus yakin bahwa itu dapat dilaksanakan. P: Sebenarnya pemerintah sendiri kan sudah berusaha tapi sampai saat ini pengembangan agribisnis kita belum berhasil apa yang menjadi kendala. PHM, S : Bagaimana mengatakannya ya... Saya kira anda sudah bisa melihat sendiri. Banyak faktor-faktor yang perlu dibenahi. P: Sepertinya apa pak. PHM, S : Ya itu tadi, seperti pengadimintrasian, sistem penanaman kita yang harus ditingkatkan lagi. P : Menghadapi pasar bebas nanti, selama ini kita belum melihat produk-produk unggulan kita dalam persaingan nanti. PHM, S : Kita kan sebenarnya sedang mencoba, waktu kunjungan Komisi IV di Jawa Timur disana ada mangga Probolinggo, itu sudah kita kembangkan dan masih banyak lainnya yang sudah kita kembangkan. Kita memang perlu waktu dan berharap pada saat yang tepat akan mampu bersaing. Kita sudah mendengar apa yang dicanangkan Presiden Soeharto, kita tidak mungkin lari dari kenyataan itu, harus bersaing dalam era globalisasi. Sebetulnya ada dua faktor yang mungkin bertolak bela. kang dari kenyataan. Di satu pihak kita musti bersaing dan dipihak lainnya kita harus memanfaatkan era

Pertanian kita berharap agribisnis akan meningkat. P : Dibidang pertanian, Pengusaha sendiri kurang berminat untuk menginvestasikan modalnya. Faktor-faktor apa sebenarnya yang membuat pengusaha enggan terjun dibidang pertanian. PHM, S : Saya pikir, yang namanya pengusaha itu kan mencari untung. Mungkin dia (pengusaha) belum melihat peluangnya karena dia belum dapat menerapkan prinsip-prinsip bisnis di bidang pertanian. Kalau dia sudah melihat peluang dan keuntungannya saya rasa dia akan segera terjun dalam usaha ini. Apalagi sekarang disemua sektor persaingan makin banyak, saya melihat pengusaha akan kesana larinya. Pertanian merupakan salah satu sektor yang lebih mempunyai peluang, walaupun tantangannya besar. P : Banyak pengusaha properti yang membangun perumahan dan lapangan golf diatas lahan-lahan

produktif, akibatnya lahan pertanian semakin menyempit sehingga produk pertanian nasional menjadi menurun. PHM, S : Kalau perumahan dan lapangan golf itu dibangun diatas lahan-lahan produktif jelas akan mengurangi. Tapi pemerintah sendiri telah mengeluarkan peraturan untuk melarang lahan-lahan produktif di-bangun perumahan dan lapangan golf. Berulang-ulang kami di DPR sudah mengingatkan agar lahan-lahan produktif tidak diperuntukkan perumahan dan lapangan golf. Kita juga melihat usaha-usaha pemerintah untuk membuka dan membangun lahan pertanian baru di Pulau Jawa. Karena melihat kenyataan pembangunan di Pulau Jawa semakin berkembang dan lahan semakin menyempit. P: Dengan membanjirnya buah-buahan impor di dalam negeri, hal ini menjadi kekhawatiran petani karena dengan demikian mereka harus bersaing dengan buah-buahan import. Petani kita sendiri belum siap melakukan hal itu, akibatnya penghasilan petani kita menurun sehingga petani menjadi miskin. PHM, S : Kalau hal itu yang menyebabkan saya kira tidak, dalam era globalisasi kita tidak bisa menghentikan impor buah-buahan dengan alasan takut bersaing. Tapi justru ke dalam kita harus meningkatkan kemampuan untuk bersaing karena pembeli sendiri yang akan menentukan barang yang dibeli. Petani pun harus mengikuti karena itu suatu kenyataan yang kita hadapi. Kalau tidak mau menghadapi kenyataan itu kita akan terpencil dari dunia luar. Jadi sekarang bagaimana kita meningkatkan kualitas produk pertanian sehingga mampu bersaing, itulah yang harus dilakukan. Walaupun itu terasa kurang menyenangkan atau sakit.

Itu merupakan rangsangan untuk mau bersaing. Kalau kita tidak mempunyai saingan mungkin kita tidak mau berpacu dan berprestasi. P : Menurut penelitian buah-buahan import itu banyak mengandung bahan pestisida yang kadarnya tinggi, dan ini akan merusak kesehatan manusia. Masyarakat kita sendiri masih suka mengkonsumsinya, apa informasi mengenai hal ini tidak ada atau kurang diinformasikan kepada masyarakat. PHM, S: Saya kira itu tidak diinformasikan karena bukti yang nyata tidak ada. Dalam tehnologi pertanian, buah-buahan itu dipupuk yang mempunyai zat-zat kimia. Itu kita tahu secara umum. Tapi seberapa jauh itu berbahaya bagi orang yang memakan buah-buahan, saya kira belum ada informasi itu. Jadi kita tidak bisa menuduh bahwa buah Thailand dan Eropa berbahaya. Kita kan belum mendengar secara ekstrim bahwa yang memakan buah-buahan impor itu mati. Kalau ada resikonya tentu ya, tapi seberapa jauh resikonya itu juga belum dapat dibuktikan. Kita negara yang sudah maju jadi tidak bisa menuduh tanpa dasar. P: Mengenai anggaran penelitian untuk pertanian kelihatannya sangat minim daripada anggaran penelitian Industri Pesawat Terbang Nasional ( IPTN). Sampai-sampai dana untuk reboisasi dari Departemen Kehutanan diperuntukkan penelitian IPTN. PHM, S : Anggaran untuk pertanian sebenarnya cukup besar, tetapi secara keseluruhan anggaran juga dilihat prioritasnya. Itu yang menyebabkan anggaran pertanian tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh Pemerintah sebagaimana yang diajukan Departemen Pertanian. Kami dari Komisi IV sering menanyakan dari tahun ke tahun mengenai Departemen Pertanian. Hanya ang