Cing cang keling adalah lagu yang berasal dari daerah

Lagu Cing Cangkeling merupakan lagu daerah Jawa Barat. Lagu ini berbahasa Sunda.

Pembahasan

Cing cangkeling merupakan lagu berbahasa Sunda dan berasal dari daerah Jawa barat. Lagu cing cangkeling biasa dinyanyikan oleh anak-anak sebelum memulai suatu permainan. Tujuan dari lagu ini adalah untuk menghitung.

Lirik lengkap lagu Cing Cangkeling adalah sebagai berikut:

Kleung dengklek buah kopi rarang geuyan

Keun anu dewek ulah pati diheureuyan

Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten

Plos kakolong bapak satar buleneng

Pat lapat pat lapat katingalan masih tebih kene pisan

Layarna bodas jeung celak kasurung kaombak ombak

Lagu ini menggambarkan tentang hati seorang manusia yang diibaratkan dengan seekor burung.

Lagu-lagu lainnya yang berasal dari Jawa barat adalah

  1. Manuk Dadali
  2. Bubuy Bulan
  3. Panon Hideung
  4. Tokecang
  5. Es Lilin

Pelajari Lebih Lanjut

Untuk belajar lebih lanjut mengenai materi diatas, silakan kunjungi link berikut ini:

brainly.co.id/tugas/18996376

brainly.co.id/tugas/1758223

brainly.co.id/tugas/2465522

Detail Jawaban

Kelas: 5

Mapel: Seni Budaya

Kategori: Ragam Lagu Daerah

Kode: 5.19.2

Kata Kunci: lagu daerah, lagu daerah Jawa Barat, lagu Sunda

Bandung -

Selain Es Lilin, Bubuy Bulan, Mojang Priangan, salah satu lagu daerah asal Jawa Barat yang populer ialah Cing Cangkeling. Lagu ini menggunakan lirik bahasa Sunda, yang hingga kini belum diketahui secara pasti siapa yang menciptakan lagu Cing Cangkeling tersebut.

Menurut desas-desus, lagu tersebut diciptakan oleh Benny Corda, seorang gitaris dan pencipta lagu yang terkenal pada tahun 50-an. Ia merupakan anak dari Donny Corda yang menciptakan lagu daerah Jawa Barat yang sangat populer, yakni 'Bubuy Bulan'.

Lagu Cing Cangkeling acap kali dibawakan beberapa komedian Sunda dalam panggung dagelannya. Lagu ini juga sering dibawakan pada beberapa permainan anak-anak.


Cing Cangkeling membawa arti yang cukup dalam, bahwa manusia perlu mengingat bahwa dalam hati yang bebas dan tenang akan mendapatkan dunia yang penuh rahmat dan berkah dari Tuhan YME.

Berikut ini lirik Lagu Cing Cangkeling dan artinya.

Cing Cangkeling (Ingatlah Manusia)

Kleung dengdek buah kopi raranggeuyan

Bunyi tetabuhan, buah kopi bertangkai-tangkai

Keun anu dewek ulah pati diheureuyan

Biarkan, Itu milikku jangan sering diganggu

Cingcangkeling manuk cingkleng cindeten

Ingatlah manusia, hati harus selalu tenang

Plos kakolong bapak satar buleneng

Agar mendapat dunia yang penuh rahmat

Pat lapat pat lapat katingalan masih tebih kene pisan

Jangan sampai ketinggalan walau masih jauh

Layarna bodas jeung celak kasurung ombak-ombak

Layarnya putih dan terlihat kecil terdorong ombak

(aau/aau)

Cing cang keling adalah lagu yang berasal dari daerah
Ilustrasi permainan tradisional. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - "Cing cangkeling Manuk cingkleung cindeten, Plos ka kolong Bapa Satar buleneng."

Penggalan tersebut merupakan lirik utuh dari lagu daerah asal Jawa Barat, berjudul 'Cing Cangkeling'. Biasanya lagu ini turut dinyanyikan oleh anak-anak, saat bermain ucing-ucingan (petak umpet), bersama teman-temannya.

Di balik familiarnya lagu ini, terdapat pesan mendalam yang ditujukan kepada manusia agar bisa terus rendah hati dan senantiasa mengingat kuasa Tuhan. Penasaran? Melansir laman sundapedia (21/12), berikut ulasan lagu Cingcangkeling asal Jawa Barat.

2 dari 4 halaman

Cing cang keling adalah lagu yang berasal dari daerah

Ilustrasi permainan tradisional ©Creative Commons/Jokosiono

Sebagaimana diuraikan dalam buku Kawih/Tembang Anak-Anak Di Kalangan Kebudayaan Sunda Dan Jawa, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2015, masing-masing bait di lagu tersebut memiliki pesan kebaikan masing-masing.

Dalam bait pertama tertulis kata 'Cing' yang bisa diartikan sebagai ungkapan permohonan agar 'Diam' dan 'Cangkeling' yang artinya 'Menyendiri'. Secara harfiah, kata cing cangkeling berarti 'mari menyendiri atau menyepi'. Di sana seolah terdapat pesan moral yang disembunyikan, yaitu eling (dari penggalan Cangk-eling).

Mengacu Ahimsa-Putra (2002:3), makna kata eling merupakan seperangkat anjuran yang menekankan pentingnya orang untuk selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini terkait  pesan orang tua Sunda zaman dahulu kepada anak-anaknya yakni 'Cing Geura Eling' atau tolong harus selalu diingat.

3 dari 4 halaman

Kemudian di penggalan selanjutnya terdapat bait berbunyi 'Manuk Cingkleung Cindeten' (Mari menyendiri burung cacat bertengger). Manuk artinya burung, atau dalam hal ini merupakan bentuk metafora dari ruh manusia.

Di sana tersirat bahwa, apabila sudah tiba waktunya, ruh manusia bisa terlepas dari jasadnya atau meninggalkan dunia karena dipanggil Tuhan.

Sehingga penggalan tersebut berupaya meminta ruh (dari manusia) yang cacat atau ruh yang tidak tahu arah tujuan penciptaannya segera diam dan hentikanlah berbagai perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Pada bait ini, manusia diharapkan bisa berintrospeksi akan kesalahan yang diperbuat dengan cara diam.

4 dari 4 halaman

Kemudian di lirik berikutnya, tertulis 'Plos Ka Kolong' atau bisa diartikan sebagai masuk ke dalam kolong. Makna kata-kata ini seakan mengingatkan manusia pada kematian atau hidup hanya sesaat.

Sebenarnya bait tersebut berangkat dari kebiasaan orang Sunda saat terdapat jenazah di keranda dan akan dibawa ke kuburan. Di sana seluruh anggota keluarga diminta untuk berjalan beberapa kali di bawah keranda, atau dalam bahasa Sunda disebut ngolongan pasaran.

Tujuan tradisi tersebut agar keluarga yang ditinggalkan tidak terus-menerus mengalami kedukaan usai ditinggal pergi (wafat) oleh orang yang dicintainya.

Hidup Tidak Dibawa Mati

Di penggalan terakhir terdapat lirik yang tertulis 'Bapa Satar Buleneng' (Plos ke kolong, Bapa Satar pelontos)'.

Dalam buku tersebut, istilah Satar merupakan bentuk personifikasi dari kata pasaran atau keranda yang kerap dibawa untuk mengangkut jenazah ke liang kubur. Sedangkan untuk Buleneng memiliki arti 'Tampak Jelas, Bersih dan Tanpa Kotor Sedikitpun'

Kata buleneng bisa turut dimaknai, bahwa manusia tidak akan membawa apapun ke alam kubur, kecuali kain kafan yang melekat di badannya. Artinya, manusia diminta untuk menyadari akan kesalahannya yang pernah dilakukan karena itu merupakan bentuk melawan kebenaran.

[nrd]

#TaGurKe-360

Mengenal Lagu Daerah Cing Cangkeling dari Jawa Barat

Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya yang dimilikinya. Beragam budaya ada di negara kita tecinta ini. Semua budaya daerah yang ada menjadi sumber kebudayaan nasional. Salah satu budaya itu adalah lagu daerah. Tiap wilayah di negeri ini memiliki lagu daerah dengan bahasa daerah yang dipakai di tempat tersebut. Nah, sebagai upaya melestarikan kebudayaan, tentunya kita perlu mengenal lebih dalam lagu-lagu daerah.

Untuk artikel kali ini, kita akan mencoba berkenalan dengan salah satu lagu daerah yang berasal dari Pulau Jawa, yaitu lagu Cing Cangkeling. Lagu ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di tatar Sunda. Lagu ini biasanya atau sering dinyanyikan oleh anak-anak.

Cing Cangkeling adalah lagu daerah yang berasal dari Jawa Barat (Sunda). Lagu ini dinyanyikan oleh anak-anak ketika bermain dengan teman-temannya. Lagu Cing Cangkeling sangat populer di kalangan masyarakat, terutama bagi anak-anak Sunda. Pencipta lagu ini adalah Sanghyang Mughni Pancaniti (basasunda.com). Dalam permainan, lagu ini ditujukan untuk berhitung sebelum anak-anak melakukan permainan kucing-kucingan atau permainan sentuh berlarian . Permainan sentuh berlarian adalah permainan dengan cara ketika ada salah satu anak yang tersentuh oleh anak yang terhitung, maka anak tersebut (yang tersentuh) kalah dan harus menyentuh temannya yang lain yang tak terhitung. Sebelum melakukan permainan ini, salah satu anak yang ikut bermain menyanyikan lagu Cing Cangkeling terlebih dahulu.

Berikut arti lirik lagu Cing Cangkeling.

Cing cang keling adalah Elinglah manusia. Manuk cingkleng adalah hati yang tidak terpenjara atau hati yang bebas. Cindeuteun adalah tenang dan teguh. Blos kakolong artinya kolong langit dan satar artinya rendah. Kolong langit yang rendah artinya dunia yang kita tempati. Buleneng artinya penuh rahmat dan berkah Tuhan semesta alam. Blos kakolong bapa satar buleneng bermakna dunia yang penuh rahmat dan berkah Tuhan semesta alam. Jadi, Cing cang keling manuk cingkleung cindeuteun blos kakolong bapa sata buleneng, berarti: Manusia, ingatlah bahwa hati yang bebas, tenang, dan teguh, akan mendapatkan dunia yang penuh rahmat dan berkah dari Tuhan semesta alam. Itulah arti dari lagu yang dituturkan orang tua Sunda dahulu, yang sekaligus untuk mengingatkan kita semua selaku generasi muda bahwa dalam kehidupan kita harus mengutamakan ibadah karena harta atau semacamnya yang bersifat duniawi tidak akan dibawa mati.

Lirik atau syair lagu di atas adalah lirik yang ditulis pendek/singkat, hanya terdiri dari 2 kalimat saja. Arti lirik atau syair dari lagu diartikan berbeda-beda tergantung dari orang yang mengartikannya. Di bawah ini adalah syair lengkap lagu Cing Cangkeling.

Kleung dengklek buah kopi rarang geuyan.

Keun anu dewek ulah pati diheureuyan.

Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten.

Plos kakolong bapak satar buleneng.

Pat lapat pat lapat katingalan masih tebih kene pisan.

Layarna bodas jeung celak kasurung kaombak ombak.

Jika dilihat sepintas, syair yang terdapat dalam lagu ini seperti tanpa makna, namun ternyata tersirat makna yang dalam.

Makna dan artinya menggambarkan isi hati atau perasaan manusia yang diibaratkan dengan seekor burung. Hati manusia tidak selalu tetap, ada kalanya goyah. Hati yang baik adalah hati yang penuh ketenangan, ketetapan, dan tidak mudah goyah.

Dengan hati yang tenang tentunya menumbuhkan rasa kedamaian serta menuntun manusia ke jalan kebaikan. Dengan segala kebaikan dalam hidup, maka akan mengantarkannya ke jalan yang diresui oleh Tuhan yang Maha Kuasa.

Itulah arti dan makna yang tekandung dalam syair lagu Cing Cangkeling. Dengan mempelajarinya, semoga kita semua dapat melestarikan budaya yang kita miliki agar tidak musnah begitu saja.

@home, 15012021_Marlina, S.Pd._#Gurusiana365