Berikan pendapat anda apakah pola hidup dapat berpengaruh terhadap kesehatan sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf sistem hormon dan sistem indra?

Fungsi sistem koordinasi adalah melancarkan gerakan tubuh. Ketika Anda ingin melakukan suatu hal, otak kecil atau serebelum menerima informasi dari sistem saraf di tubuh, saraf tulang belakang, dan bagian otak lainnya. Setelah semua informasi bersatu, barulah Anda bisa bergerak sesuai keinginan dengan lancar.

Peranan otak kecil atau serebelum pada diri Anda sangatlah penting. Meski tidak menyebabkan kelumpuhan atau gangguan intelektual, kerusakan pada serebelum dapat menyebabkan gangguan keseimbangan pada tubuh Anda, gerakan tubuh melambat, dan tremor atau gemetar.

Berikan pendapat anda apakah pola hidup dapat berpengaruh terhadap kesehatan sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf sistem hormon dan sistem indra?

Fungsi Sistem Koordinasi Tubuh dan Organ yang Terlibat

Koordinasi gerakan tubuh melibatkan otot, sendi, dan juga saraf. Ketika Anda ingin melakukan suatu gerakan, ada lebih dari satu jenis otot, sendi, dan saraf yang terlibat di dalamnya dan setiap komponen memiliki peran yang berbeda-beda.

Fungsi sistem koordinasi di sini adalah mengendalikan dan mengoordinasikan kerja masing-masing bagian agar gerakan yang dihasilkan menjadi halus dan tepat sasaran.

Otak kecil akan menerima beberapa sinyal dari seluruh tubuh, seperti posisi tubuh terhadap lingkungan dan medan gerakan dilakukan. Setelah itu otak kecil akan mengolah informasi tersebut dan menentukan postur apa yang sesuai dengan posisi tubuh saat itu.

Otak kecil juga akan menentukan porsi gerakan masing-masing otot yang terlibat dalam gerakan tersebut, sehingga gerakan otot menjadi halus. Misalnya, jika Anda sedang berjalan di bidang yang miring, otak kecillah yang berperan mengoordinasikan gerakan otot paha, otot betis, dan otot telapak kaki serta posisi tubuh yang pas terhadap bidang miring tersebut, supaya Anda bisa berjalan dan tidak jatuh.

Selain itu, fungsi sistem koordinasi juga berkaitan dengan kecerdasan atau prestasi seseorang. Hal ini dibuktikan pada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa seorang anak yang sering berolahraga,terutama mereka yang melakukan senam ritmik, dan aktif bergerak cenderung lebih berprestasi di sekolahnya dibanding dengan anak yang malas atau kurang bergerak.

Penyakit-Penyakit pada Fungsi Sistem Koordinasi

Fungsi sistem koordinasi bisa mengalami gangguan. Hal ini dapat membuat gerakan tubuh mengalami kelainan sehingga sangat bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa penyakit pada fungsi sistem koordinasi yang kerap terjadi adalah:

Ataksia

Ataksia adalah penyakit degeneratif yang memengaruhi fungsi sistem koordinasi otak, batang otak, atau saraf tulang belakang. Ataksia menyebabkan gerakan penderitanya menjadi tersentak dan terombang-ambing. Bahkan, penderita ataksia jadi sering terjatuh ketika berjalan karena gaya berjalannya yang tidak stabil.

Gejala ataksia yang paling umum terjadi adalah hilangnya keseimbangan dan koordinasi, adanya masalah pada kemampuan berbicara, sulit menelan, dan tremor.

Penyakit Parkinson

Penyakit ini juga merupakan sejenis penyakit degeneratif yang umum terjadi pada lansia. Penderita penyakit Parkinson mengalami gangguan fungsi sistem koordinasi di otak. Hal ini menyebabkan gangguan pergerakan yang khas seperti tremor, gerakan tubuh melambat dan kaku, serta kesulitan mempertahankan keseimbangan tubuh.

Dispraksia

Dispraksia adalah gangguan ketika pesan yang dikirim dari otak ke otot terganggu. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah dengan gerakan dan fungsi sistem koordinasi. Biasanya, penyakit atau gangguan ini terjadi sejak usia anak-anak. Akan tetapi, orang dewasa juga bisa terkena penyakit ini jika mengalami penyakit atau cedera.

Umumnya anak-anak yang terkena penyakit ini akan mengalami kesulitan saat menulis, mengikuti perintah, dan mengalami kesulitan saat berbicara dan mendengarkan.

Tanda-tanda awal terkena dispraksia dapat terlihat pada bayi yang terlambat untuk bisa duduk, merangkak, dan berjalan. Setelah umur bertambah, anak menjadi ceroboh, rawan mengalami kecelakaan, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar bersepeda.

Developmental Coordination Disorder

Gangguan koordinasi perkembangan ini diperkirakan memengaruhi sekitar 5–6 persen anak. Gangguan atau penyakit ini ditandai dengan kesulitan dalam mempelajari keterampilan motorik halus dan kasar, dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Gangguan ini tidak hanya mengakibatkan masalah perkembangan fisik saja, namun juga akan memengaruhi kemampuan sosial. Gejalanya meliputi kesulitan saat melakukan keterampilan motorik, seperti menggunakan gunting, menangkap bola, atau mengendarai sepeda.

Fungsi sistem koordinasi sangat penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari dampak gangguan sistem koordinasi yang dapat membuat seseorang kesulitan untuk melakukan aktivitas, bahkan yang sederhana seperti berjalan, dan mengalami penurunan performa kerja yang cukup drastis.

Sering kali penderita gangguan fungsi sistem koordinasi yang tergolong parah memerlukan bantuan alat untuk bisa bergerak secara mandiri atau mungkin asisten khusus untuk membantunya melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan sendiri, misalnya menyuapkan makanan dengan sendok atau mandi.

Oleh karena itu, jika Anda merasakan kesulitan dalam mengendalikan gerakan tubuh, lebih sering jatuh, atau merasakan perbedaan dalam gerakan tubuh, segera periksakan kondisi tersebut ke dokter agar penyebab keluhan Anda bisa segera diketahui dan diatasi.

KOMPAS.com - Pada tubuh manusia terdiri dari organ-organ tubuh yang masing-masing memiliki fungsi.

Organ-organ tersebut saling bekerjasama dengan baik. Karena tubuh terdapat suatu sistem koordinasi yaitu sistem hormon dan sistem saraf. Interaksi keduanya melibatkan sistem indra di dalam tubuh.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas. Iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.

Baca juga: Jangan Disepelekan, Saraf Kejepit Bisa Sebabkan Cedera Permanen

Sistem saraf adalah salah satu kordinasi tubuh. Sistem saraf memiliki fungsi sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke seluruh tubuh serta memberikan tanggapan terhadap rangsang tersebut.

Dalam jaringan saraf tersusun atas sel-sel atau neuron. Tiap sel saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson.

Cabang-cabang tersebut yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf.

Sel saraf

Sel saraf merupakan unit dasar dari sistem saraf. Sel saraf berfungsi sebagai pembawa impuls dari organ ke saraf atau sebaliknya.

Dalam sel saraf terdiri atas tiga bagian, yakni:

Berikut penjelasan tiga bagian tersebut:

Badan sel merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Memiliki fungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.

Baca juga: Mari Bantu Dimas, Bocah 12 Tahun yang Lahir Prematur, Alami Gangguan Saraf Punggung dan Sang Ibu Meninggal karena Serviks

Pada badan sel memiliki sebuah inti dan di dalamnya sitoplasmanya terdapat nissl yang mengandung RNA. Nissl tersebut berfungsi untuk mensitesis protein.

Dentrit adalah serabut sel saraf pendek yang keluar dari badan sel berupa lanjutan plasma dan bercabang-cabang.

Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Memiliki fungsi untuk menerima dan mengantarkan impuls rangsang dari reseptor ke badan sel.

Neurit merupakan sebuah sel saraf panjang yang penjuluran sitoplasma badan sel. Neurit disebut juga akson yang di dalamnya terdapat neurofibril berupa benang-benang halus.

Neurofibril dibungkus oleh selubung atau selaput myelin yang merupakan penjuluran sel sahwann. Fungsi selubung untuk melindungi neurit dan memberi nutrisi.

Baca juga: Cidera di Kepala Berpotensi Sebabkan Gangguan Saraf sampai Demensia

Macam-macam sel saraf manusia

Pada sel saraf manusia memiliki macam-macam, yakni:

  1. Sel saraf sensorik
  2. Sel saraf motorik
  3. Sel saraf penghubung (asosiasi)

Berikut penjelasanyan:

Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indra dan meneruskan ke susunan saraf pusat.

sel saraf motrik adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan dari susunan saraf pusat ke efektor yaitu otot dan kelenjar.

Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.

Baca juga: Awas, Sembarangan Minum 4 Obat Ini Bisa Merusak Saraf Mata

Sel saraf penghubung

Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.

Sel saraf ini terdapat pada korteks dan sumsum tulang belakang.

Macam gerak

Gerak merupakan salah satu cara bagaimana tubuh menanggapi rangsangan.

Berdasarkan jalannya rangsangan gerakan dibagi dua, yakni:

  1. Gerak biasa
  2. Gerak refleks

Berikut penjelasannya:

Gerak biasa atau gerak sadar adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.

Rangsangan diterima oleh reseptor kemudian saraf sensorik meneruskan impul ke otak. Dari otak rangsang diteruskan oleh saraf motorik kemudian menuju otot sehingga timbul gerakan.

Contohnya, kamu ingat makan, menulis, berjalan. Semuanya itu dilakukan secara sadar. Artinya semua gerakan dibawah pengaruh atau perintah otak.

Gerak refleks adalah gerak yang disengaja. Gerakan terjadi karena tiba-tiba tanpa dapat dicegah.

Baca juga: Ahli Saraf Temukan Cara Telepati Bersama Tiga Orang

Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak.

Gerak refleks dibagi menjadi dua macam, yakni refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang.

Jika neuron penghubungnya terletak di otak disebut reflek otak, seperti gerak pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena rangsang cahaya.

Saat neuron konektornya terletak di sumsum tulang belakang disebut refleks sumsum tulang belakang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.