Pada pembelajaran ini kita akan berlatih memahami prinsip penggunaan kalimat langsung, kalimat tidak langsung, dan penulisan kata seru yang merupakan bekal yang diperlukan ketika kita akan membuat cerita fabel. Bagian ini dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar 3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang dibaca/didengar. Bahan Bacaan Pengertian dan Ciri Kalimat Langsung Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan secara langsung kepada orang yang dituju. Kalimat langsung ditandai dengan pemakaian tanda petik (“…”). Ciri-ciri Kalimat Langsung Menggunakan tanda petik Contoh:
Intonasi tinggi untuk tanda tanya Contoh:
Intonasi datar untuk kalimat berita Contoh:
Tanda seru dilagukan dengan intonasi perintah Contoh:
Kata ganti orang pertama dan orang kedua Contoh:
Cara Penulisan Kalimat Langsung Bagian kalimat langsung diapit oleh tanda petik dua (“) bukan petik satu (‘) Contoh:
Tanda petik penutup ditaruh setelah tanda baca yang mengakhiri kalimat petikan Contoh:
Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bagian kalimat pengiring terletak sebelum kalimat petikan Contoh:
Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bagian kalimat pengiring terletak setelah kalimat petikan. Contoh:
Jika ada 2 kalimat petikan, huruf awal pada kalimat petikan pertama menggunakan huruf kapital. Sedangkan pada kalimat petikan kedua menggunakan huruf kecil kecuali nama orang dan kata sapaan Contoh:
Tanda koma TIDAK dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh:
Pengertian Kalimat Tidak Langsung Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk kalimat berita. Ciri-ciri Kalimat Tidak Langsung
Perubahan kata ganti
Contoh:
Penulisan Kata Seru Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh:
Kunci Jawaban A. Pilihan Ganda B. Uraian
(Salah) Alasan : Kalimat langsung tersebut tidak diapit tanda petik dua (“…”) 2. “Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya.
(Benar) Alasan : Kalimat langsung tersebut diapit tanda petik dua (“…”), tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat karena petikan langsung itu berakhir dengan tanda seru (!) 3. “Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! “kata Semut
(Salah) Alasan : Di bagian akhir kalimat langsung tidak terdapat tanda petik dua (”), tanda petik dua (“) malah digunakan pada awal kalimat pengiring (“kata Semut), dan tidak diahiri tanda titik. 4. “Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang” kata Ulu.
(Salah) Alasan : Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bagian kalimat pengiring terletak setelah kalimat petikan. 5. masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut.
(Salah) Perbaikan kalimat tersebut adalah “Masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek,” sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut. Demikian, semoga ada manfaatnya. Lihat Materi: Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Semester GenapSumber: Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Cetakan ke-4, 2017 (Edisi Revisi) Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas VII. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Cetakan ke-4, 2017 (Edisi Revisi) Paket Unit Pembelajaran Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2019. |