Berapa harga rumah di rafles hill

Oleh R Adhi KusumaputraAgus Gunanto terpaksa naik sepeda motor jika ada acara yang harus
dihadirinya di kawasan Cibubur setiap Sabtu dan Minggu. Camat
Cimanggis itu memilih naik motor karena lebih cepat ketimbang naik
mobil dinas tapi terjebak macet berjam-jam. Inilah gambaran lalu
lintas di kawasan Cibubur, yang tiada hari tanpa kemacetan.

Pernah pada suatu hari Minggu, seorang pejabat Kota Depok
berangkat dari Jalan Alternatif Cibubur pukul 09.00 menuju kawasan
Beji. Si pejabat yang membawa mobilnya baru tiba pukul 15.00! Selama
enam jam dia terjebak dalam kemacetan di kawasan Cibubur dan di
kawasan Margonda, Depok!

Meskipun nama Cibubur identik dengan kemacetan, saat ini masih
banyak orang yang memilih tinggal di kawasan ini. Cibubur sendiri
adalah nama kelurahan di Jakarta Timur, namun entah mengapa Jalan
Alternatif sepanjang sembilan kilometer yang masuk wilayah Kota
Depok, Kabupaten Bogor, dan Kota Bekasi itu tetap disebut sebagai
Jalan Alternatif Cibubur.

Mungkin karena lokasinya tak terlalu jauh dari Jalan Tol
Jagorawi, yang menembus ke jalan tol dalam kota Jakarta dan kini
Jalan Tol Cikunir menuju Bandung atau Jalan Tol TB Simatupang yang
mengarah ke Pondok Indah, Bintaro, dan Serpong, Cibubur masih tetap
diminati. “Tinggal di Cibubur, dekat ke mana-mana. Ke Bogor,
Bandung, Jakarta, Bekasi, Tangerang,” kata Freddy (40), warga
Cibubur, Depok, dalam percakapan dengan Kompas, Jumat (21/9).

Di sepanjang Jalan Alternatif Cibubur terdapat sedikitnya 10
kompleks perumahan menengah atas. Mulai dari Puri Sriwedari, Mahogany
Residence, Raffles Hills, Taman Laguna, Kranggan Permai, Citra Gran,
Cibubur Country, Taman Kenari Nusantara, Kota Wisata, dan Legenda
Wisata.

Dapat dibayangkan berapa ribu kendaraan setiap hari yang melintas
di sepotong Jalan Alternatif Cibubur itu, baik pagi maupun sore
hingga malam hari. Penghuni kawasan Cibubur beragam, mulai dari artis
dan selebriti, pengusaha, sampai petinggi militer.

Pengamatan Kompas sampai hari Jumat pekan lalu, di sepanjang
jalan milik Depok, Bogor, dan Bekasi itu berdiri berbagai tempat
usaha. Stasiun pengisian bahan bakar untuk umum asing seperti Shell
dan Petronas sudah merambah kawasan ini. Setidaknya, ini menunjukkan
betapa Cibubur sudah disentuh globalisasi.

Harga rumah di kawasan Cibubur melambung tinggi. Harga di
Mahogany Residence yang lokasinya di tepi Jalan Alternatif Cibubur,
misalnya, saat ini paling rendah Rp 800 juta (luas bangunan 170 m2,
luas tanah 173 m2 sampai yang termahal Rp 1,4 miliar (248/275).
Sementara di Raffles Hills, harga rumah termurah Rp 200-an juta
(47/90) dan termahal lebih Rp 1 miliar (399/250). Ini menunjukkan
betapa Cibubur sudah menjadi kawasan emas.

Para pembeli rumah di Cibubur umumnya keluarga muda yang mapan
secara ekonomi. Cicilan satu rumah di sini sedikitnya Rp 7 juta
setiap bulan.

“Emasnya” kawasan Cibubur terlihat dari makin suburnya bisnis
pendidikan dan kursus serta bisnis restoran dan rekreasi. Restoran
berkelas internasional dan pusat rekreasi seperti kolam renang selalu
ramai dan penuh.

Perencanaan kota buruk
Namun, seiring dengan berkembangnya kawasan Cibubur, kemacetan
pun tak bisa dihindari. Ribuan kendaraan mengalir di kawasan ini
setiap hari, apalagi pada akhir pekan.

“Pada hari kerja, kemacetan pada pagi hari di Jalan Alternatif
Cibubur mulai pukul 05.30 sampai 08.00 dan 09.00, sedangkan sore hari
mulai pukul 16.00 sampai 21.00,” kata seorang pekerja gerai telepon
seluler di tepi jalan. Hal senada diungkapkan pegawai rumah makan
pempek di jalan itu. “Kalau sering macet, malah pengunjung berkurang
datang kemari,” katanya.

Pusat perbelanjaan Cibubur Junction acap kali dituding sebagai
sumber masalah kemacetan di jalan ke arah Jalan Tol Jagorawi dan arah
ke Depok. Cibubur Junction berdiri di atas lahan milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur. Namun, mal yang dikelola
swasta bersama PD Sarana Jaya itu dinilai merepotkan warga Depok,
Bogor, dan Bekasi yang harus melalui jalan di sekitar Cibubur
Junction.

Pengembang Cibubur Junction dianggap tidak memperhitungkan
kemacetan di seputar jalan yang melingkari pusat perbelanjaan itu.
Kendaraan yangmasuk dan keluar mal memperlambat laju, inilah yang
menyebabkan lalu lintas tersendat. Namun, Deputi General Manager
Cibubur Junction Deddy Daryanto mengelak tudingan bahwa mal itu
merupakan biang kemacetan di Cibubur.

Cibubur Junction adalah contoh buruknya perencanaan kota. Jakarta
mengeluarkan izin pembangunan mal, sementara yang terkena dampaknya
adalah warga Depok, Bogor, dan Bekasi yang mau tak mau harus
melintasi di seputaran mal tersebut.

Agus Gunanto melukiskan betapa tiada hari tanpa kemacetan di
kawasan itu. Pengguna jalan dari empat arah bertemu di satu titik di
Cibubur Junction. Pertama, mereka yang datang dari arah Jalan
Alternatif Cibubur. Kedua, mereka yang datang dari arah
Bogor/Jagorawi, keluar tol menuju Cibubur atau Cisalak. Ketiga,
pengendara dari arah Depok (Jalan Bhakti, Jalan Radar AURI, Bukit
Permai) menuju titik itu. Keempat, pengendara dari Harjamukti menuju
titik Cibubur Junction.

“Kemacetan di Cibubur harus diatasi oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, Pemerintah Kota Depok dan Bekasi serta Pemerintah Kabupaten
Bogor. Harus ada solusi konkret,” kata Agus Gunanto.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana melebarkan Jalan
Alternatif Cibubur dari masing- masing dua lajur di kiri dan kanan,
dengan mengorbankan separator, menjadi tiga lajur di kiri dan tiga di
kanan. Namun, banyak warga tetap apatis dengan rencana pelebaran
Jalan Alternatif Cibubur itu. Karena, toh, kendaraan pasti tersendat
di seputar Cibubur Junction.

Fakta kemacetan ini membuat banyak warga setempat berharap Jalan
Tol Jagorawi-Cinere segera dibangun dan beroperasi. Jalan tol itu
akan menembus Cibubur sehingga pengendara dari Jalan Alternatif
Cibubur dapat langsung ke Jalan Tol Jagorawi, tak perlu lagi lewat
Cibubur Junction. “Kami butuh jalan tol segera. Jangan terlalu
banyak wacana,” kata Debby, warga Cibubur, yang gerah dengan
kemacetan tiada akhir itu.

FOTO
Kompas/Adhi Kusumaputra
Kawasan Cibubur belakangan ini semakin macet. Meningkatnya volume
kendaraan dan menjamurnya permukiman di kawasan Cibubur menyebabkan
jalan selalu macet pada jam sibuk, pagi, sore, dan malam hari.