Bagaimana multidimensi identitas perempuan sebagai ibu rumah tangga dan perempuan pekerja

Perempuan kadang mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari laki-laki. Kadang pula, perempuan ditenpatkan pada posisi ‘terendah’ dalam kehidupan keluarga. Karena banyak kalangan mengnanggap perempuan ‘lemah’.

Ya, mindset atau pandangan orang secara umum, perempuan adalah mahkluk ‘lemah’. Namun, pemikiran itu sudah seharusnya diubah. Karena, sesungguhnya perempuan adalah makhluk yang ‘kuat’. Sudah sepantasnya mendapatkan posisi yang istimewa serta perlakuan spesial.

Bagaimana multidimensi identitas perempuan sebagai ibu rumah tangga dan perempuan pekerja

Sadarkah anda? Sosok perempuan dalam kehidupan keluarga mampu menjalankan tiga peran sekaligus, yakni sebagai anak dari orangtuanya, istri dari suaminya serta sebagai ibu dari anak-anaknya. Bahkan, tidak jarang perempuan juga memerankan peran sebagai tulang punggung dalam keluarga.

“Perempuan dapat melakukan tiga hal sekaligus saat berperan sebagai anak, yakni menuntut ilmu agama dan ilmu pengetahuan sebaik-baiknya. Kedua, menjaga kehormatan diri serta kemaluan dengan tidak mendekati zina. Ketiga, meningkatkan kualitas keimanan dengan beramal saleh yakni, perbanyak berdoa untuk orangtua,” kata Ketua Kohati MPO Cabang Palu periode 2011, Armida saat menjadi narasumber pada kegiatan seminar keperempuanan dilaksanakan Kohati Cabang Palu di Gedung Namira Asrama Haji, Ahad (22/9/2019).

Baca Juga :   Pemkot Dorong Pelaku Usaha Adaptasi Pembayaran Nontunai

Kemudian, ketika perempuan sebagai istri, selain melayani kebutuhan suaminya, perempuan juga sebagai penyempurna agama sang suami.

“Hal itu seperti hadis Rasulullah, apabila seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluan dengan menghindari zina, serta taat kepada suami, maka ia dapat memasuki surga melalui pintu manapun,” jelasnya.

Sementara itu, saat perempuan menjadi ibu, maka diperlukan kesungguhan niat didasarkan panggilan hati, agar mampu menjalankan peran secara professional, baik sebagai ibu pekerja maupun ibu rumah tangga.

Di balik semua tugas mulia diemban perempuan sebagai ibu, istri dan anak, terdapat pintu dan peluang untuk mendapatkan pahala berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Asalkan, dijalani secara ikhlas dan penuh tanggung jawab. Bukan asal kerja atau menjadi ibu karena motivasi kompetisi.

Sementara itu, Manager Offline Ibu Profesional Sulteng, Fitriningsih, mengatakan, dalam menjaga peran perempuan, dibutuhkan aktualisasi serta sinergisitas pedoman hidup antara Alquran dan sunah rasul.

“Ketika seorang perempuan muslimah tidak menyadari hakikat dan peran utamanya yakni, sebagai hamba Allah, maka hal itu dapat menimbulkan masalah. Salah satunya yakni, konsep pemikiran materialistis. Peran perempuan dapat tersinergi dengan baik dan teraktualisasi maksimal jika dasar aturannya sesuai pedoman islam,” kata Fitri.

Menurutnya, peran perempuan perlu disenergikan dengan pemahaman agama, karena itu menjadi kunci utama. Perempuan harus mengetahui hal tersebut tidak hanya sebatas filosofi, namun sampai tahapan teknis, agar tidak salah dalam melangkah.

Sehingga ketika perempuan menjadi seorang ibu, ia mampu menyeimbangkan antara kerja publik dengan kerja domestiknya. Begitu pun, ketika menjadi istri, mampu menjadi istri salihah bagi suami.

Senada, Dosen Prodi PG-PAUD Untad, Sofiyanti Nur Zauma, menuturkan, perempuan harus menyiapkan diri semaksimal mungkin agar mampu menjalankan serta menyinergikan perannya.

“Perempuan sebagai madrasah pertama bagi anak dituntut mampu mengajarkan ilmu pengetahuan. Seorang ibu harus selalu mendampingi dan membantu anak dalam fase tumbuh kembangnya, karena hal itu akan menentukan sikap serta perilaku anak nantinya,” kata Sofiyanti.

Baca Juga :   Wawali Reny Dorong Pedagang di Pasar Bambaru Pakai QRIS

Ia mengatakan, terdapat sepuluh peran perempuan sebagai anak, tujuh peran perempuan sebagai istri dan 20 peran perempuan sebagai ibu.

“Sebagai anak, perempuan harus mampu menerima keadaan diri, baik kelebihan maupun kekurangan. Sebagai istri, perempuan harus mampu melengkapi serta menutupi kekurangan suami. Sebagai ibu, perempuan dituntut mampu menjadi seorang pendidik bagi anak,” katanya.

Ketua Kohati periode 2019-2020, Nur Anita, mengharapkan, melalui kegiatan seminar dirangkaikan peringatan milad ke-53 Kohati, 134 peserta terdiri dari mahasiswi, pelajar serta ibu rumah tangga yang ikut dapat mempersiapkan diri dan berkontribusi dalam menyiapkan generasi peradaban.

“Saya berharap dengan seminar keperempuanan, para peserta dapat lebih memahami perannya sebagai anak, istri dan ibu apalagi di zaman milenial saat ini. Sebab perempuan memegang peranan penting terhadap kemajuan peradaban,” kata Nur Anita.***

Jakarta, CNN Indonesia -- Ponsel Yuna Eka Kristina mendadak berdering di tengah agenda rapatnya. Yuna jelas kaget, karena kebetulan saat itu dia tengah mempresentasikan hasil kerjanya pada atasan.Awalnya Yuna sedikit abai. Namun ponsel terus berdering tak henti-henti. Nama si buah hati terpampang dalam layar.Tak tunggu waktu lama. Tepat setelah memaparkan presentasinya, Yuna buru-buru izin keluar dari forum rapat. Dia tak sabar menelepon si buah hati yang sedari tadi mencarinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


"Ternyata dia hanya kesal karena saya absen meneleponnya dan belum bilang 'i love you' di hari itu," ujar Yuna mengenang saat berbagi kisahnya menjadi wanita karier sekaligus ibu rumah tangga pada CNNIndonesia.com, Kamis (20/12).Meski tak saban hari, tapi kebiasaan mengobrol via sambungan telepon dengan sang buah hati di tengah aktivitas kerja kerap dilakukan Yuna. Tak ada alasan khusus, Yuna hanya ingin tahu kabar kedua anaknya, Juanesha Abigail Dermawan dan Queenesha Abigail Dermawan, yang ditinggalnya sementara waktu untuk bekerja.Yuna adalah salah satu dari sejumlah wanita Indonesia yang menjalani peran gandanya sebagai wanita karier sekaligus ibu dari anak-anak kesayangannya. Di zaman kiwari, perihal peran ganda seorang ibu jadi hal lumrah. Peradaban memang menuntut demikian, setidaknya itu berlaku bagi Yuna.Karier adalah impian. Sementara rumah tangga dan anak-anak adalah anugerah sekaligus tanggung jawab yang musti dipikul.

Bagi Yuna, keduanya berlaku penting. Yuna tak ingin meninggalkan suami dan kedua anaknya, sekaligus juga tak mau melepaskan dunia komunikasi yang dicintainya dan telah digelutinya sejak lama. Toh, bagi Yuna, selalu ada kesenangan dalam tiap perjalanan yang dilaluinya.

Beruntung sang suami memberinya kebebasan untuk tetap berkarier selama keluarga tetap jadi prioritas."Ini tanggung jawab yang tidak bisa saya tawar lagi. Saya coba jalankan (peran ganda wanita karier dan ibu rumah tangga)," kata Yuna.Tak mudah memang. Memiliki dua anak yang kini usianya menginjak 10 dan 9 tahun membuat Yuna harus pintar membagi waktu. Tak jarang, pekerjaan dan kebutuhan untuk bersama anak musti bentrok.Pernah suatu hari, anak-anak kudu bersiap menghadapi ujian, sementara pekerjaan kantor begitu menumpuk. Apa mau dikata, tanggung jawabnya sebagai seorang ibu membuat Yuna meninggalkan beban pekerjaannya di kantor. Dia memilih menunda pekerjaan dan pulang tepat waktu untuk mendampingi kedua anaknya belajar.Tak dinyana, keduanya--membantu anak belajar dan menyelesaikan pekerjaan kantor--dapat diselesaikan Yuna dengan baik. Solusinya adalah Yuna mengorbankan waktunya sendiri. "Saat anak-anak tidur, saya baru mulai menyelesaikan pekerjaan," kata dia.Tak cuma perkara bentrok yang ditemui Yuna. Perannya sebagai pekerja sekaligus ibu rumah tangga juga membuatnya sehari-hari musti berjibaku dengan waktu. Gara-garanya adalah lokasi rumah dan kantor yang terbentang jarak puluhan kilometer antara Tangerang dan Bogor.Mau tak mau Yuna kudu beradaptasi untuk memulai kegiatan sehari-hari lebih awal. Terbangun pada pukul 04.30 WIB untuk kemudian melakoni tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Setelah rampung menyiapkan perbekalan dan sarapan untuk anak-anak serta suami, baru lah dia mengurus dirinya sendiri.Sekembalinya di rumah pada malam hari, Yuna juga tak mau menyia-nyiakan waktunya. Dia habiskan waktu yang terbilang sempit itu bersama kedua anaknya.

Sebisa mungkin momen yang sempit itu jadi waktu berkualitas antara Yuna dengan keluarga. "Quality over quantity," kata dia.

Yuna juga ogah membawa pekerjaan kantornya ke rumah. Daripada sibuk dengan pekerjaan, dia memilih untuk mendengarkan celoteh buah hati tentang kegiatan mereka selama di sekolah. Jelang waktu tidur, dia menemani anak-anak di kamar sembari mengobrol santai dan berpelukan.Tak cuma itu, strategi lain untuk tetap dekat dengan kedua anaknya pun dilakoni Yuna. Dia kerap mengecek kedua anaknya sepulang sekolah melalui sambungan telepon di tengah aktivitas kerjanya.Dengan setia Yuna mendengarkan cerita kedua buah hatinya tentang apa yang mereka alami di sekolah. Dia ingin jadi orang tua sekaligus sahabat bagi kedua buah hatinya, kapan pun di mana pun.Begitu pula dengan akhir pekan yang dihabiskan Yuna sepenuhnya bersama keluarga tanpa menghamba pada pekerjaan."Satu yang pasti, ketika kami menghabiskan waktu bersama, kami tidak memegang gadget kecuali untuk hal mendesak," cerita Yuna.

Namun, keberhasilan Yuna menjalankan dua peran ini tak muncul ujug-ujug. "Ini karena support system saya yang luar biasa," akunya.

Saat kedua buah hatinya masih balita, misalnya, Yuna dibantu oleh sang ibu dan ibu mertua. Keduanya bergantian mengurus anak-anaknya.

Dua peran yang saling mendukung

Menjalani peran ganda sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga terbilang berat dan penuh pengorbanan. Yuna selalu berusaha untuk sebisa mungkin gairahnya pada dunia kerja dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Yuna tak mau menelantarkan salah satunya."Kedua peran ini justru bisa saling mendukung satu sama lain sekaligus memberi nilai tambah," ujar Yuna.Sebagai seorang ibu, Yuna belajar banyak soal mengontrol emosi. Apa yang dipelajarinya saat berperan sebagai seorang ibu menular pada dunia profesionalnya. Yuna tak hanya matang sebagai seorang profesional yang kemampuannya sudah teruji, tapi juga segi emosional saat bekerja yang sudah teruji.

Toh, selama dijalani dengan bahagia, kedua peran itu bakal terlakoni dengan baik. Apalagi jika apa yang dilakoni sesuai dengan gairah pribadi.

"Bila merasa berkarier adalah passion, jalankan. Selama yakin keduanya bisa jalan seimbang, jalankan dengan bahagia," kata Yuna. Sebab baginya, ibu yang bahagia adalah kunci dari keluarga bahagia. (els/asr)