Bagaimana cara untuk pencegahan hama dan penyakit pada budidaya tanaman obat

04 Juni 2012 Admin Website Artikel 5407

Teknologi biofob pada prinsipnya memanfaatkan kerja mikroogranisme untuk meningkatkan kesuburan tanah, mencegah dan mengendalikan hama ataupun penyakit, serta menstimulasi tanaman untuk mencapai produksi yang optimal. Pemanfaatan teknologi ini dapat mengurangi penggunaan pupuk atau pestisida kimiawi.

Ternyata teknologi biofob juga bisa diterapkan pada tanaman kakao untuk mengendalikan hama dan penyakit utama. Usaha pengendalian hama/penyakit tersebut dilakukan dikombinasikan dengan sistem PHT (pengendalian hama terpadu). Adapun pengendalian hama dan penyakit tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Penggerek Buah Kakao (PBK)

Pengendaliannya dilakukan dengan :

(1) karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK;

(2) pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen;

(3) mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam;

(4) penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.;

(5) Menggunakan pestisida organic OrgaNeem dan Siori dengan dosis 3 – 5 ml/l setiap 2 minggu

Hama Helopeltis

Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh.

Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula, atau pestisida organic yaitu Siori dan OrgaNeem

Penyakit Busuk Buah Phytopthora.

Dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu:

(1) sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm, kemudian di siram dengan BioTRIBA BT1 dosis 10 ml/l;

(2) kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun;

(3)pestisida organic Mitol 20EC dan Siori dengan dosis 3 – 5 ml/lt.

DIKUTIP DARI MEDIAPERKEBUNAN, KAMIS, 31 MEI 2012

Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya  alam terus menurun sehingga perlu diupayakan  untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi, agar usahatani  padi  dapat  berkelanjutan,  maka  teknologi  yang  diterapkan harus  memperhatikan  faktor lingkungan, baik  lingkungan fisik  maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan.

Selama  ini produksi  padi  nasional masih mengendalikan sawah irigasi, namun  ke  depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak  kendala.  Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan  lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air. Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatannya  untuk  pertanaman  padi gogo  belum  optimal, sehingga ke depan produksi padi gogo juga dapat dijadikan andalan produksi padi nasional.

Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur  air  dipetakan  sawah, menggunakan   benih  padi  bersertifkat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi.

Pengendalian guma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena  cara  ini sinergis  dengan  pengelolaan lainnya.  Pengendalian  gulma  secara  manual  hanya  efektif dilakukan apabila  kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Pengendalian  hama dan  penyakit terpadu  (PHT)  merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu  keseimbangan alami  dan  tidak menimbulkan  kerugian  besar. PHT  merupakan  paduan berbagai cara pengendalian hama dan  penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.

Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah adalah :

Keong Mas

PHT pada keong mas dilakukan sepanjang pertanaman dengan rincian sebagai berikut :

  • Pratanam: ambil keong mas dan musnahkan sebagai cara mekanis.
  • Persemaian : ambil  keong  mas  dan  dimusnahkan, sebar  benih  lebih banyak  untuk  sulaman  dan  bersihkan   saluran   air  dari  tanaman  air seperti kangkung.
  • Stadia Vegetatif: tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah  bibit lebih banyak, keringkan sawah  sampai 7  HST, tidak aplikasi herbisida sampai  7 HST, ambil  keong  mas  dan  musnahkan, pasang  saringan pada pemasukan air, umpan dengan menggunakan daun alas dan pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada ajir, ambil dan musnahkan telur  siput  pada  tanaman  dan  aplikasikan   pestisida   anorganik   dan nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kh/ha sebelum tanam pada caren.
  • Stadia generatif dan setelah panen : ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan itik setelah padi panen.

Wareng Coklat

Cara pengendaliannya sbb:

  • Gunakan varietas tahan wereng coklat, seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo, Sintanur dan Batang Gadis.
  • Berikan pupuk K untuk mengurangi
  • Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu
  • Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur ento-mopatogenik.
  • Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.

Penggerek Batang

Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air dangkal aplikasikan  insektisida butiran seperti  karbofuran dan fipronil, dan bila genangan  air tinggi aplikasikan insektsida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.

Tikus

Pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) didasarkan  pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan  memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.  Pengendalian tikus  ditekankan  pada  awal  musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut  meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap Barrier System).

Walang Sangit

Cara Pengendaliannya adalah :

  • Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
  • Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
  • Tangkap walang sengit dengan menggunakan 15arring sebelum stadia pembungaan.
  • Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang  sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
  • Apabila serangan sudah mencapai ambang  ekonomi, lakukan penyemprotan insektisida.
  • Lakukan penyemprotan pada pagi sekali atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.

Penyakit Hawar Daun Bakterl (HDB)

Cara Pengendaliannya sebagai berikut:

  • Gunakan varietas tahan seperti Conde dan AngkKe.
  • Gunakan pupuk nitrogen sesuai dengan kebutuhan tanaman.
  • Bersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi.
  • Jarak tanam jangan terlalu rapat.
  • Gunakan benih atau bibit yang sehat.

Penyakit Blast

Cara pengendaliannya adalah :

  • Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
  • Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
  • Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak embun dan hujanterus menerus.
  • Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
  • Perlakuan benih.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/97780/pengendalian-hama-penyakit-padi-sawah/

Dalam melakukan budidaya tanam terong baik terong ungu, terong lalap, terong belanda, terong putih ataupun terong hijau pastilah akan ada kendala yang dialami, salah satunya serangan hama dan penyakit. Serangan hama penyakit tersebut dapat menimbulkan hal yang merugikan seperti pertumbuhan lambat, produktivitas menurun dan gagal panen bahkan tanaman mengalami kematian. Nah kali ini kita akan membahas tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman terong beserta cara pengendaliannya, berikut penjelasan lengkapnya:

  1. Kumbang Daun (epilachna spp.)

Hama ini membuat permukaan daun tidak rata, ada lubang dan memiliki warna kuning serta layu. Kumbang pemakan daun Epilachna sp. merupakan hama yang dominan pada tanaman terung fase vegetatif dan fase generatif. Imago kumbang ini berwarna jingga kusam dengan bintik-bintik hitam pada elitranya dan panjang tubuhnya berkisar antara 5-8 mm. Larvanya berwarna kuning dan terdapat seta yang terl;ihat seperti duri pada bagian tubuhnya. Baik larva maupun imago merusak tanaman dengan memakan lapisan epidermis di bawah daun tetapi bagian atas daun tetap utuh. Sehingga daun yang terserang tinggal kerangka dan menjadi kering seperti jaring. Kumbang Epilacna sp. aktif makan terutama pada pagi hari sedangkan pada siang hari aktivitas makannya menurun, pada sore hari kembali aktif makan dan kemudian menjelang malam aktifitas makannya menurun lagi. Pada tanaman terung fase vegetatif populasi kumbang Epilachna sp. meningkat pada bulan Desember. Peningkatan ini dipengaruhi oleh umur tanaman, kumbang Epilachna sp. lebih menyukai tanaman muda sebelum berbunga. Sedangkan pada fase generatif populasi kumbang Epilachna sp. cenderung mengalami penurunan memasuki bulan November. Hal ini disebabkan karena hujan yang turun secara terus-menerus dan umur tanaman yang semakin tua. Pada bulan Desember tanaman terung fase generatif tidak ada lagi karena telah mencapai akhir usia tanaman.

Pengendalian :
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara manual dengan cara mengambil kumbang tersebut lalu dimusnahkan atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan insektisida sesuai dosis yang ditentukan.

  1. Kutu daun (Aphis spp). Hama ini menyerang tanaman terong pada bagian daun yang masih muda sehingga daun akan rusak, tidak beraturan dan daun akan kering dan mati. Ciri Ciri kutu Daun

Morfologi/Bioekologi

Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 – 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Kutu daun kapas Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) merupakan salah satu hama yang menyerang daun muda dan pucuk tanaman , terutama pada tanaman musim kemarau. Serangga ini bersifat polifag dan kosmopolitan, menyerang dengan cara menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis dan mesofil daun dengan menggunakan stiletnya. Nimfa berukuran kecil, berwarna hijau kekuning-kuningan, stadium nimfa berlangsung selama 6 sampai 7 hari A. gossypii berkembangbiak secara parthenogenesis yaitu melahirkan anak yang telah berkembang di tubuh induknya sebelum dilahirkan. Nimfa yang telah menjadi imago akan siap beranak setelah berumur 4 – 5 hari (Kalshoven, 1981). Dalam keadaan iklim dingin, sebagian besar serangga aphids berkembang biak secara tidak kawin (dengan menghasilkan nimfa). Nimfa tersebut akan berubah secara bertahap menjadi serangga dewasa dalam ideal waktu kurang lebih 8 – 10 minggu. Kondisi alam dengan suhu yang dingin dan kelembaban tinggi menyebabkan perubahan nimfa menjadi aphids dewasa membutuhkan waktu lebih lama. Mulai dari nimfa tahap pertama hingga keempat, bentuknya nyaris sama. Dan setelah memasuki bentuk nimfa tahap empat itulah nimfa pradewasa akan berubah menjadi serangga dewasa yang bersayap maupun tanpa sayap. Serangga dewasa ini akan berkembangbiak kembali (reproduksi) dalam waktu kurang lebih 2 – 3 hari kemudian. Di Australia, sebagian besar aphids adalah betina. Karena dia bisa berkembang biak secara tidak kawin, maka untuk dapat memiliki keturunan, mereka tidak memerlukan pasangan sehingga daur hidupnya pun sangat singkat. Selama hidupnya aphids betina mampu menghasilkan ribuan aphids baru yakni hanya dalam waktu 4 – 6 minggu saja. Seiring dengan perkembangannya, maka aphids akan mudah sekali berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Apabila dari suatu tempat terdapat sumber inokulum virus, maka sangat mudah bagi virus tersebut berpindah ke tanaman lain yang lebih sehat. Tanaman yang diserang oleh kutu daun , daunnya akan mengeriting karena cairan dalam daun dihisap oleh hama ini. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman mengerdil. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat mengeluarkan kotoran “embun madu`, sehingga kadang pada tanaman yang terdapat banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memamfaatkan kotorannya. Embun madu yang dapat menjadi media tumbuhnya jamur jelaga yang dapat menutupi daun dalam proses fotosintesa. Kutu daun termasuk dalam famili Aphididae ordo Homoptera, serangga ini bertubuh lunak, berukuran 4-8 mm. Kelompok Aphids biasanya berkoloni di bawah permukaan daun atau sela-sela daun, hama ini mengekskresikan embun madu, adanya embun madu yang dikeluarkan kutu daun dapat dilihat dengan terdapatnya semut atau embun jelaga yang berwarna hitam. Munculnya embun jelaga ini menyebabkan permukaan daun tertutupi sehingga akan menghambat proses fotosintesis. Aphids menyerang tanaman Cabe, Paprika, Timun, Semangka, Melon, Kubis, Terong dan Kailan.

Cara pengendalian

  • Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.
  • Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
  • Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
  • Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas terserang 25 %. Misalnya Lannate 25 WP, Razor 360 SC
  1. Tungau (Tetranynichus spp)
  • Hama ini menyebabkan permukaan daun berbintik cokelat kehitaman serta daun akan berlubang dan layu, Cara pengendalian hama ini umumnya dilakukan dengan sanitasi lahan, melakukan perendaman benih dengan larutan sebelum tanam serta penjarangan tanaman. Selain itu bisa juga dengan cara kimiawi yaiu dengan cara melakukan penyemprotan dengan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
  1. Ulat Buah (Helicoverpa armigera hubn)
  • Hama ini menyerang buah baik itu muda atau tua yang mengakibatkan buah akan berlubang lalu busuk dibagian dalamnya. Pengendalian dengan cara manual yaitu dengan membuang buah yang terserang dan melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan buah dengan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
  1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn), Hama ini menyerang tanaman muda atau tanaman dalam proses pembenihan, hama ini menyebabkan tanaman membusuk lalu mati. Pengendalian
    Hama ini dapat dikendalikan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan benih yang berkualitas dan tahan terhadap hama serta melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan insektisida sesuai dengan anjuran.
  1. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Hama ini menyerang daun yang muda ataupun tua, biasanya daun yang terserang akan berlubang dan bentukya tidak beraturan. Cara Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengambil ulat lalu dimusnakan dan juga melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Hama ini dapat menyebabkan daun mengkerut, keriting dan tanaman akan menjadi kerdil. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan rotasi tanaman, melakukan penyiangan gulma dan juga tanaman inang serta melakukan penyemprotan akarisida.

Penyakit Tanaman Terong

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora sp. Tanaman yang terserang penyakit ini akan memiliki bercak cokelat kehitaman pada permukaan daun sehingga dau layu dan kering. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan benih yang berkualitas dan juga melakukan sanitasi lahan dengan baik. Selain itu bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan dosis.

Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytophtora sp. Buah yang terseranmg penyakit ini akan memiliki bercak berwarna cokelat kehitaman lalu buah akan busuk dan mudah jatuh. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara memetik lalu membuang buah yang busuk atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan anjuran.

  1. Antraknosa
    Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Gloesporium melongena. Permukaan daun tanaman yang terserang penyakit ini akan memiliki bercak coklat kehitaman, daun keriting dan menggulung. Pengendalian penyakit  ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara melakukan sanitasi lahan, menggunakan benih yang tahan penyakit dan melakukan penjarangan tanaman atau bisa dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
  2. Rebah Semai

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani dan Phthium spp. Penyakit ini menyeran tanaman saat pembibitan atau persemaian, tanaman yang terserang akan menguning, layu lalu mati. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dan juga penggunaan benih yang berkualitas atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida yang sesuai dengan dosis yang berlaku.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Penyakit ini membuat tanaman layu dan mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi lahan atau juga dengan melakukan penyemprotan bakterisida sesuai dengan anjuran.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/