Bagaimana meningkatkan bahan bakar fosil terhadap nilai tenaga angin

Prastika, Rima Septiani (2019) Pengaruh suhu dan kecepatan angin terhadap potensi energi angin sebagai alternatif pembangkit listrik tenaga angin / Rima Septiani Prastika. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

RINGKASAN Prastika Rima Septiani. 2019. Pengaruh Suhu dan Kecepatan Angin Terhadap Potensi Energi Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Skripsi. Jurusan Teknik Elektro. Program Studi S1 Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Malang. Kata Kunci Potensi Energi Angin Energi Alternatif Pembangkit Listrik. Kebutuhan masyarakat terhadap tenaga listrik semakin meningkat setiap tahunnya bahan bakar fosil yang selama ini menjadi bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik ketersediaannya di alam sangat terbatas. Mengembangkan dan menerapkan sumber energi terbarukan perlu segera digalakkan guna mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil yang selama ini menjadi bahan bakar untuk membangkitkan tenaga listrik. Sangat diharapkan sumber energi listrik yang ramah lingkungan dan mudah didapatkan di alam agar sumber energi tersebut dapat menjadi alternatif pembangkit listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar potensi energi angin yang dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan angin sebagai alternatif pembangkit listrik tenaga angin. Menentukan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dipasang PLTB menentukan jumlah blade atau bilah kincir angin dan jumlah titik pemasangan pada lokasi tertentu. Dalam penelitian ini metode yang digunakan bersifat kuantitatif dengan data sekunder. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa total potensi energi angin di area Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada bulan Agustus 2017 9472 Juli 2018 adalah sebesar 85.162.810 36 Wh. Berdasarkan topologi area besar nilai kecepatan angin besar nilai potensi energi yang dihasilkan dan koordinat serta waktu sebagian besar (91 8%) lokasi dapat dibangun tower PLTB dengan memanfaatkan suhu dan kecepatan angin 10 meter di atas permukaan tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif energi pembangkit listrik tenaga angin. Besar pengaruh suhu terhadap potensi energi angin yaitu 1 01% dan besar pengaruh kecepatan angin terhadap potensi energi angin yaitu 48 78% pada setiap penambahan atau pengurangan kondisi nilai kecepatan angin sebesar 1m/s dengan kondisi nilai suhu konstan. Jumlah blade yang dibutuhkan antara sejumlah 2 bilah turbin pada setiap tower PLTB. Jumlah titik tower yang memungkinkan dibangun yaitu sejumlah 110.185 titik tower PLTB. Dengan begitu suhu dan kecepatan angin dapat dilihat pengaruhnya terhadap potensi energi angin sebagai alternatif energi di area Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

Actions (login required)

Bagaimana meningkatkan bahan bakar fosil terhadap nilai tenaga angin
View Item

Oleh:

Ilustrasi Gas rumah kaca.

Bisnis.com, JAKARTA - Polusi gas rumah kaca global dilaporkan meningkat untuk tahun kedua. Hal ini menempatkan dunia pada jalur untuk peningkatan lebih lanjut hingga 2040 kecuali pemerintah negara-negara dunia mengambil tindakan radikal.

Temuan dalam laporan tahunan Badan Energi Internasional (IEA) menggambarkan prospek yang suram bagi upaya pengendalian perubahan iklim dan menandai kemunduran bagi gerakan lingkungan yang semakin vokal.

“Pertumbuhan ekonomi yang kuat, permintaan listrik yang melonjak, dan peningkatan efisiensi yang lebih lambat berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dioksida sebesar 1,9 persen dari energi pada tahun 2018,” papar IEA dalam sebuah laporan yang dirilis Rabu (13/11/2019), seperti dilansir melalui Bloomberg.

Baca Juga : Perdagangan Karbon untuk Tekan Emisi Segera Terealisasi

Tingkat emisi dikatakan harus mulai turun segera untuk membawa dunia sejalan dengan ambisi dalam Perjanjian Paris yang membatasi kenaikan suhu hingga jauh di bawah 2 derajat Celsius (3,6 derajat Fahrenheit) sejak revolusi industri.

Alih-alih, skenario yang paling mungkin dari IEA menunjukkan tujuan net-zero emission tidak akan tercapai hingga setidaknya tahun 2070, atau 20 tahun melewati batas waktu yang disarankan oleh para ilmuwan iklim.

Ini menjadi indikasi lain bahwa upaya untuk mengalihkan dunia dari bahan bakar yang paling berpolusi bergerak terlalu lambat untuk berdampak besar pada pelestarian lingkungan.

Meski industri tenaga angin dan solar berkembang pesat, kehausan negara berkembang akan energi juga mengangkat konsumsi batu bara dan bahan bakar fosil lainnya sehingga mendorong lebih banyak polusi ke atmosfer.

Laporan itu juga menutup gagasan bahwa polusi dapat telah mencapai puncaknya. Setelah mendatar dari tahun 2014 hingga 2016, emisi karbon naik pada 2017 dan meningkat tahun lalu, menurut data terbaru tentang gas rumah kaca yang telah disusun IEA.

Protes di seluruh dunia atas kelambanan pemerintah dan kurangnya urgensi pada perubahan iklim telah mendorong langkah anggota-anggota parlemen untuk menetapkan target net-zero emission, terutama di Eropa.

Mereka berambisi untuk menyeimbangkan pertumbuhan di negara berkembang dan menyebarkan teknologi yang menyerap polusi yang tidak dapat dihindari.

Meski tindakan itu telah memengaruhi imajinasi publik di negara-negara barat, negara-negara di Asia dan Afrika terus melancarkan bahan bakar yang paling kotor sekalipun untuk memperkuat pertumbuhan mereka.

Negara-negara berkembang telah mengerahkan lebih banyak pembangkit batu bara bahkan ketika negara-negara industri berupaya menghapus bahan bakar ini.

Permintaan batu bara global naik untuk tahun kedua secara berturut-turut pada tahun 2018. Tiga perempatnya datang dari wilayah Asia Pasifik.

“Jika kebijakan batu bara global tetap tidak berubah, maka permintaan akan terus berkembang selama dua dekade,” jelas IEA.

Menurut IEA, diperlukan langkah pengurangan yang cepat dalam emisi guna menjaga agar kenaikan suhu tidak melampaui batas 2 derajat. Jika polusi mencapai puncaknya, akan ada kemungkinan 66 persen untuk mempertahankan kenaikan rata-rata global di bawah 1,8 derajat.

“Itu akan membutuhkan fokus yang luar biasa untuk menurunkan emisi global," pujar Fatih Birol, direktur eksekutif IEA.

Dalam skenario yang paling ambisius, IEA mengantisipasi dunia dapat mencapai target net-zero emission pada 2070, sekitar dua dekade setelah waktu yang diidentifikasi oleh para ilmuwan PBB sebagai sesuatu yang konsisten dengan menghindari dampak terburuk dari pemanasan global.

"Ada yang salah dengan sistem ketika investasi ke bahan bakar fosil terus berlanjut meskipun, menurut Perjanjian Paris, bahan bakar itu seharusnya dihapuskan pada tahun 2050,” tutur Mette Kahlin McVeigh, direktur Program Iklim di kelompok riset asal Swedia Fores.

“Entah kebijakan politik telah terlalu lemah atau dunia tidak meyakini bahwa hal itu perlu diubah,” sambung McVeigh.

IEA menegaskan kembali perlunya upaya carbon capture, usage and storage (teknik yang dapat digunakan dalam pengurangan karbon), untuk memainkan perannya dalam menurunkan emisi.

Pemerintah negara-negara dan industri telah semakin vokal tentang perlunya teknologi yang menghisap karbon dioksida dari cerobong asap. Beberapa di antaranya mengumumkan studi kelayakan dan uji coba yang bertujuan memulai proyek skala besar dalam satu dekade.

IEA melihat bisnis ini menangkap 2,8 miliar ton karbon per tahun pada 2050, dibandingkan dengan 0,7 miliar ton per tahun pada 2030.

“Ini menjadi seruan untuk koalisi besar yang meliputi pemerintah, investor, perusahaan dan semua pihak yang berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim,” pungkas Birol.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Bagaimana meningkatkan bahan bakar fosil terhadap nilai tenaga angin
Teknologi tenaga angin, sumber energi paling cepat berkembang di dunia, sepintas terlihat sederhana. Namun dibalik menara tinggi, langsing dan bilahan besi putar terdapat pergerakan yang kompleks dari bahan-bahan yang ringan seperti desain aerodinamis dan komputer yang dijalankan secara elektronik. Tenaga ditransfer melalui baling-baling, kadang dioperasikan pada variable kecepatan, lalu ke generator (meskipun beberapa turbin menghindari kotak peralatan dengan menjalankan langsung)

Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir menghasilkan turbin angin yang modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern 100 kali lebih kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat ini menyediakan tenaga besar  yang setara dengan pembangkit listrik konvensional. Pada awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin secara global telah mencapai 40.300 MW sehingga tenaga yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa  yang berarti sama dengan mendekati 47 juta orang.

Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya pasar,  tenaga angin memperlihatkan menurunnya biaya produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah yang anginnya maksimum, tenaga angin mampu menyaingi PLTU batu bara teknologi baru dan di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik tenaga gas alam.

Tenaga Angin pada tahun 2020

Selama beberapa tahun terakhir  pemasangan kapasitas angin meningkat melebihi 30%. Hal tersebut membuat target untuk menjadikan tenaga angin  mampu memenuhi kebutuhan energi dunia hingga  12 persen  pada tahun 2020  menjadi realistis. Di saat bersamaan hal tersebut juga akan membuka kesempatan terbukanya lapangan pekerjaan hingga dua juta dan mengurangi emisi CO2 hingga 10.700 juta ton.

Berkah terus meningkatnya ukuran  dan kapasitas rata-rata turbin, pada tahun 2020 biaya pembangkit listrik tenaga angin pada wilayah yang menunjang akan turun hingga 2.45 sen per KWh- lebih murah 36 persen dari biaya pada tahun 2003 yang mencapai  3.79 euro/KWh. Sambungan kabel listrik tidak termasuk dalam biaya ini.

Tenaga angin setelah tahun 2020

Sumber angin dunia sangat besar dan menyebar dengan baik di semua kawasan dan negara. Menggunakan teknologi saat ini, tenaga angin diperkirakan dapat menyediakan 53.000 Terawat/jam setiap tahunnya. Yang berarti dua kali lebih besar dari proyeksi permintaan energi pada tahun 2020-meninggalkan tempat yang penting untuk tumbuhnya industri bahkan dalam 1 dekade kedepan. Amerika Serikat sendiri mempunyai potensi angin yang cukup untuk menyediakan pasokan kebutuhan energinya bahkan  tiga kali lebih besar daripada kebutuhannya.  

Ramah lingkungan- keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah berkurangnya level emisi karbon dioksida penyebab perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir.

Penyeimbang energi yang sangat baik -emisi karbon dioksida berhubungan dengan proses produksi.  Pemasangan dan penggunaan  turbin angin selama rata-rata 20 tahun siklus hidup 'membayar kembali' terjadinya emisi   setelah 3-6 bulan pertama-yang berarti lebih dari 19 tahun produksi energi tanpa ongkos lingkungan.

Cepat menyebar-pembangunan ladang angin  (wind farm) dapat diselesaikan dalam waktu seminggu.  Menara turbin, badan  dan bilahan besi di pasang di atas permukaan beton bertulang dengan menggunakan alat pemindah besar.

Sumber energi terbarukan dan dapat diandalkan- angin yang menjalankan turbin selalu gratis dan tidak terkena dampak harga bahan bakar fosil yang fluktuatif. Tenaga ini juga tidak butuh untuk ditambang, digali atau dipindahkan ke pembangkit listrik. Seiring meningkatnya harga bahan bakar fosil, nilai tenaga angin juga meningkat dan biaya keseluruhan pembangkit akan menurun.

Selanjutnya, dalam proyek  besar yang menggunakan turbin ukuran medium yang sudah disetujui, tenaga angin mampu beroperasi hingga 98% secara konstan. Artinya hanya dua persen waktu turun mesin untuk perbaikan- catatan yang jauh lebih baik dari yang bisa diharapkan dari pembangkit listrik konvensional.

Variable angin menimbulkan masalah manajemen sistem jaringan listrik lebih sedikit  daripada yang diharapkan oleh pihak-pihak yang skeptis. Ketidakstabilan permintaan energi dan kebutuhan untuk melindungi gagalnya pembangkit listrik konvensional memenuhi kebutuhan tersebut, sesungguhnya membutuhkan sistem jaringan listrik yang lebih fleksibel daripada tenaga angin, dan pengalaman dunia nyata telah menunjukan bahwa sistem pembangkit listrik nasional mampu menjalankan tugas tersebut. Pada malam berangin, sebagai contoh, turbin angin 50% pembangkit listrik di bagian barat Denmark, tapi kekuatannya telah terbukti dapat diatur.

Penciptaan jaringan listrik  yang super mengurangi masalah ketidakstabilan angin. Caranya  dengan membiarkan perubahan pada kecepatan  di wilayah-wilayah berbeda untuk diseimbangkan satu sama lain.

Perkembangan tenaga angin berkembang dengan pesat saat ini, namun demikian masa depan tenaga ini belum terjamin.  Saat ini tenaga angin telah dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara di dunia. Namun sejauh ini kemajuan  itu disebabkan oleh usaha segelintir pihak, yang dipimpin oleh Jerman, Spanyol dan Denmark.  Negara-negara lain perlu untuk memperbaiki  industri tenaga angin secara dramastis jika target global ingin dicapai. Oleh karena itu prediksi untuk menjadikan tenaga angin dapat memasok energi dunia sebesar 12 persen  pada tahun 2020 sebaiknya tidak dilihat sebagai hal yang pasti, tapi sebagai tujuan-satu kemungkinan masa depan yang kita bisa pilih jika kita mau.


Sumber: www.greenpeace.org or www.yes2wind.com NOTE: Ladang Angin Pertama di Inggris dengan asupan energi 50,000 KWH