Apakah sekali cuci darah harus seumur hidup

MENGAPA PERLU CUCI DARAH ?oleh dr. Citra Dewi Nirmala Sari – Dokter Umum RSU Harapan Ibu

Cuci darah atau hemodialisis akan diperlukan ketika ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik akibat penyakit gagal ginjal atau trauma. Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak pada bagian belakang pinggang. Ginjal yang bekerja dengan baik berfungsi untuk mencegah timbulnya kelebihan cairan, produk sisa/ limbah, dan racun dalam tubuh. Ginjal juga membantu mengatur tekanan darah, kadar kimia serta elektrolit dalam darah, seperti garam dan kalium. Selain itu, ginjal menjadi tempat untuk mengaktifkan vitamin D guna meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh.

Ketika ginjal gagal melakukan penyaringan, terjadilah penumpukan limbah, racun dan cairan dalam tubuh. Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan, maka Dokter akan merekomendasikan proses cuci darah untuk mencegah berbagai komplikasi fatal. Cuci darah membantu menggantikan fungsi ginjal agar tubuh tetap memiliki keseimbangan fungsi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Dialisis tidak dapat menyembuhkan penyakit ginjal atau kondisi lain yang mempengaruhi kerja ginjal. Anda dapat berkonsultasi dengan Dokter di Rumah Sakit untuk memberikan penanganan dan pengobatan lain yang diperlukan.

Dalam melakukan proses cuci darah, ada dua metode yang bisa dipilih, yaitu Hemodialisis atau Dialisis Peritoneal. Cuci darah yang paling banyak dikenal orang adalah Hemodialisis. Hemodialisis menggunakan mesin khusus untuk menyaring darah menggantikan ginjal yang rusak. Sedangkan Dialisis Peritoneal menggunakan peritoneum (selaput dalam rongga perut) sebagai penyaring.

Dibutuhkan pemeriksaan oleh Dokter dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan perlu atau tidaknya seseorang melakukan cuci darah. Ada beberapa indikator pemeriksaan laboratorium yang menunjang, yaitu kadar kreatinin dan ureum dalam darah, kecepatan ginjal menyaring darah, dan keluhan tertentu yang mengacu pada gangguan jantung, pernafasan dan perut.

Pada proses Hemodialisis, biasanya petugas medis akan memasukkan jarum pada pembuluh darah untuk menghubungkan aliran darah dari tubuh ke mesin pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring pada mesin pencuci darah, dan setelah tersaring, darah yang bersih akan dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses dialisis adalah bentuk pertolongan terhadap kerusakan organ ginjal. Pada penderita gagal ginjal, cuci darah juga dapat membantu mengendalikan tekanan darah, dan mengatur kadar mineral dan elektrolit dalam tubuh.

Sebagian besar pasien memerlukan Hemodialisis sebanyak 1-2 kali sesi dalam seminggu, dan membutuhkan waktu 3-5 jam setiap sesinya tergantung dari kondisi dan kebutuhan medis pasien. Sebelum dilakukan cuci darah, berat badan Anda akan ditimbang, demikian pula setelahnya, hal ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar kelebihan cairan yang dapat diambil dari darah Anda.

Beberapa pasien yang menjalani hemodialisis, mungkin akan mengalami efek sampingseperti sakit kepala, mual, muntah, kram, tekanan darah turun, mudah lelah, kram otot, dan kulit menjadi kering atau gatal. Banyak pasien yang melakukan cuci darah, tetap memiliki kualitas hidup yang baik. Mereka masih bisa bekerja atau melanjutkan sekolah. Cuci darah juga bukan halangan untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berenang, berolahraga, mengemudi, atau bahkan berlibur, jika tidak terdapat keluhan setelah menjalani proses cuci darah.

Karena pentingnya fungsi ginjal bagi kehidupan, maka Anda perlu memeliharanya dengan menjalani pola hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan fungsi ginjal untuk memantau kondisi ginjal. Cara sederhana untuk menjaga kesehatan ginjal Anda adalah dengan berolahraga rutin, minum air putih dalam jumlah cukup, hindari merokok, hindari konsumsi alkohol dan minuman bersoda, serta hindari konsumsi obat-obatan diluar pemantauan Dokter.

Apakah sekali cuci darah harus seumur hidup

Dalam pelayanan Hemodialisa atau Cuci Darah, BPJS Kesehatan telah melakukan inovasi dengan memangkas prosedur pelayanan bagi pasien Hemodialisa atau Cuci Darah. Hal ini dilakukan dengan orientasi memberikan pelayanan yang baik dan kemudahan bagi peserta JKN-KIS yang rutin membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut.

Kemudahan ini memberikan efek positif bagi pasien Hemodialisa Peserta JKN-KIS, dimana untuk peserta yang rutin cuci darah bisa langsung memperpanjang rujukan di rumah sakit tanpa tanpa harus ke Faskes Tingkat Satu. Latarbelakang utamnya adalah memudahkan pelayanan bagi peserta JKN-KIS yang harus rutin melakukan Hemodialisa. Sehingga peserta tidak perlu bolak-balik meminta rujukan setiap 3 bulan sekali ke faskes tingkat pertama.

Pasien hemodialisa dinilai bahwa seumur hidup tidak mungkin lepas dari tindakan cuci darah dan harus rutin dilakukan, maka sudah selayaknya untuk mendapatkan kemudahan tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin bahwa pasien akan membutuhkan layanan cuci darah dengan frekuensi makin meningkat, sehingga dibutuhkan birokrasi yang lebih cepat dan pendek.

Teknisnya, aplikasi V Claim yang ada di rumah sakit akan membaca masa rujukan pasien yang akan habis, sehingga muncul peringatan bahwa rujukan pasien telah habis. Setelah itu petugas rumah  sakit dapat melakukan ceklist perpanjangan via Aplikasi V Claim.

Dengan alur seperti ini pasien bisa langsung datang dengan membawa kartu JKN-KIS dan Surat Keterangan Dalam Perawatan (SKDP), lalu melapor ke petugas rumah sakit untuk melakukan pemindaian sidik jari dan penerbitan Surat Elegibilitas Peserta (SEP). Setelah SEP terbit pasien dapat langsung mendapatkan layanan cuci darah. Salah satu Rumah Sakit yang telah menerapkan alur adalah Rumah Sakit Krakatau Medika; Cilegon yang memiliki fasilitas 20 mesin Hemodialisa.

Kemudahan pelayanan ini tentu akan disambut gembira oleh pasien Hemodialisa Peserta JKN-KIS. Karena dengan prosedur baru ini pasien tidak perlu mondar mandir ke Faske Tingkat I untuk meminta rujukan baru. Bahkan pada prosedur sebelumnya, jika pasien lupa melakukan pembaharuan rujukan, walaupun pasien sudah datang ke rumah sakit untuk Hemodialisa maka tetap akan diarahkan ke Faskes Tingkat I untuk memperbaharui rujukannya.

Inovasi ini merupakan komitmen antara BPJS Kesehatan bersama PERSI; bahwa upaya memberikan kemudahan (simplifikasi) pelayanan bagi pasien gagal ginjal kronis yang rutin mendapatkan layanan cuci darah (hemodalisis) di rumah sakit dan sudah terdaftar dengan menggunakan sidik jari (finger print), dimana surat rujukan yang berakhir setelah 90 hari dapat diperpanjang di rumah sakit sehingga pasien tidak lagi direpotkan untk mengurus perpanjangan surat rujukan ke FKTP.

Dengan prosedur baru ini pasien Hemodialisa dapat langsung datang ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah sesuai jadwal hanya dengan menunjukkan berkas yang diperlukan dan melakukan perekaman sidik jari, jika memang sebelumnya pernah mendapatkan pelayanan hemodialisa.


Baca Juga :

  • Laboratorium Klinik
  • Vaksinasi Imunisasi Haji dan Umroh, serta Sertifikat Vaksinasi Internasional (ICV)

Artikel :

Apakah bisa cuci darah hanya sekali?

Pada kebanyakan kasus, cuci darah memang tidak dilakukan 1 kali, melainkan secara kontinu dengan jeda waktu tertentu, misalnya beberapa hari sekali, beberapa minggu sekali, dan sebagainya.

Apakah orang yang sering cuci darah bisa sembuh?

dimana stdium akhir atau 5 penangnan yang dapat dilakukan dengan tindakan pencucian darah atau hemodialisis fungsi dilakukan cuci darah untuk mengganti tugas ginjal yang sudah rusak dimana gagal ginjal ini tidak dapat disembuhkan dan tindakan cuci darah akan dilakukan seumur hidup.

Bolehkah berhenti cuci darah?

Cuci darah akan dihentikan jika ginjal tidak lagi mengalami kerusakan dan sudah bisa bekerja dengan baik. Akan tetapi, untuk gagal ginjal kronis, kerusakan pada ginjal sangat jarang bisa disembuhkan sepenuhnya, sehingga penderitanya perlu melakukan cuci darah dalam waktu yang lama bahkan seumur hidupnya.

Apakah cuci darah permanen?

Cuci darah bisa permanen atau sementara, tergantung kondisi ginjal dan kesehatan penderitanya. Jika kondisi penyakit ginjal membaik setelah pengobatan, cuci darah tidak perlu dilanjutkan. Tapi, jika kondisi gagal ginjal kronis atau memasuki stadium akhir, penderita biasanya memerlukan cuci darah seumur hidup.