Apa yang menyebabkan ringan bobot seekor burung

Karena mereka yakin bahwa burung pasti pernah berevolusi, para evolusionis menyatakan bahwa burung adalah keturunan reptil. Padahal, model evolusi yang berkembang tidak mampu menjelaskan satu pun dari gerak tubuh burung, yang memiliki bentuk sangat berbeda dengan hewan menyusui. Pertama, bagian tubuh utama dari burung, yakni sayap, merupakan rintangan besar untuk menjelaskan teori evolusi. Salah satu evolusionis Turki, Engin Korur, membuat pengakuan berikut ketika menyebutkan mustahilnya evolusi sayap:

Sifat umum mata dan sayap burung adalah bahwa keduanya hanya dapat bekerja jika sudah tumbuh sempurna. Dengan kata lain, mata yang baru mengalami separuh perkembangan tidak akan mampu melihat, dan seekor burung dengan sayap setengah terbentuk tidak akan mampu terbang. Bagaimana alat-alat tubuh tersebut menjadi seperti saat ini adalah salah satu misteri yang masih sedang terus diteliti.13

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (Surat al Mulk: 19)

Pertanyaan tentang bagaimana bentuk sayap yang sempurna mungkin telah terbentuk melalui serangkaian mutasi acak bertahap, tetap sepenuhnya tak terjawab. Proses agar kaki depan reptil dapat beralih menjadi sebuah sayap yang sempurna juga tidak pernah terjelaskan.

Lebih dari itu, keberadaan sayap bukanlah satu-satunya prasyarat bagi makhluk darat untuk berubah menjadi burung. Hewan menyusui sama sekali tidak memiliki sejumlah hal yang digunakan burung untuk terbang. Sebagai contoh, tulang-tulang burung jauh lebih ringan daripada tulang hewan menyusui. Paru-paru mereka memiliki bentuk dan kegunaan yang berbeda, begitu pula bentuk rangka dan ototnya. Sistem peredaran mereka lebih khusus dibandingkan dengan yang dimiliki hewan menyusui. Seluruh hal ini tidak mungkin muncul sepanjang waktu melalui “proses sebab-akibat dari kejadian-kejadian sebelumnya.” Pernyataan tentang peralihan hewan menyusui menjadi burung oleh karenanya hanyalah omong kosong.

Bentuk Bulu pada Burung

Teori evolusi, yang menyatakan bahwa burung adalah keturunan dari reptil, tidak mampu menjelaskan perbedaan yang begitu besar antara kedua kelas makhluk ini. Burung memperlihatkan ciri yang berbeda dengan reptil dalam hal memiliki bentuk kerangka yang berongga, tulang yang bobotnya sangat ringan, serta sistem pernapasan tersendiri dan sifatnya sebagai makhluk berdarah dingin. Struktur lain yang berbeda pada burung, yang menciptakan jurang pemisah tak teratasi antara burung dan reptil, adalah bulunya.

Bulu adalah yang terpenting dari segi keindahan yang menarik dari seekor burung. Ungkapan “ringan seperti bulu” menggambarkan kesempurnaan bentuk yang canggih dari sehelai bulu.

Bulu terbuat dari semacam zat protein yang disebut keratin. Keratin merupakan bahan yang keras dan berdaya tahan yang terbentuk dari sel-sel tua yang berpindah dari sumber-sumber zat gizi dan oksigen pada lapisan kulit yang lebih dalam dan mati untuk memberi jalan bagi sel-sel baru.

Rancangan pada bulu burung begitu rumit sehingga proses evolusi benar-benar tak mampu menerangkannya. Ilmuwan Alan Feduccia mengatakan bahwa bulu “memiliki kerumitan bentuk yang ajaib” yang “memungkinkan perbaikan aerodininamik secara mekanik” yang tak pernah dapat dicapai melalui cara lain manapun.14 Meskipun ia adalah seorang evolusionis, Feduccia juga mengakui bahwa “bulu merupakan penyesuaian yang hampir sempurna untuk terbang” karena bulu itu ringan, kuat, berbentuk pola yang memperlancar aliran udara, dan memiliki bentuk kawat berduri dan pengait yang sangat rumit.15

Rancangan bulu juga memaksa Charles Darwin untuk merenungkannya. Bahkan, keindahan sempurna bulu merak telah membuatnya “sakit” (menurut istilahnya sendiri). Dalam sebuah surat yang dia tulis untuk Asa Gray pada 3 April 1860, dia berkata, “Saya ingat benar ketika renungan tentang mata membuat saya jadi demam, tetapi saya telah pulih dari tahap yang menyusahkan ini…” Kemudian lanjutnya:

… dan sekarang bagian dari bentuk yang sepele sering membuatku sangat tidak nyaman. Pengamatan terhadap ekor merak, setiap kali memandanginya, membuatku sakit!16

Duri Kecil dan Pengait

Kita menemukan rancangan yang luar biasa jika bulu burung diamati di bawah mikroskop. Sebagaimana kita semua ketahui, terdapat ruas yang terbentang di bagian tengah bulu. Ratusan duri kecil tumbuh di tiap sisi ruas tersebut. Duri-duri dengan berbagai kelembutan dan ukuran memberikan bentuk aerodinamik pada burung. Terlebih lagi, setiap duri memiliki ribuan helaian yang lebih kecil yang menempel padanya dan disebut barbula (kawat-kawat halus), yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Barbula ini terkunci bersama dengan alat seperti pengait (hamuli). Barbula tersebut terikat satu dengan lainnya seperti risleting dengan bantuan pengait-pengait ini. Sebagai contoh, satu helai bulu bangau memiliki sekitar 650 duri pada tiap sisi ruas bagian tengah. Sekitar 600 barbula bercabang di tiap duri. Setiap barbula terikat menjadi satu dengan 390 pengait. Pengait saling mengunci seperti gigi-gigi di kedua sisi risleting. Barbula-barbula ini saling mengunci begitu erat sehingga bahkan tiupan asap pada bulu tersebut tidak akan dapat menembusnya. Jika pengait-pengait tersebut terpisah karena suatu hal, burung dapat dengan mudah memperbaiki bulunya menjadi bentuk semula dengan mengocoknya sendiri atau dengan meluruskan bulu-bulunya dengan paruhnya.

Untuk bertahan hidup, burung harus menjaga bulunya tetap bersih, rapi, dan selalu siap untuk terbang. Mereka menggunakan kelenjar minyak yang berada di pangkal ekornya untuk perawatan bulu-bulu mereka. Mereka membersihkan dan menggosok bulunya dengan menggunakan minyak ini, yang juga memberikan kemampuan tahan air ketika mereka berenang, menyelam, atau berjalan dan terbang dalam hujan.

Seekor anak burung berumur 2-3 jam pada umumnya sudah mempunyai bulu untuk menghangatkan diri.

Di samping itu, pada cuaca dingin bulu-bulu tersebut mencegah suhu tubuh burung merosot. Bulu-bulu tersebut dirapatkan erat ke tubuh dalam cuaca panas agar tetap dingin.17

Macam-macam Bulu

Bulu memiliki kegunaan berbeda tergantung pada tempatnya di tubuh. Bulu di badan seekor burung memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan yang ada di sayap atau ekor. Bulu-bulu ekor yang penuh ditumbuhi bulu berguna untuk mengendalikan dan mengerem. Di lain pihak, bulu sayap memiliki bentuk berbeda yang memungkinkan daerah permukaannya mengembang ketika mengepak untuk memperbesar gaya angkat. Ketika sayap mengepak ke bawah, bulu-bulu makin merapat, yang mencegah aliran udara lewat. Ketika sayap berada dalam gerakan ke atas, bulu-bulunya terbuka, memberi jalan pada aliran udara.18 Burung menggugurkan bulunya selama waktu-waktu tertentu untuk menjaga kemampuan terbangnya. Bulu yang tua atau rusak akan langsung diperbarui.

SIFAT-SIFAT RANCANGAN SANG MESIN TERBANG

Penelitian lebih dekat terhadap burung mengungkapkan bahwa mereka dirancang khusus untuk terbang. Tubuhnya telah diciptakan dengan kantung udara dan tulang berongga untuk mengurangi massa tubuh dan berat keseluruhan. Sifat cairan kotoran mereka memastikan agar kelebihan air dalam tubuhnya dibuang. Bulu-bulu mereka berbobot sangat ringan bila dibandingkan dengan volumenya.

Gerakan bersambung ini menggambarkan berbagai tahapan dalam cara terbang burung gereja: lepas landas, penerbangan singkat dan mendarat.

Bulu-bulu pada kepala, tubuh dan sayap melindungi burung dari kelembaban dan dingin. Bulu-bulu juga membantu burung membubung di udara. Bulu-bulu pada bagian sisi menutup kulit yang lunak sekaligus membantu mengatur suhu tubuh.

Sayap elang malam berkaki dan berparuh pendek (keluarga Caprimulgidae)

Garis kuning menggambarkan lengkungan sayap.

Bulu burung elang.

Mari kita telaah bentuk-bentuk khusus pada burung ini satu demi satu:

1- Kerangka

Kekuatan kerangka seekor burung lebih dari layak, meskipun tulangnya memiliki rongga. Sebagai contoh, seekor burung kutilang berparuh besar dan berleher pendek (Coccothraustes coccothraustes) sepanjang 7 inci (18 cm) melakukan tekanan sekitar 151 lbs (68,5 kg) untuk memecahkan suatu biji zaitun. Karena lebih “teratur” dibandingkan hewan menyusui, tulang bahu, panggul, dan dada pada burung bergabung bersama. Rancangan ini memperbaiki kekuatan bentuk burung. Sifat lain dari kerangka burung, sebagaimana telah disebutkan, adalah lebih ringan daripada rangka hewan menyusui. Sebagai contoh, kerangka seekor merpati beratnya hanya 4,4% dari keseluruhan berat tubuhnya. Tulang burung friget hanya seberat 118 gr, yang lebih ringan dibandingkan berat keseluruhan bulunya.

2- Sistem Pernapasan

PARU-PARU KHUSUS PADA BURUNG

Burung mempunyai bentuk tubuh yang jauh berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai nenek moyangnya, reptil. Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan hewan menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara melalui batang tenggorokan yang sama. Namun pada burung, udara masuk dan keluar melalui ujung yang berlawanan. “Rancangan” khusus semacam ini diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi bentuk seperti ini dari reptil tidaklah mungkin.

Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda.

Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran, dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.

Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus Darwinisme yang terkenal menjelaskan paru-paru unggas sebagai berikut:

Dalam hal burung, bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru…. Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk khususnya pada semua burung…19

Dalam bukunya A Theory in Crisis, Michael Denton juga menunjukkan mustahilnya pembentukan sistem sempurna seperti itu melalui evolusi bertahap:

Bagaimana mungkin sistem pernapasan yang sangat berbeda bisa berevolusi secara bertahap dari suatu rancangan baku hewan bertulang belakang, khususnya jika mengingat bahwa keberlangsungan fungsi pernapasan begitu menentukan bagi kehidupan suatu makhluk hidup, sedemikian sehingga kegagalan fungsi yang terkecil pun akan mengakibatkan kematian dalam sekejap. Seperti halnya ketika bulu tidak berfungsi sebagai alat terbang hingga pengait dan barbula dapat saling bersesuaian agar cocok sekaligus secara sempurna, demikian pula paru-paru unggas tidak akan berfungsi sebagai alat pernapasan hingga sistem parabronkhus yang tersebar di dalamnya serta sistem kantung udara yang menjamin pasokan udara untuk parabronkhus, keduanya telah berkembang dengan sempurna dan mampu bekerja bersama dengan cara yang menyatu sempurna pula.20

Pendeknya, peralihan dari paru-paru hewan menyusui ke paru-paru unggas adalah mustahil karena ternyata paru-paru yang akan menjalani tahap perkembangan peralihan tidak akan mempunyai manfaat apa pun. Tidak ada makhluk tanpa paru-paru dapat hidup meski hanya beberapa saat. Karena itulah, makhluk hidup tidak akan mampu menunggu jutaan tahun untuk mutasi acak demi menyelamatkan hidupnya.

Bentuk berbeda dari paru-paru unggas menunjukkan adanya rancangan yang sempurna yang memasok sejumlah besar oksigen yang dibutuhkan untuk terbang. Hanya perlu sedikit kesadaran untuk melihat bahwa susunan tubuh burung yang tak ada bandingannya ini bukanlah suatu hasil sekonyong-konyong dari mutasi tak sadar. Jelaslah bahwa paru-paru burung merupakan satu dari bukti-bukti yang tak terbatas bahwa semua makhluk telah diciptakan oleh Allah.

3-Sistem Keseimbangan

Allah telah menciptakan burung tanpa cela sebagaimana Dia lakukan pada ciptaan-Nya yang lain. Kenyataan ini terwujud dalam setiap perincian. Badan burung telah diciptakan dengan suatu rancangan khusus yang menghilangkan segala ketidakseimbangan yang mungkin terjadi selama penerbangan. Kepala seekor burung sengaja diciptakan ringan sehingga hewan tersebut tidak condong ke depan ketika terbang: rata-rata, bobot kepala seekor burung adalah sekitar 1% dari berat tubuhnya.

Bentuk bulu-bulunya yang aerodinamik merupakan sifat lain dari sistem keseimbangan pada burung. Bulu, terutama yang berada pada sayap dan ekor, memberi sistem keseimbangan yang sangat tepat guna bagi burung.

Sifat ini menjamin agar seekor elang mempertahankan keseimbangan mutlak ketika menukik menuju mangsanya dalam kecepatan 240 mil per jam (384 kilometer/jam).

4-Masalah Kekuatan dan Tenaga

Setiap proses dalam bentuk rangkaian kejadian, yakni dalam biologi, kimia, maupun fisika mematuhi “Prinsip Penghematan Energi.” Singkatnya, kita bisa menyimpulkannya “diperlukan sejumlah energi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.”

Contoh penting tentang pengehematan energi ini bisa diamati dalam terbangnya burung. Burung yang berpindah-pindah harus menyimpan energi yang cukup untuk membawanya melalui perjalanannya. Di sisi lain, kebutuhan lain selama penerbangan adalah berbobot seringan mungkin. Apa pun hasilnya, kelebihan beban harus dihindari. Sementara itu, bahan bakar juga harus sehemat mungkin. Dengan kata lain, jika berat bahan bakar harus sekecil mungkin, hasil tenaga darinya justru harus sebesar mungkin. Semua permasalahan ini telah teratasi pada burung.

Langkah pertama adalah menentukan kecepatan terbang yang optimal. Agar seekor burung ingin terbang sangat lambat, maka sejumlah besar energi harus dikeluarkan agar tetap berada di udara. Agar seekor burung bisa terbang sangat cepat, maka bahan bakar akan digunakan untuk mengatasi halangan udara. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kecepatan terbaik harus dipertahankan untuk menggunakan jumlah bahan bakar sekecil mungkin. Tergantung pada bentuk rangka dan sayap yang polanya memperlancar aliran udara, kecepatan terbaik tersebut berbeda pada setiap jenis burung.

Mari kita telaah masalah ini pada burung plover emas Pasifik (sejenis belibis (Pluvialis dominica fulva): burung ini berpindah dari Alaska ke Hawaii untuk menghabiskan musim dinginnya di sana. Tidak ada pulau dalam perjalanannya. Oleh karena itu, mustahil beristirahat. Penerbangannya adalah sejauh 2500 mil (4000 km) dari awal hingga akhir dan ini secara kasarnya berarti 250.000 kepakan sayap tanpa henti. Perjalanan ini menghabiskan lebih dari 88 jam.

Berat burung adalah 7 ons (200g) di awal perjalanan, 2,5 ons (70 gr) dari berat tersebut merupakan lemak yang akan digunakan sebagai bahan bakar. Akan tetapi, setelah memperhitungkan jumlah energi yang dibutuhkan burung untuk terbang selama 1 jam, diketahui bahwa burung membutuhkan 3 ons (82 gr) bahan bakar untuk penerbangan ini. Berarti terdapat kekurangan 0,4 ons (12 gr) bahan bakar, dan burung akan kehabisan energi ratusan mil sebelum mencapai Hawaii.

Meskipun demikian, burung plover emas ini tidak gagal mencapai Hawaii setiap tahunnya. Ada rahasia apa pada makhluk ini?

Pencipta burung ini, Allah, mengilhami mereka dengan cara untuk dapat terbang secara mudah dan efisien. Burung ini tidak terbang secara sendiri-sendiri, melainkan dalam kelompok. Mereka mengikuti aturan tertentu dan membuat bentuk barisan “V” di udara. Bentuk barisan ini mengurangi hambatan udara yang mereka hadapi. Bentuk terbang ini begitu efisien sehingga mereka menghemat sekitar 23% dari energi mereka. Itulah mengapa mereka masih memiliki lemak seberat 0.2 ons (6-7 kg) ketika mendarat. Kelebihan lemak tersebut bukan karena adanya salah perhitungan, melainkan merupakan suatu bantalan yang akan digunakan jika menghadapi aliran udara yang berlawanan.21

Keadaan yang luar bisa ini menimbulkan pertanyaan berikut ini dalam pikiran kita:

Bagaimana sang burung mengetahui banyaknya lemak yang dibutuhkannya?

Bagaimana sang burung mengatur untuk mendapatkan jumlah lemak tersebut sebelum terbang?

Bagaimana ia dapat menghitung jarak dan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan?

Bagaimana caranya ia mengetahui bahwa suasana Hawaii lebih baik daripada Alaska?

Mustahil bagi burung untuk mencapai tingkat pengetahuan tersebut, untuk kemudian melakukan perhitungan-perhitungan ini, atau untuk membuat kelompok penerbangan berdasarkan perhitungan tersebut. Hal ini merupakan petunjuk bahwa burung tersebut “diilhami”dan diarahkan oleh suatu kekuasaan yang maha besar. Demikianlah Al Qur’an menarik perhatian kita pada “burung yang berbaris ketika terbang” dan memberi tahu kita tentang kesadaran yang diilhamkan dalam diri makhluk ini oleh Allah:

Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Surat An-Nur: 41)

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (Surat Al-Mulk: 19)
5-Sistem Pencernaan

Burung lebih senang bepergian dalam kelompok untuk perjalanan jauh. Bentuk barisan “V” dari kelompok ini memungkinkan setiap burung menghemat tenaga sekitar 23%.
Terbang merupakan memerlukan sejumlah besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki perbandingan jaringan otot terhadap massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk. Metabolisme tubuhnya juga sesuai dengan kekuatan otot yang tinggi. Rata-rata, metabolisme tubuh suatu makhluk berlipat dua kali sewaktu suhu tubuh meningkat sebesar 50°F (10°C). Suhu tubuh burung gereja yang sebesar 108°F (42°C) serta suhu tubuh burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4°F (43,5°C) menunjukkan betapa cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh yang tinggi seperti itu, yang dapat membunuh makhluk darat, justru sangat penting bagi burung untuk bertahan hidup dengan meningkatkan penggunaan energi, dan, karena itu pula, kekuatannya.

Karena kebutuhan mereka akan banyak energi, burung juga mempunyai tubuh yang mencerna makanan yang mereka makan dalam cara yang optimal. Sistem pencernaan burung memungkinkan mereka memanfaatkan dengan cara terbaik makanan yang mereka makan. Misalnya, seekor bayi bangau menggunakan 2,2 lbs (1 kg) dari massa tubuhnya untuk setiap 6,6 lbs (3 kg) makanan. Pada hewan menyusui dengan pilihan makanan yang serupa, perbandingan ini adalah sekitar 2,2 lbs (1 kg) hingga 22 lbs (10 kg). Sistem peredaran burung juga telah diciptakan selaras dengan kebutuhan energi tinggi mereka. Jika jantung manusia berdetak 78 kali per menit, jumlah detakan adalah 460 untuk burung gereja dan 615 untuk burung murai. Begitu pula, peredaran darah pada burung pun sangat cepat. Oksigen yang memasok seluruh sistem yang bekerja cepat ini disediakan oleh paru-paru unggas khusus.

Burung juga menggunakan energinya dengan sangat efisien. Mereka memperlihatkan efisiensi yang tinggi secara meyakinkan dalam pemanfaatan energi dibandingkan hewan menyusui. Contohnya, burung layang-layang yang berpindah tempat membakar 4 kilokalori per mil (2,5 kilokalori per kilometer), sedangkan hewan menyusui kecil akan membakar 41 kilokalori.

Burung layang-layang
Mutasi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara burung dengan hewan menyusui. Meskipun kita menganggap salah satu sifat ini terjadi melalui mutasi acak, dan ini justru sudah mustahil, satu sifat tunggal berdiri sendiri tidak akan berarti apa-apa. Pembentukan metabolisme tubuh yang menghasilkan energi tinggi tidak punya makna tanpa paru-paru unggas yang khusus. Bahkan, hal ini akan menyebabkan hewan kesulitan bernafas karena oksigen yang masuk tidak mencukupi. Jika sistem pernapasan akan bermutasi sebelum sistem lain, maka makhluk ini akan menghirup lebih banyak oksigen daripada yang diperlukannya, dan akan dirugikan dengan cara yang sama. Kemustahilan lain terkait dengan bentuk rangka: meskipun seekor burung sudah mempunyai paru-paru unggas dan sudah ada penyesuaian mekanisme tubuh, ia masih belum akan mampu terbang. Tak peduli betapa kuatnya, tidak ada makhluk darat yang bisa lepas landas dari tanah karena bentuk rangka yang berat dan relatif terkotak-kotak. Pembentukan sayap juga memerlukan “rancangan” yang tersendiri dan sempurna.

Semua kenyataan ini membawa kita kepada satu kesimpulan: teramat mustahil untuk menjelaskan asal burung melalui perkembangan secara kebetulan atau teori evolusi. Ribuan jenis burung berbeda telah diciptakan dengan seluruh sifat jasmani mereka saat ini dalam “sekejap.” Dengan kata lain, Allah-lah yang telah menciptakan mereka satu demi satu.

CARA TERBANG YANG SEMPURNA

Dari burung elang laut hingga burung nazar, semua burung telah diciptakan dilengkapi dengan cara terbang yang memanfaatkan angin.

Karena terbang membutuhkan energi yang besar, burung telah diciptakan dengan otot dada yang kuat, jantung yang besar dan kerangka yang ringan. Bukti kehebatan penciptaan pada burung tidak berhenti pada tubuhnya saja. Banyak burung yang diilhami untuk menggunakan cara tertentu yang menurunkan energi yang diperlukan.

Burung alap-alap dalah burung liar yang terkenal di Eropa, Asia dan Afrika. Ia memiliki suatu kemampuan khusus: ia bisa menjaga posisi kepalanya dalam kedudukan diam sempurna di udara dengan menghadapi angin. Meskipun tubuhnya mungkin bergoyang dalam angin, kepalanya tetap saja tidak bergerak sedikit pun, yang meningkatkan keunggulan penglihatannya meskipun dipengaruhi semua gerakan. Giroskop, yang digunakan untuk menjaga kemantapan letak persenjataan pada kapal perang di lautan, bekerja dengan cara yang mirip. Itulah mengapa para ilmuwan biasanya menjuluki kepala burung tersebut “kepala yang distabilkan oleh giroskop.”22

Teknik Pengaturan Waktu

Burung mengatur jadwal perburuannya untuk efisiensi optimal. Burung alap-alap suka memangsa tikus. Tikus biasanya berada di bawah dan permukaan tanah setiap 2 jam untuk makan. Waktu makan burung alap-alap bersamaan dengan tikus. Mereka berburu di siang hari namun baru memakan buruannya di malam hari. Oleh karena itu, di siang hari, burung alap-alap terbang dengan perut yang kosong dan berat tubuh yang ringan. Cara ini menghemat tenaga yang dibutuhkan. Setelah dihitung, burung ini menghemat 7% tenaga dengan cara ini.23

Membubung dalam Angin

Burung makin mengurangi energi yang digunakannya dengan memanfaatkan angin. Mereka membubung dengan meningkatkan aliran udara pada sayap-sayap mereka dan mereka bisa tetap “tertahan” dalam aliran udara yang cukup kuat. Udara yang berhembus ke atas merupakan nilai tambah bagi mereka.

Memanfaatkan aliran udara untuk menghemat energi terbang disebut “membubung.” Burung alap-alap adalah salah satu burung dengan kemampuan ini. Kemampuan membubung merupakan suatu bukti kehebatan burung di udara.

Membubung memiliki dua keuntungan utama. Pertama, membubung menghemat energi yang dibutuhkan di udara ketika mencari makanan atau ketika mempertahankan tempat buruan. Kedua, membubung memungkinkan burung untuk secara meyakinkan meningkatkan jarak tempuh penerbangannya. Seekor burung camar dapat menghemat hingga 70% tenaganya ketika membubung.24

Tenaga dari Aliran Udara

Burung memanfaatkan aliran udara dengan cara-cara berbeda: Seekor alap-alap meluncur menuruni sisi bukit atau seekor camar laut menukik sepanjang karang di pesisir memanfaatkan arus udara, dan ini disebut “membubung di kecuraman.”

Ketika angin yang kuat melewati puncak bukit, angin itu membentuk gelombang udara yang tak bergerak. Burung-burung pun bisa membubung di atas gelombang ini. Burung gannet (marga Morus) dan banyak burung laut lainnya menggunakan udara tak bergerak ini yang tercipta melalui pulau-pulau. Kadang-kadang mereka menggunakan aliran yang ditimbulkan oleh halangan yang lebih kecil seperti kapal-kapal, yang di atasnya burung-burung camar membubung tinggi.

Gelombang udara umumnya menghasilkan arus yang memiliki daya angkat untuk burung.

Gelombang udara merupakan pertemuan antara massa udara yang berbeda suhu atau kepadatan. Membubungnya burung di tempat pertemuan ini disebut “meluncur dalam hembusan.” Gelombang udara ini, yang terbentuk khususnya di pesisir oleh arus udara yang datang dari laut, telah ditemukan dengan menggunakan radar, melalui pengamatan atas burung laut dalam kelompok yang meluncur di dalamnya. Dua jenis cara membubung lain yang diketahui adalah membubung dengan pengaruh panas (thermal soaring) dan membubung terus bergerak (dynamic soaring).

Thermal soaring merupakan suatu gejala yang diamati khususnya pada daerah pedalaman hangat di bumi. Begitu matahari menghangatkan daratan, daratan pun segera menghangatkan udara di atasnya. Begitu udara makin menghangat, udara pun makin ringan dan mulai naik. Kejadian ini dapat juga diamati pada badai debu atau jenis badai angin lainnya.

Cara Membubung Burung Nazar

Burung nazar menggunakan cara khusus untuk memindai bumi di bawahnya dari ketinggian yang tepat yang menyusuri gumpalan udara hangat yang meningkat, yang disebut arus panas (thermal). Mereka dapat terus-menerus memanfaatkan arus panas yang berbeda-beda untuk terus membubung di atas wilayah yang sangat luas dalam waktu yang sangat lama.

Di kala fajar, gelombang udara mulai naik. Pertama-tama, burung nazar yang lebih kecil lepas landas, menyusuri aliran udara yang lebih lemah. Ketika aliran udara menguat, burung yang lebih besar pun lepas landas. Burung hampir mengambang di atas aliran yang naik ini. Udara naik yang tercepat terletak di tengah-tengah arus tersebut. Mereka terbang dalam lingkaran rapat untuk menyeimbangkan gerak ke atas dengan gaya tarik bumi. Ketika mereka ingin naik, mereka merapat ke pusat aliran tersebut.

Burung pemburu lainnya juga memanfaatkan arus panas ini. Burung bangau memanfaatkan arus udara hangat, terutama ketika berpindah tempat. Bangau putih tinggal di Eropa tengah dan berpindah ke Afrika selama musim dingin dengan mengarungi perjalanan sekitar 4350 mil (7000 km). Jika mereka ingin terbang sendiri-sendiri dengan mengepakkan sayapnya, mereka akan butuh istirahat paling tidak empat kali. Namun, bangau putih mampu menuntaskan penerbangannya dalam tiga minggu dengan memanfaatkan arus udara hangat hingga 6-7 jam per hari, yang dialihkan menjadi penghematan energi yang besar.

[kiri atas] Burung peluncur kekurangan minyak yang melindungi bulunya dari air. Oleh sebab itu, ia tidak menyelam untuk mendapatkan mangsanya. Paruh rendahnya lebih panjang dan peka untuk menyentuh. Sayapnya berbentuk sedemikian sehingga ia bisa terbang sangat dekat dengan permukaan air dalam waktu yang lama tanpa mengepakkan sayapnya. Ia memasukkan paruhnya yang rendah ke dalam air dan terbang sambil menggunakan cara ini. Ia menangkap mangsa apa pun yang dihantam paruh rendahnya.

[kiri bawah] Angsa liar terbang naik hingga 5 mil (8 kilometer). Namun, sekitar 3,1 mil (5 kilometer), tingkat kerapatan atmosfer 65% lebih rendah dibandingkan di atas permukaan laut. Seekor burung yang terbang pada ketinggian ini harus mengepakkan sayapnya lebih cepat lagi, yang akan memerlukan jauh lebih banyak oksigen. Sebaliknya bagi hewan menyusui, paru-paru makhluk ini telah diciptakan untuk digunakan paling baik pada pasokan oksigen yang tipis di ketinggian ini.

Mata seekor burung hantu yang terletak di bagian depan kepalanya. Rancangan ini memberi burung pandangan “menyatu” yang hebat. Namun, ini juga menimbulkan wilayah tak terlihat yang luas. Akan tetapi, wilayah tak terlihat ini tidak merugikan bagi burung ini karena ia dapat memutar kepalanya 270 derajat dan melihat ke belakang dengan mudah.

Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (Surat Saba’: 1-2)

Seekor burung hantu malam, dengan rentang sayap 21,7 inci (55 sentimeter), merupakan sosok pemburu malam yang sempurna. Mata besarnya terletak di depan kepalanya. Tempat ini sangat menguntungkan untuk menemukan mangsanya. Ciri lain matanya adalah kemampuan melihat di malam hari.

Manusia membuat lompatan mengagumkan dalam teknologi di abad ke-20. Salah satu bentuk kemajuan ini adalah penelitian ilmuwan tentang rancangan yang ditemukan dalam tubuh burung. Dalam rancangan pesawat, banyak prinsip gerak aliran udara yang ditemukan pada burung diterapkan, dan menghasilkan wujud yang amat memuaskan. Ini karena penciptaan burung adalah sempurna, sebagaimana kesempurnaan yang terlihat nyata dalam ciptaan lainnya.

Karena perairan menghangat lebih lambat daripada daratan, arus udara hangat tidak terbentuk di atas lautan, itulah mengapa burung-burung yang berpindah dengan menempuh jarak yang jauh tidak memilih jalur di atas air. Bangau dan burung liar lainnya yang berpindah dari Eropa ke Afrika memilih melalui dataran Balkan dan Bosforus, atau melalui Semenanjung Iberia di atas Gibraltar.

Elang laut, gannet, camar dan burung laut lainnya, di pihak lain, menggunakan arus udara yang dihasilkan oleh gelombang tinggi. Burung-burung tersebut mengambil keuntungan dari gerak naik udara yang diarahkan ke atas ujung-ujung gelombang. Ketika membubung di atas aliran udara ini, elang laut sering berputar dan mengarah menuju angin dan dengan cepat naik lebih tinggi. Setelah naik 30-45 kaki (10-15 meter) ke dalam udara, ia mengubah arah kembali dan melanjutkan membubung. Burung ini memperoleh energi dari perubahan arah angin. Aliran udara kehilangan kecepatan ketika menyentuh permukaan laut. Itulah mengapa elang laut menemukan arus yang lebih kuat di ketinggian yang lebih tinggi. Setelah mencapai kecepatan yang tepat, ia kembali meluncur mendekati permukaan laut. Banyak burung lainnya seperti burung penyisir laut (dari marga Puffinus) menggunakan teknik serupa ketika membubung di atas laut.

RANCANGAN PADA TELUR BURUNG

Penciptaan burung yang menakjubkan tidak berakhir pada sayap, bulu, atau keahlian menjelajahnya. Sifat rancangan yang luar biasa lainnya pada makhluk ini ada pada telurnya.

Meski biasa kelihatannya bagi kita, telur ayam memiliki sekitar lima belas ribu pori-pori yang menyerupai lubang-lubang kecil pada bola golf. Bentuk berpori-pori pada telur yang lebih kecil ini hanya bisa diamati di bawah mikroskop. Struktur berpori ini memberi telur kelenturan tambahan dan meningkatan ketahanannya terhadap benturan.

Telur merupakan pembungkus ajaib. Ia memasok semua zat gizi dan air yang dibutuhkan janin yang tumbuh di dalamnya. Kuning telur menyimpan protein, lemak, vitamin dan mineral, sedangkan putih telur berguna sebagai penyimpan cairan.

Anak ayam yang tengah tumbuh perlu menghirup oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Ia juga membutuhkan sumber panas, kalsium untuk perkembangan tulangnya, perlindungan cairannya, perlindungan terhadap bakteri dan guncangan pada tubuhnya. Cangkang telur menyediakan semuanya untuk anak ayam, yang bernapas melalui kantung selaput yang tumbuh pada sang janin. Pembuluh darah dalam kantung ini membawa oksigen untuk janin ayam dan mengeluarkan karbon dioksida.

Cangkang telur itu ajaibnya, begitu tipis dan kuat, dan dapat menghantarkan panas induk yang mengeraminya.

Kehilangan yang Diperlukan

Selama pengeraman, telur kehilangan 16% dari kandungan airnya dalam bentuk uap air. Para ilmuwan cukup lama meyakini bahwa hal ini merugikan dan disebabkan oleh bentuk berpori cangkang telur. Padahal, penelitian mutakhir memperlihatkan bahwa kehilangan ini diperlukan bagi anak ayam untuk dapat menetas dari telur. Anak ayam membutuhkan oksigen dan ruang untuk memungkinkannya menggerakkan kepalanya cukup untuk memecahkan cangkang ketika menetas. Penguapan cairan menghasilkan ruang dan oksigen yang dibutuhkannya.

Anak ayam mempunyai ‘gigi telur’ khusus yang mereka gunakan hanya untuk memecah telur. Gigi ini terbentuk segera sebelum menetas dan, ajaibnya, menghilang setelah menetas.
Cangkang telur cukup kuat untuk melindungi janin selama 20 hari pengeraman. Namun cangkang ini juga dapat dengan mudah dipecahkan sehingga anak ayam dapat keluar.

Selanjutnya, perbandingan pengurangan cairan disesuaikan beragam antara 15 sampai 20% untuk keadaan terbaik yang tergantung pada jenis cangkang telur. Misalnya, kekurangan cairan pada telur sejenis burung camar dari marga Gavia beberapa kali lebih tinggi dibanding lainnya yang dierami pada keadaan yang lebih kering.

Rancangan Telur untuk Daya Tahan

Daya tahan cangkang telur sama pentingnya dengan pemanfaatan udara, air dan panas. Ia harus mampu menahan guncangan luar serta berat badan induk yang mengeraminya.

Telur berbagai burung diciptakan dengan warna penyamar. Telur burung loon menyerupai bentuk buah pir, yang merupakan bentuk yang sempurna menyerupai batu tajam. Ketika telur itu terbentur, telur tidak jatuh dengan mudah melainkan menggelinding dan berputar melingkar.

Penelitian lebih dekat mengungkap bahwa telur dirancang dengan daya tahan yang memadai. Allah menciptakan telur yang lebih kecil atau lebih besar berbeda-beda satu sama lain. Telur burung yang lebih besar biasanya lebih keras dan kurang lentur sedangkan telur burung yang lebih kecil lebih lunak namun lebih lentur.

Telur ayam kaku dan kokoh, namun tidak pecah ketika jatuh satu atas lainnya. Cangkang yang kokoh sekaligus melindunginya dari serangan. Jika telur yang lebih kecil sekokoh dan sekasar telur ayam, telur itu akan pecah lebih mudah. Penelitian menunjukkan bahwa telur yang lebih kecil tidak kaku, namun kuat dan lentur sehingga melindunginya dari pecah akibat benturan.

Kelenturan bentuk telur tidak hanya berperan melindungi anak ayam namun juga menentukan cara anak ayam menetas darinya. Seekor anak ayam yang akan keluar dari cangkang yang kaku dan kokoh hanya perlu membuka sepasang lubang di ujung telur yang tumpul sebelum mendorong kepala dan kakinya keluar. Anak ayam melihat dunia dengan mengangkat tutup ujung yang berbentuk topi yang terbentuk oleh pecahan yang menghubungkan lubang-lubang ini.

Mei 17, 2009 at 5:39 pm

Rayap merupakan makhluk kecil menyerupai semut yang hidup dalam kelompok (koloni) yang ramai. Mereka membangun sarang menakjubkan yang menjulang tinggi di atas permukaan tanah, sehingga merupakan sebuah keajaiban tersendiri dalam gaya bangunannya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah para pembuat bangunan tinggi megah itu adalah rayap pekerja, yang benar-benar buta.

Bentuk bangunan sarang rayap menunjukkan sistem yang rumitnya luar biasa. Ada satuan-satuan prajurit khusus dalam kelompok rayap yang bertanggung jawab dalam hal pertahanan. Rayap prajurit juga dilengkapi dengan persenjataan berat yang mengagumkan. Jika beberapa rayap bertugas sebagai prajurit perang, yang lain menjadi rayap patroli, sedang lainnya lagi menjadi “pasukan khusus berani mati”. Dari penjagaan ratu yang mengerami telur hingga pembangunan terowongan dan dinding-dinding atau memanen jamur yang mereka semaikan, setiap tugas di dalam sarang rayap tergantung pada ketangguhan prajurit dalam bertahan.

Kelangsungan hidup kelompok tergantung pada keberadaan raja dan ratu rayap yang melakukan tugas perkembangbiakan. Ratu rayap membesar sejak pembuahan pertama. Panjangnya dapat mencapai 3,5 inci (9 sentimeter), dan terlihat layaknya sebuah mesin perkembangbiakan. Ia tidak dapat bergerak dengan mudah. Karena ia tidak dapat melakukan apa pun kecuali bertelur, ada petugas khusus yang hanya bertugas merawatnya dengan memberi makan dan membersihkannya. Ia bertelur sebanyak tiga puluh ribu telur per hari, yang berarti hampir sepuluh juta telur sepanjang hidupnya.

Karena mandul, rayap pekerja bertugas mengurus rumah tangga kelompok. Jangka waktu kehidupannya mulai dari dua hingga empat tahun. Kelompok tertentu membangun dan menjaga sarang rayap. Sisanya mengawasi telur, rayap yang baru menetas, dan sang ratu.

Seluruh anggota kelompok tinggal bersama dalam masyarakat yang teratur. Anggota masyarakat ini berkomunikasi melalui indera seperti penciuman dan perasa, tempat sinyal kimiawi saling bertukar. Makhluk yang tuli, bisu dan buta ini bekerja dan saling bekerja sama dalam melakukan tugas-tugas yang rumit seperti membangun sarang, berburu, menguntit buruan, memberi peringatan, dan manuver pertahanan, dengan menggunakan sinyal-sinyal kimiawi.

Musuh terbesar rayap adalah kelompok semut dan hewan pemakan semut. Ketika suatu kelompok rayap mendapat serangan dari pemangsa itu, suatu senjata bunuh diri khusus dilancarkan. Rayap-rayap Afrika adalah prajurit tangguh yang dilengkapi dengan gigi setajam silet. Mereka menyayat tubuh penyerang hingga terpotong-potong.

Satu-satunya penghubung antara sarang rayap dengan dunia luar adalah lorong-lorong seukuran tubuh seekor rayap. Untuk melalui lorong ini setiap rayap di terowongan ini memerlukan “izin.” Rayap prajurit “penjaga” yang berada di pintu dapat dengan mudah mengenali jika penyusup ternyata adalah anggota kelompok dari penciuman mereka. Kepala seekor rayap juga bisa berguna sebagai penyumbat terowongan ini, yang ukurannya tepat sama. Jika ada serangan, rayap benar-benar menggunakan kepalanya untuk menutup lubang dengan masuk dari belakang dan terjebak di pintu-pintu masuk.

Pengorbanan Diri Rayap

Rayap melancarkan peperangan yang sangat teratur melawan musuh terbesar mereka, yakni semut dan binatang pemakan semut. Mereka begitu gigih dalam bertahan sehingga bahkan rayap pekerja yang buta pun rela maju menghadapi penyerang demi membantu rayap prajurit mengatasi musuh. Di atas, gambar memperlihatkan para pekerja rela membantu rayap prajurit dengan kepalanya yang berukuran besar.
Cara lain untuk mempertahankan diri yang sering digunakan rayap adalah dengan suka rela mengorbankan kehidupan mereka untuk mengamankan koloni dan mencelakai musuh. Beberapa jenis rayap melakukan serangan bunuh diri ini dengan beragam cara, contohnya, suatu jenis tertentu yang hidup di hutan hujan di Malaysia, cukup menarik dalam hal ini. Rayap-rayap tersebut seperti “bom berjalan” karena bentuk tubuh dan perilakunya. Suatu kantung khusus di tubuhnya mengandung senyawa kimiawi yang menyebabkan musuhnya lumpuh. Jika diserang, ketika dijebak dengan kasar oleh seekor semut atau penyusup lain, rayap mengecilkan otot lambungnya dan mengeluarkan jaringan getah benting, yang menjerakan sang pemangsa dengan cairan kuning kental. Rayap pekerja di Afrika dan Amerika Selatan juga menggunakan cara yang serupa. Ini benar-benar serangan bunuh diri karena alat bagian dalam makhluk ini akan rusak parah karenanya dan makhluk ini mati segera setelahnya.

Jika terjadi serangan yang dahsyat, maka rayap pekerja akan ikut bertempur untuk membantu para prajurit.

Kerjasama dalam kelompok rayap dan pengorbanan diri seperti itu menggugurkan pernyataan paling mendasar dari Darwinisme bahwa “setiap makhluk hidup untuk kepentingan pribadinya semata.” Bahkan, contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa makhluk ini diatur dengan cara yang mengagumkan. Misalnya, mengapa seekor rayap ingin menjadi penjaga? Jika ia memiliki pilihan, mengapa ia memilih tugas yang terberat yang mengorbankan dirinya? Jika saja ternyata ia dapat memilih, ia akan memilih tugas yang termudah dan paling kecil tingkat kesulitannya. Meskipun kita menganggap bahwa ia memutuskan untuk mengorbankan dirinya demi pertahanan, mustahil

baginya mewariskan perilaku ini kepada keturunan selanjutnya melalui gen mereka. Kita mengetahui bahwa rayap pekerja mandul dan tidak mampu menghasilkan keturunan penerus apa pun.

Hanya Yang Menciptakan rayaplah yang telah merancang kehidupan koloni sesempurna itu dan telah menganugerahkan kepada kelompok rayap di dalamnya tanggung jawab yang berbeda-beda. Rayap penjaga pun dengan sungguh-sungguh menyelesaikan tugas yang telah Allah ilhamkan kepada mereka. AlQur’an menyatakan bahwa:

…Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya… (Surat Hud: 56)

Sistem Pencegah Penggumpalan

Rayap menggunakan sistem khusus yang diciptakan di dalam tubuhnya untuk melaksanakan pertahanan maupun pengorbanan diri secara alamiah. Misalnya, sejumlah rayap menyemprotkan zat kimia beracun pada luka yang ditimbulkan akibat gigitan. Ada pula yang menggunakan teknik “mengoles” yang menarik. Mereka mengoleskan racun ke tubuh musuhnya dengan menggunakan bibir atas layaknya kuas. Beberapa rayap menggunakan lem beracunnya ke arah penyerang dengan cara “menyemprot.”

Seekor rayap mempertahankan koloninya bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Dalam gambar terlihat seekor rayap menyemprotkan cairan lengket ke arah semut yang menyerang.
Pertahanan sarang rayap merupakan tanggung jawab kelompok betina dalam jenis rayap Afrika. Rayap-rayap betina ini mandul dan merupakan tentara yang berukuran kecil jika dibanding lainnya. Pengawal keluarga raja yang berukuran lebih besar, melindungi larva lalat muda serta pasangan raja dan ratu dengan mencegah adanya penyusup yang memasuki ruang utama. Prajurit yang lebih kecil membantu rayap pekerja dalam mengumpulkan makanan dan memperbaiki sarang.

Rayap pengawal keluarga raja diciptakan untuk bertempur. Mereka memiliki kepala seperti perisai serta rahang bawah yang setajam silet, yang dirancang untuk pertahanan. Sepuluh persen dari berat tubuh prajurit utama terdiri atas cairan khusus. Cairan ini tersusun atas hidrokarbon rantai terbuka (alkena dan alkana) dan tersimpan di dalam suatu kantung yang berada di bagian depan tubuhnya. Rayap penjaga keluarga raja mengeluarkan cairan kimia ini ke dalam luka yang dibuatnya pada musuhnya dengan menggunakan rahang bawah mereka.

Apakah sesungguhnya pengaruh yang diakibatkan cairan yang disemprotkan kepada musuhnya itu? Para peneliti menemukan sebuah kenyataan yang mengherankan ketika mencari jawaban pertanyaan tersebut. Cairan yang disemprotkan oleh rayap ini bertujuan mencegah penggumpalan darah pada tubuh musuhnya. Pada tubuh semut terdapat cairan yang disebut “hemolimfa” yang berperan sebagai darah. Bila terdapat luka terbuka pada tubuhnya, maka suatu zat kimia lain memulai proses pembekuan darah dan memungkinkan luka sembuh. Cairan kimia dari rayap ini menjadikan bahan kimia pembeku darah ini tidak berfungsi.

Keberadaan sistem penggumpalan di dalam tubuh serangga mungil seperti semut ini adalah bukti lain akan adanya penciptaan. A

jaibnya, rayap tidak hanya menghasilkan cairan yang dapat melumpuhkan sistem tersebut, namun juga memiliki alat tubuh yang mampu mengantarkan cairan tersebut secara efektif. Tentunya keselarasan sempurna seperti ini tidak mungkin dijelaskan dengan peristiwa “kebetulan” dengan cara apa pun juga. Rayap tentu bukanlah ahli kimia, yang memahami seluk beluk sistem penggumpalan darah pada semut atau membuat rumusan senyawa kimia untuk melumpuhkan sistem tersebut. Rancangan tak bercacat ini tidak diragukan lagi merupakan bukti nyata yang lain bahwa makhluk ini telah diciptakan oleh Allah.

Senjata Rayap

A soldier termite patrols in front of the termite nests. These termites spray a certain infectious and adhesive fluid, which is a type of chemical weapon.
Kita dapat menemukan banyak contoh serupa lain mengenai rancangan sempurna di dunia rayap. Rayap prajurit dari suatu keluarga rayap membunuh musuhnya dengan mengoleskan racun ke tubuh musuhnya. Untuk melakukannya lebih ampuh lagi, mereka dikaruniai rahang bawah yang lebih kecil serta bibir atas yang mirip kuas. Para prajurit ini juga menghasilkan sekaligus menyimpan bahan kimia anti serangga lain. Prajurit tertentu mampu menyimpan cairan pertahanan tersebut yang meliputi 35% dari berat tubuhnya, yang cukup untuk membunuh ribuan semut.

Rayap Prorhinotermes yang hidup di Florida diciptakan mempunyai teknik pengolesan racun. Mereka menggunakan bahan kimia bernama “nitroalkana” sebagai racun. Banyak rayap lain yang juga menggunakan cara ini, yang meliputi penggunaan racun, tetapi yang mengejutkan adalah bentuk kimiawi berbeda dari seluruh racun ini. Contohnya, rayap Schedorhinotermes dari Afrika menggunakan “vinil keton” sebagai racun. Rayap Guyana menggunakan “B-Ketoaldehida” sedangkan rayap Armitermes menggunakan “untaian molekul” sebagai racun dan bahan kimia yang disebut “ester” atau “laktona” sebagai senjata mereka. Seluruh racun tersebut segera bereaksi terhadap molekul makhluk hidup sehingga menyebabkan kematian.

Pada kening keluarga rayap Nasutitermitinae terdapat tonjolan menyerupai moncong pipa yang memiliki kantong khusus di dalamnya. Dalam keadaan bahaya, rayap membidikkan moncong pipa ini ke arah musuh dan menyemprotkan cairan beracun. Senjata ini bekerja layaknya sebuah meriam kimia.41
Menurut teori evolusi, kita harus menerima anggapan bahwa “rayap purba” tidak memiliki sistem yang menghasilkan senyawa kimiawi di dalam tubuhnya dan bahwa hal itu kemudian akan terbentuk dengan sendirinya melalui serangkaian peristiwa kebetulan. Padahal jelas, anggapan tersebut sangat tidak masuk akal. Agar sistem senjata beracun tersebut bekerja dengan baik, tidak hanya zat kimia itu sendiri, melainkan juga alat-alat tubuh yang menangani senyawa kimia ini perlu bekerja secara sempurna. Selain itu, alat-alat ini harus terpisah dengan cukup baik sehingga tidak ada racun yang tersemprot di dalam tubuhnya sendiri. Kantung penyemprot juga harus terbentuk dengan baik dan dipisahkan pula. Pipa penyemprot selanjutnya membutuhkan sistem penggerak yang didorong oleh otot-otot terpisah.

Semua alat-alat tubuh tersebut tidak mungkin telah terbentuk dalam proses evolusi seiring perjalanan waktu mengingat kurangnya satu bagian saja akan menyebabkan keseluruhan sistem tidak bisa digunakan, sehingga menyebabkan punahnya rayap. Oleh karena itu, satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah: “sistem senjata kimia” tersebut telah diciptakan sekaligus pada saat yang sama. Dan ini membuktikan bahwa ada “perancangan” secara sengaja di seluruh hal tersebut, yang disebut “penciptaan.” Sebagaimana semua makhluk lain di alam, rayap juga telah diciptakan seketika. Allah, Penguasa Alam Raya, menciptakan pusat penghasil racun di dalam tubuh mereka dan mengilhami mereka cara terbaik untuk menggunakan kemampuan ini. Hal ini diterangkan dalam sebuah ayat sebagai berikut:

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana (Surat Al Hasyr: 24)

Mei 17, 2009 at 5:31 pm

Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi tubuh kita kehidupan. Ketika beredar di dalam tubuh, darah menghangatkan, mendinginkan, memberi makan, dan melindungi tubuh dari zat-zat beracun. Ia nyaris bertanggung jawab penuh atas komunikasi di dalam tubuh kita. Selain itu, darah segera memperbaiki kerusakan apa pun pada dinding pembuluhnya sehingga sistem tersebut pun diremajakan kembali.

Rata-rata terdapat 1,32 galon (5 liter) darah dalam tubuh manusia yang memiliki berat 132 pon (60 kg). Jantung mampu mengedarkan seluruh jumlah ini di dalam tubuh dengan mudah dalam sesaat. Bahkan, saat berlari atau berolah raga, tingkat peredaran ini meningkat hingga lima kali lebih cepat. Darah mengalir ke segala tempat: dari akar rambut hingga ujung kaki, di dalam pembuluh darah yang beraneka ukuran. Pembuluh darah diciptakan dengan bentuk yang sempurna sehingga tidak ada penyumbatan atau pun endapan yang terbentuk. Berbagai zat-zat makanan dan panas dibawa melalui sistem yang rumit ini.

Pengangkut Oksigen

Udara yang kita hirup adalah zat yang paling penting bagi kelangsungan hidup kita. Oksigen perlu untuk pembakaran gula oleh sel ketika menghasilkan energi, sebagaimana diperlukan dalam pembakaran kayu. Itulah mengapa oksigen harus dibawa dari paru-paru menuju sel-sel. Sistem peredaran darah, yang menyerupai jaringan pipa yang rumit, melayani tujuan penting ini.

Molekul hemoglobin di dalam sel darah merah membawa oksigen. Tiap sel darah merah yang berbentuk cakram ini membawa sekitar tiga ratus juta molekul hemoglobin. Sel darah merah menggambarkan aturan kerja yang sempurna. Mereka tidak hanya mengangkut oksigen, namun juga melepaskannya di mana pun dibutuhkan, misalnya di dalam sel-sel otot yang sedang bekerja. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan-jaringan, membawa karbon dioksida, yang dihasilkan setelah pembakaran gula, kembali ke paru-paru untuk kemudian meninggalkannya di sana. Setelah ini, mereka kembali mengikat oksigen dan mengangkutnya ke jaringan-jaringan.

Cairan Bertekanan Imbang

Molekul hemoglobin juga membawa gas nitrogen monoksida (NO) selain oksigen. Seandainya gas ini tidak ada di dalam darah, tekanannya akan berubah terus-menerus. Hemoglobin juga mengatur jumlah oksigen yang akan dibawa ke jaringan tubuh dengan menggunakan nitrogen monoksida. Yang menarik, sumber “pengaturan” ini tidak lebih dari sebuah molekul, yakni hanya sekumpulan atom yang tidak memiliki otak, mata, atau pun pikiran. Pengaturan tubuh kita oleh sekumpulan atom sudah pasti merupakan suatu tanda kebijaksanaan Allah yang tak terbatas, Yang menciptakan tubuh kita tanpa cela.

Sel dengan Rancangan Sempurna

Sel darah merah merupakan bagian terbesar dari keseluruhan sel-sel darah. Seorang pria dewasa memiliki tiga puluh miliar sel darah merah, yang akan cukup untuk menutupi hampir separuh lapangan sepak bola. Sel-sel inilah yang memberi warna pada darah dan tentunya, juga kulit kita.

Sel-sel merah terlihat berbentuk cakram. Karena kelenturannya yang luar biasa, mereka dapat memipih melalui pembuluh darah halus dan lubang-lubang terkecil. Jika sel-sel tersebut tidak selentur itu, sel-sel ini tentu sudah tertahan di berbagai tempat di dalam tubuh. Sebuah pembuluh darah halus biasanya bergaris tengah empat hingga lima mikrometer, sedangkan sebuah sel darah merah bergaris tengah sekitar 7,5 mikrometer (satu mikrometer sama dengan seperseribu milimeter, yakni 0,000039 inci).

Apa yang akan terjadi jika sel darah merah tidak diciptakan sedemikian lentur? Para peneliti penyakit diabetes memberikan sejumlah jawaban atas pertanyaan ini. Pada penderita diabetes, sel-sel darah merah telah kehilangan sifat kelenturannya. Keadaan ini sering mengakibatkan penyumbatan karena adanya sel darah merah yang tidak lentur di dalam jaringan halus di mata pasien, yang menyebabkan kebutaan.

Sistem Darurat Otomatis

Usia sel darah merah sekitar 120 hari sebelum akhirnya dibuang melalui limpa. Pengurangan ini dipulihkan dengan dihasilkannya sel-sel baru yang terus-menerus. Pada keadaan normal, 2,5 juta sel darah merah dihasilkan setiap detiknya, jumlah yang dapat ditingkatkan jika diperlukan. Suatu hormon yang bernama “eritopoietin” mengatur tingkat produksinya. Misalnya, karena pendarahan hebat karena kecelakaan atau pendarahan hidung, kehilangan darah ini segera dipulihkan. Selain itu, tingkat pembentukan sel darah ini meningkat jika kandungan oksigen udara mengalami penurunan. Misalnya, ketika sedang mendaki di ketinggian yang sangat tinggi, karena penurunan kadar oksigen yang terus-menerus, maka tubuh kita secara otomatis melakukan hal ini untuk menggunakan oksigen yang tersedia dengan cara yang paling efisien.

Sistem Pengangkutan yang Sempurna

Bagian cairan darah yang disebut plasma membawa lebih banyak lagi zat-zat lain yang ada dalam tubuh, tidak hanya sel-sel darah. Plasma adalah cairan jernih kekuningan yang membentuk 5% dari berat tubuh normal. Dalam cairan ini, 90% kandungannya terdiri dari air, garam, mineral, karbohidrat, lemak, dan ratusan jenis protein yang berbeda. Sejumlah protein dalam darah merupakan protein pengangkut, yang mengikat lemak (lipida) dan membawanya ke seluruh jaringan tubuh. Jika protein tidak membawa lemak dengan cara ini, lemak akan terapung tak terkendali di mana-mana, yang dapat menimbulkan masalah serius bagi kesehatan.

Hormon-hormon di dalam plasma berperan sebagai kurir khusus. Mereka melayani komunikasi antara alat-alat tubuh dengan sel-sel dengan menggunakan pesan-pesan kimiawi.

Albumin adalah hormon yang paling banyak terdapat dalam plasma, yang bisa disebut sebagai pengangkut. Ia mengikat jenis lemak seperti kolesterol, hormon-hormon, bilirubin, zat warna empedu beracun yang berwarna kuning, atau zat obat seperti penisilin. Ia meninggalkan zat-zat beracun tersebut di hati dan kemudian membawa zat-zat makanan serta hormon-hormon lain ke tempat mana pun yang memerlukannya.

Dengan memperhitungkan semua ini, jelaslah bahwa tubuh manusia diciptakan dengan kecermatan yang sangat tinggi. Kemampuan sebuah protein untuk membedakan antara lemak, hormon, dan obat, sekaligus menentukan tidak hanya tempat yang memerlukannya namun juga jumlah yang akan diberikan, semuanya merupakan petunjuk adanya rancangan yang sempurna. Lebih jauh lagi, contoh-contoh yang mengejutkan ini hanyalah sedikit di antara belasan ribu peristiwa biokimiawi berbeda yang berlangsung dalam tubuh. Triliunan molekul dalam tubuh bekerja dengan keselarasan yang mengagumkan. Dan memang, seluruh molekul ini muncul dari pembelahan satu sel tunggal yang terbentuk di dalam rahim seorang ibu. Jelaslah bahwa sistem yang luar biasa di dalam tubuh manusia merupakan kesempurnaan mengagumkan ciptaan Allah, Yang telah menciptakan manusia dari setetes air (mani).

Cara Pengendalian Khusus

Zat-zat makanan harus menyeberang dari nadi melalui dinding pembuluh nadi, untuk memasuki jaringan yang membutuhkan. Meskipun dinding pembuluh nadi mempunyai pori-pori amat kecil, tidak ada zat yang mampu menembusnya sendiri. Hanya tekanan darah yang membantu penembusan ini. Akan tetapi, zat-zat makanan yang menyeberang ke dalam jaringan lain dalam jumlah yang lebih besar dibanding yang diperlukan akan menyebabkan peradangan dalam jaringan. Karena itulah ada suatu cara khusus yang dipasang untuk menyeimbangkan tekanan darah dan menarik cairan kembali ke darah. Inilah tugas albumin, yang lebih besar ukurannya daripada pori-pori pada dinding arteri dan cukup banyak dalam darah untuk menyedot air seperti layaknya sepon. Seandainya tidak ada albumin dalam tubuh, tubuh akan membengkak seperti buncis kering yang ditinggalkan di dalam air.

Sebaliknya, zat-zat dalam darah tidak boleh memasuki jaringan otak tanpa kendali, sebab zat-zat yang tidak dikehendaki tersebut dapat sangat merusak sel-sel saraf (neuron). Karena itulah otak dilindungi dari segala bahaya yang dapat terjadi. Lapisan-lapisan sel padat menutupi pori-pori. Semua zat perlu melewati lapisan ini layaknya melintasi pos penjagaan keamanan, yang mengatur keseimbangan aliran zat-zat makanan ke dalam bagian paling peka di seluruh tubuh.

Pengatur Suhu Tubuh

Selain racun, sel darah merah, vitamin dan zat-zat yang lain, darah juga membawa panas, suatu hasil sampingan dari pembentukan energi di dalam sel. Menyebarkan dan menyeimbangkan panas tubuh sesuai dengan suhu lingkungan sekitar sangatlah penting. Seandainya tidak terdapat sistem pemerataan panas dalam tubuh kita, maka tangan kita akan menjadi terlalu panas sedangkan bagian tubuh lainnya akan tetap dingin ketika otot-otot lengan sedang bekerja, yang akan sangat merusak metabolisme tubuh. Inilah mengapa panas diedarkan secara merata ke seluruh tubuh, yang hanya dilakukan oleh sistem peredaran darah saja. Untuk menurunkan panas tubuh yang diedarkan ke seluruh badan, sistem pengeluaran keringat dijalankan. Selain itu, pembuluh darah melebar di bawah kulit, yang memungkinkan kelebihan panas yang ada dalam darah dialirkan ke udara luar. Itulah sebabnya ketika kita berlari atau melakukan kegiatan lain yang menguras tenaga, wajah kita menjadi merah. Peredaran darah bertanggung jawab dalam menjaga panas tubuh maupun mendinginkannya. Pada suhu lebih dingin, pembuluh darah di bawah kulit kita menyusut, sehingga berperan mengurangi jumlah darah yang beredar di bagian tubuh tertentu tempat panas paling mudah terlepas, sehingga mempertahankan tingkat pendinginan tubuh pada titik terkecil. Memucatnya wajah seseorang tatkala dingin merupakan tindakan pengamanan oleh tubuh secara otomatis.42

Segala hal yang terjadi dalam darah benar-benar rumit dan saling berkaitan. Segala hal telah diciptakan dengan sempurna hingga perincian terkecil. Bahkan, terdapat keseimbangan yang luar biasa mengagumkan dalam aliran darah sehingga adanya gangguan terkecil pun dapat menimbulkan masalah kesehatan yang sangat serius. Darah telah diciptakan dengan segala hal yang diperlukannya oleh Pencipta Yang Maha Esa dalam sekejap. Pencipta, Yang memiliki ilmu dan kekuasaan yang tiada tara itu, adalah Allah:

Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. (Surah Thaha: 98)

Sistem Tanpa Kesalahan Sekecil Apa pun: Pembekuan Darah

Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Di tempat terjadinya pendarahan, gumpalan darah beku terbentuk, yang menyumbat dan menyembuhkan luka pada saatnya. Ini mungkin sebuah kejadian yang sederhana dan lumrah bagi Anda, namun para ahli biokimia telah menyaksikan melalui penelitian mereka bahwa hal ini sebenarnya adalah hasil dari sistem yang amat rumit yang tengah bekerja. Hilangnya satu bagian saja dari sistem ini atau kerusakan apa pun padanya akan menjadikan keseluruhan proses tidak bekerja.

Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti sedia kala, gumpalan beku itu harus lenyap. Sistem ini bekerja sempurna hingga seluk-beluk terkecilnya.

Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus terbentuk segera untuk mencegah makhluk hidup mengalami kematian. Selain itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan lebih penting lagi, harus hanya terbentuk tepat di atas, dan tetap berada di atas luka tersebut. Jika tidak, seluruh darah makhluk hidup akan membeku dan menyebabkan kematian, itulah mengapa bekuan darah itu harus terjadi pada waktu dan tempat yang tepat

Unsur terkecil dari sumsum tulang, yakni keping-keping darah atau trombosit, sangatlah menentukan. Sel-sel ini merupakan unsur terpenting di balik pembekuan darah. Protein yang disebut faktor Von Willebrand memastikan, agar dalam perondaannya yang terus-menerus atas aliran darah, keping-keping ini tidak membiarkan tempat luka terlewati. Keping-keping yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga banyaknya di tempat yang sama. Sel-sel tersebut akhirnya menopang luka terbuka itu. Keping-keping tersebut mati setelah menjalankan tugasnya menemukan luka. Pengorbanan diri ini hanyalah satu bagian dari sistem pembekuan dalam darah.

Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan darah. Zat ini hanya dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya tidak boleh melebihi atau pun kurang dari yang diperlukan, dan juga harus dimulai dan berakhir tepat pada waktu yang diperlukan. Lebih dari dua puluh jenis zat kimia tubuh yang disebut enzim berperan dalam pembentukan trombin. Enzim-enzim tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin maupun menghentikannya. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar ada luka sesungguhnya pada jaringan. Segera setelah enzim-enzim pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang memadai di dalam tubuh, fibrinogen yang terbuat dari protein-protein pun terbentuk. Dalam waktu singkat, sekumpulan serat membentuk jaring, yang terbentuk di tempat keluarnya darah. Sementara itu, keping-keping darah yang sedang meronda, terus-menerus terperangkap dan menumpuk di tempat yang sama. Apa yang disebut gumpalan darah beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat penumpukan ini.

Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang.

Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang menentukan tingkat kebekuannya, yang menguatkan serta melarutkan gumpalan darah beku tersebut, tidak diragukan lagi mempunyai kerumitan yang benar-benar tak tersederhanakan. 43

Sistem ini bekerja dengan sempurna hingga seluk-beluk yang paling kecil.

Apa yang akan terjadi jika ada sedikit masalah dalam sistem yang bekerja dengan sempurna ini? Misalnya, jika terjadi pembekuan dalam darah sekalipun tidak terdapat sebuah luka, atau jika gumpalan darah beku mudah terlepas dari luka? Hanya terdapat satu jawaban untuk pertanyaan ini: dalam keadaan tersebut maka aliran darah yang menuju organ penting dan terpeka, seperti jantung, otak, dan paru-paru, akan tersumbat dengan gumpalan, yang tak pelak lagi akan membawa kematian.

Kenyataan ini sekali lagi memperlihatkan kepada kita bahwa tubuh manusia dirancang dengan sempurna. Mustahil untuk menjelaskan sistem penggumpalan darah dengan berdasarkan dugaan kejadian kebetulan atau “perkembangan bertahap” sebagaimana yang dinyatakan teori evolusi. Sistem yang dirancang dan diperhitungkan dengan seksama seperti ini merupakan bukti tak terbantahkan tentang kesempurnaan dalam penciptaan. Allah, Yang menciptakan kita dan menempatkan kita di bumi ini, telah menciptakan tubuh kita dengan sistem ini, yang melindungi kita dari banyak luka yang kita dapati sepanjang hidup kita.

Pembekuan darah sangat penting tidak hanya untuk luka yang tampak, namun juga untuk robeknya pembuluh darah halus dalam tubuh kita yang terjadi sepanjang waktu. Meskipun tidak kita sadari, selalu terjadi pendarahan kecil dalam tubuh yang terus-menerus. Ketika lengan terbentur pintu atau duduk terlalu lama, ratusan pembuluh darah halus darah robek. Pendarahan tersebut segera dihentikan dengan adanya sistem pembekuan darah dan pembuluh darah halus dapat pulih sebagaimana keadaan normal. Jika benturan itu lebih parah, maka pendarahan dalam itu akan lebih parah pula, yang menyebabkan peradangan yang biasanya disebut “memar.” Seseorang yang kurang sempurna sistem pembekuan darahnya harus menghindari benturan sekecil apa pun. Pada penderita hemofilia (darah susah menggumpal), karena sistem pembekuan darahnya tidak bekerja, menjalani hidupnya seperti itu. Penderita hemofilia yang parah tidak akan mampu bertahan hidup terlalu lama. Bahkan pendarahandalam yang kecil, yang disebabkan oleh terpeleset atau jatuh yang sederhana saja, mungkin sudah cukup untuk mengakhiri hidupnya. Dengan kenyataan yang sederhana ini, setiap kita seharusnya merenungkan keajaiban penciptaan dalam tubuh kita, dan bersyukur kepada Allah, Yang menciptakan tubuh kita dengan sempurna. Tubuh ini merupakan karunia tersendiri untuk kita dari Allah, bahkan satu sel pun tidak mampu kita perbanyak. Ketika menyeru manusia, Allah berfirman:

“Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?” (Surat Al-Waqi’ah: 57)

Mei 17, 2009 at 5:21 pm