Apa yang dimaksud dengan pengendalian hama secara biologis?

  1. Kumbang Kubah (Micraspis crocea Mulsant). Bentuk kumbang seperti kubah, berwarna cerah kemerahan, aktif sepanjang hari, sering berkeliaran di bagian tajuk tanaman padi. Bentuk larva memanjang dengan warna ungu. Imago dan larva aktif memakan telur dan larva kecil wereng batang.

  2. Harmonia octomaculata atau Coccinella arcuata F. Kumbang bersayap khas. Masing-masing sayap depan memiliki lima bercak hitam, yaitu dua bercak terdapat pada pangkal sayap dua bercak berbentuk bulat terdapat di bagian tengah sayap, dan satu bercak panjang agak melengkung terdapat pada bagian ujung sayap. Dalam 40-50 hari, kumbang betina mampu bertelur sampai 1.000 butir. Perkembangan dari telur sampai dewasa ±1-2 minggu. Mangsanya antara lain adalah wereng, bermacam-macam aphis, Myzus persicae Sulz, Bemisia tabaci, dan bermacam-macam tungau.

  3. Menochilus sexmaculata (Fabricius) atau Cheilomenes sexmaculata F. Kumbang ini berwarna merah dengan tiga garis hitam berlekuk-lekuk pada tiap sayap depannya. Kumbang betina bertelur sampai 3.000 butir, dan dapat hidup sampai enam puluh hari. Kemampuan memangsa amat tinggi, yaitu bisa sampai 200 ekor mangsa atau 400 butir telur mangsa setiap hari. Mangsanya adalah binatang yang bergerak lamban, seperti wereng, aphis, Myzus persicae Sulz, Bemisia tabaci, dan macam-macam tungau. Bila diganggu, kum­bang dewasa akan menjatuhkan diri atau terbang. Daur hidupnya ± 1-2 minggu.

  4. Kumbang Tanah Ophionea nigrofasciata. Imago berwarna cokelat kemerahan dengan warna hitam melintang pada sayap depannya, yang divariasikan dengan bintik-bintik putih. Warna kepala kehitaman. Kumbang ini lincah dan aktif mencari larva penggulung daun pada tajuk daun padi. Kumbang tanah sering ditemukan dalam rongga lipatan daun yang dibuat larva penggulung daun. Larva kumbang berwarna kehitam­an, berkepompong di dalam tanah pematang sawah atau di lahan yang kering. Kemampuan makannya 3-5 larva per hari, dengan ciri khas tudung kepala sasaran ditinggalkan.

  5. Kumbang Scymnus apiciflavus Mots. Mangsanya, antara lain kutu dompolan putih (Pseudococcus citri, P. lilacinus, P. longispinm, P. defluiteri, P. filamentosus, Ferisia virgata). Panjang kumbang ± 1,9-2,1 mm; warna hitam, kecuali bagian kepala, pro-thorax, dan ujung sayap depan cokelat kekuningan. Badan larva tertutup lilin putih sehingga mirip mangsanya. Kumbang ini bisa bertahan hidup sampai 6 bulan, dan bertelur ± 350 butir. Selain makan kutu dompolan putih, juga makan aphis akar putih pada tanaman tebu, Pseudococcus bervipes pada tanaman nenas, kutu sisik Aspidiotus destructor pada tanaman kelapa. Namun, kumbang ini sering terganggu oleh semut pemakan kotoran kutu.

  6. Scymnus severini Wse. Kumbang in imerupakan predator kutu sisik Aspidiotus destructor dan kutu sisik Chrysomphalus ficus pada tanaman kelapa. Kepala, prothorax, dan ujung elitranya berwarna kuning, sedang sisanya berwarna hitam. Badan larva instar I berambut panjang. Pada instar II mulai keluar lilin. Panjang rambut lilin kurang lebih setengah lebar badan, sedang pada kedua ujung de-pan dan belakang badannya, rambut itu lebih panjang. Pupa berwarna cokelat dengan beberapa pita pada punggungnya, dan ditutupi lilin, sisa sewaktu masih berbentuk larva. Kumbang betina menyenangi bagian kutu sisik yang berlemak. Telur diletakkan di bawah kutu sisik yang telah kosong. Larva muda amat aktif dan rakus mengisap kutu sisik muda. Perkembangan dari telur sampai dewasa ± 18 hari.

  7. Kunang-kunang (Lamprophorus tenebrosus Walker.). Bagian perut kunang-kunang mengeluarkan sinar. Organ bersinar tersusun dari sel mengandung lemak yang memiliki banyak urat saraf dan kapiler tracheae yang bisa mengadakan oksidasi dan pembakaran sehingga menghasilkan sinar. Kumbang betina tetap berbentuk larva, sedang jantannya menjadi kumbang dan suka terbang pada malam hari dengan mengeluarkan cahaya berkedip. Serangga ini suka makan siput atau bekicot.

  8. Kumbang (Cryptolaemus montrouzieri Muls.). Mangsa kumbang ini, antara lain, adalah kutu dompolan putih, kutu hijau, kutu kantung jeruk, dan jenis kutu lainnya. Warna kumbang hitam mengilat dengan prothorax dan ujung elitra berwarna merah. Panjang tubuh 4 mm - 4,5 mm dan lebar ± 3 mm. Telur 1-4 butir diletakkan di bawah kutu dompolan putih dalam pupa yang telah kosong. Dalam waktu ± 20 hari mampu bertelur sampai 1 50 butir. Larva yang baru menetas tertutup benang lilin tebal sehingga mirip kutu dompolan putih. Larva makan kutu dompolan putih dan kutu hijau. Bila makanan telah habis, serangga ini akan segera menyebar ke tempat lain. Larva dewasa akan meninggalkan makanannya, kemudian menuju celah kulit tanaman untuk berpupa. Kumbang ini mampu hidup sampai ± 2 bulan.

  9. Kumbang Chilocorus melanophthalmus Muls. Mangsa kumbang ini, antara lain kutu hijau tanaman jeruk, kutu sisik tanaman kelapa, tebu, dan singkong. Kumbang berwarna cokelat kemerahan dengan panjang ± 5 mm. Warna larvanya merah daging sampai kuning dengan duri-duri hitam bercabang. Kumbang betina mampu bertelur sampai ± 500 butir. Telur diletakkan di bagian bawah daun dalam beberapa kelompok. Per kelompok terdiri atas 10-15 butir. Perkembangan dari telur sampai dewasa ± 6-7 minggu, sedang kumbangnya bisa bertahan hidup 3-5 bulan. Larva kumbang ini amat rakus; dalam satu hari bisa memakan ± 40 kutu hijau dewasa.

Musuh alami ordo Hymenoptera umumnya bersifat parasit. Beberapa serangga golongan Hymenoptera yang berfungsi sebagai musuh alami, antara lain sebagai berikut.

  1. Tabuhan Goryphus inera Szep. Tabuhan ini berfungsi sebagai parasit ngengat Artona catoxantha Hamps. Telurnya dimasukkan ke dalam pupa melalui ovipositor. Setelah menetas, larva akan menghabisi isi pupa dalam waktu 4-5 hari. Setelah itu, larva berkepompong. Bentuk kepompong oval, berwarna putih, dan trans-paran. Fase kepompong ± 13-18 hari.

  2. Tabuhan Tetrastichus schoenobii Ferriere. Tabuhan berwarna hijau kebiruan metalik ini berfungsi sebagai parasit telur penggerek batang padi. Ukurannya amat kecil sehingga sukar dilihat dengan mata telanjang. Tiap ekor tabuhan betina bisa menghasilkan 10-60 turunan. Telur diletakkan satu per satu pada setiap telur penggerek batang. Antara 1 -2 hari kemudian, telur akan menetas di dalam telur penggerek batang. Untuk perkembangan hidup satu tabuhan, minimal diperlukan tiga telur penggerek batang. Siklus hidupnya 10-14 hari. Tabuhan ini memparasiti telur dan kepompong penggerek batang padi (Chilo suppressalis Wlk.)

  3. Tabuhan Amauromorpha Accepta metathoracica (Ashmead). Tabuhan ini berwarna merah hitam dengan pita putih pada ujung abdomennya. Inangnya adalah larva penggerek batang padi putih dan kuning. Satu telur diletakkan pada satu larva inang. Larva tabuhan dewasa kemu­dian muncul dari inang yang mati untuk berkepompong.

  4. Tabuhan Itoplectis narangae (Ashmead). Kepala, thorax, dan ujung abdomennya berwarna hitam, sedang kaki-nya berwarna oranye. Tabuhan ini merupakan pemburu soliter: mencari mangsa di bagian atas tajuk daun. Umumnya banyak dijumpai pada habitat padi sawah. Mangsanya adalah larva penggulung daun, ulat jengkal hijau, ulat bulu, dan ulat penggerek batang. Dalam waktu 2-3 minggu, tabuhan bisa bertelur 200-400 butir.

  5. Tabuhan Trichomma cnaphalocrosis Uchida. Tabuhan ini berukuran besar dan ramping, warna hitam atau kuning, sedang abdomennya cokelat oranye. Panjang ovipositor setengah panjang abdomen. Tabuhan aktif terbang di daerah tajuk tanaman padi, sambil mencari daun yang mengandung larva OPT putih palsu. Sasaran penyerangan tabuhan adalah larva inang yang tua. Satu telur diletakkan pada setiap larva inang Larva tabuhan berkembang dan berkepompong di dalam tubuh larva inang.

  6. Tabuhan Stenobracon nicevillei (Bingham). Badan tabuhan dewasa berwama oranye kecokelatan dengan tiga gambar hitam pada setiap sayap depan, dan dua pita hitam pada abdomen. Panjang ovipositor dua kali panjang badan. Tabuhan ini banyak dijumpai di tanah ke-ring. Inangnya adalah larva penggerek batang padi kuning dan merah jambu.

  1. Belalang Sembah Hymenopus coronatus. Belalang ini tidak mudah ditemukan karena tubuhnya tersamar nyaris sempurna dengan bagian tumbuhan yang didiaminya. Kaki depan agak membesar dan dilengkapi dengan duri-duri taj am yang digunakan untuk menceng-keram mangsa. Nimfa muda sering disebut bunga berjalan; adakalanya ber-warna putih, kuning, ungu muda, yang warna dan bentuknya mirip bunga. Telur diletakkan pada ranting atau bagian tanaman lain, dan ditutup dengan busa yang dalam beberapa saat akan mengeras. Nimfa yang muncul bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan. Mereka akan bergerak lincah mencari mangsa. Belalang dewasa lebih sabar menunggu mangsa, dengan posisi kaki depan seperti sedang menyembah. Belalang betina, setelah kawin, biasanya memakan belalang jantan. Kadang-kadang meskipun masih dalam proses perkawinan, belalang jantan sudah mulai dimakan. Uniknya, belalang jan­tan yang sudah tidak berkepala ini masih mampu meneruskan kopulasinya. Setelah selesai kopulasi, belalang betina akan menghabiskan seluruh tubuh belalang jantan kecuali sayap dan kaki.

  2. Belalang Conocephalus longipennis (de Haan). Belalang ini suka memakan daun dan malai padi, namun sering juga memangsa telur walang sangit, telur penggerek batang, dan nimfa wereng. Dalam satu hari bisa memakan 3-4 kelompok telur penggerek batang padi kuning. Bentuk muka miring, antena amat panjang, yaitu lebih dari dua kali panjang badan, dan aktif pada malam hari. Warna nimfa hijau dan tidak ber-sayap, sedang belalang dewasa kepalanya hijau kekuningan. Pada bagian abdomen, warna kuning semakin tajam, dan ovipositornya berbentuk pedang. Belalang dewasa bisa hidup 3-4 bulan.

  1. Kepinding Air Kecil (Microvelia douglasi atrolineata Bergroth. Kepinding ini banyak dijumpai pada petak sawah yang tergenang air. Gerakannya cepat dan hidup di atas permukaan air. Kepinding dewasa memi-liki punggung lebar, bersayap, atau tanpa sayap. Punggung yang bersayap mempunyai gambar hitam dan putih pada leher dan sayap depan. Kepinding ini berukuran kecil dengan tarsi depan satu ruas. Kepinding betina meletak-kan telur 20-30 butir pada batang padi di atas permukaan air. Hidupnya bisa 1 -2 bulan. Mangsanya adalah wereng batang padi dan serangga kecil lunak yang jatuh ke air; satu hari mampu memangsa 4-7 ekor wereng.

  2. Anggang-anggang (Limnogonus fossarum). Anggang-anggang mempunyai ukuran tubuh cukup besar, berkaki panjang, dan amat lincah. Anggang-anggang dewasa berwarna hitam dengan dua pasang kaki belakang amat panjang. Kaki tengah berfungsi sebagai da-yung, dan pada saat istirahat akan dijulurkan ke depan. Anggang-anggang betina meletakkan telur 10-30 butir dalam batang padi di atas permukaan air, dan dapat hidup 1-1,5 bulan. Mangsanya adalah wereng padi, ngengat, dan larva yang jatuh ke permukaan air; sehari mampu memangsa 5-10 ekor.

  1. Capung Jarum atau Kinjeng Dom (Agriocnemis pygmaea Rambur).  Abdomen capung ini panjang dan ramping. Pangkal sayap berbentuk seperti batang. Capung dewasa berwarna hijau kekuningan dan hitam. Capung jantan mempunyai warna bervariasi, indah, dan mencolok. Abdomen jantan berwarna hijau biru, sedang betina kehijauan. Saat istirahat, sayapnya menga-tup di atas tubuh. Nimfa hidup di air, dan bisa memanjat batang tanaman yang tergenang air untuk mencari mangsa. Capung dewasa sering dijumpai di daerah sepanjang aliran air, kolam, rawa, dan di pertanaman. Sasaran mangsa capung umumnya serangga yang sedang terbang. Misalnya, wereng dan berbagai macam ngengat.

  2. Capung Besar atau Sibar-sibar. Capung ini bertubuh ramping, lincah, mempunyai warna indah beraneka ragam, ada yang merah, kuning, biru, kuning belang hitam, atau hijau belang hitam. Gerakannya amat gesit, terbang ke sana kemari. Bila ada mangsa lewat, secepat kilat disambarnya. Mangsanya, antara lain kupu-kupu, ngengat dan serangga kecil lainnya yang disergap saat terbang. Kedua pasang sayap-nya transparan, dan dipenuhi alur nadi sayap yang tampak seperti jaring. Capung betina meletakkan telur dengan cara terbang rendah, kemudian sekali-sekali memasukkan ujung abdomennya ke dalam air. Nimf anya bersifat aquatik (hidup dalam air) dan disebut "naiad". Naiad memangsa makhluk-makhluk air yang berukuran kecil. Keberadaanya sering tidak diketahui karena memiliki kemiripan dengan lingkungannya. Naiad dewasa akan merangkak ke luar dari dalam air, dan bertengger pada batang tanaman terdekat untuk melepas-kan kulit terakhir, kemudian menjadi capung.
  1. Laba-laba Pemburu atau Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoannulata). Pada punggung laba-laba ini terdapat gambar seperti garpu. Sejak awal tanam, laba-laba pemburu sudah berada di lapangan. Dalam waktu 3-4 bulan, laba-laba betina mampu bertelur 200-400 butir. Dari jumlah tersebut, 60-80 telur akan menetas, kemudian naik pada punggung induknya. Laba-laba ini tidak membuat jaring, melainkan memburu langsung mangsanya. Anak lycosa menyerang wereng batang dan nimfa wereng daun, sedang dewasanya me-makan berbagai jenis serangga; termasuk lalat dan ngengat penggerek. Satu lycosa mampu memangsa 5-15 ekor per hari.

  2. Laba-laba Bermata Tajam (Oxyopes javanus Thorell). Laba-laba ini tidak membuat jala, melainkan hidup dengan cara berburu. Laba-laba betina mempunyai dua pasang gambar putih diagonal pada sisi abdomen, dan yang jantan mempunyai palpus membesar. Telur diletakkan pada daun; bentuknya menyerupai kokon. Dalam waktu 3-5 bulan bisa meng-hasilkan telur 200-350 butir. Laba-laba ini menyenangi habitat kering, hidup pada tajuk daun padi, dan membuat koloni setelah tajuk daun padi terbentuk. Oxyopes senang bersembunyi menunggu mangsa hingga berada dalam jarak sambaran. Dalam satu hari ia bisa menghabisi 2-3 ngengat.

  3. Laba-laba Loncat (Phidippus sp.). Kedua mata laba-laba ini berukuran besar. Gerakannya tidak secepat laba-laba pemburu. Badannya berambut cokelat. Telur diletakkan dalam kelompok memanjang, dan ditutup dengan sutra dalam lipatan daun. Laba-laba betina selalu menjaga telur. Telur yang dihasilkan berjumlah 60-90 butir. Phidippus dapat hidup 2-4 bulan; menyenangi kondisi kering, dan tinggal di daun padi. Laba-laba ini biasanya bersembunyi di dalam lipatan daun sebagai tempat hidup, sekaligus menunggu mangsa berupa wereng daun dan serangga kecil lainnya. Laba-laba dewasa mampu memangsa 2-8 ekor per hari.

  4. Laba-laba Bulat (Argiope catenulata Doleschall). Laba-laba ini berwarna-warni amat jelas, dan membuat jala berbentuk lingkaran di tajuk daun padi. Dalam waktu 2-3 bulan mampu bertelur 600-800 butir yang diletakkan di dalam kokon berwarna cokelat terang yang ter-gantung pada jala. Bila hari panas, laba-laba berlindung di bawah daun de-kat jala. Bila hari mendung, betina menanti mangsa di tengah jala, dan yang jantan memperhatikan di dekatnya. Mangsa berukuran besar seperti kupu-kupu dan belalang pun dimakannya. Setiap mangsa yang kena jaring segera ditangkap dan diikat dengan benang-benang jala sampai tidak berdaya.

  5. Laba-laba Rahang Panjang (Tetragnatha maxillosa). Laba-laba ini mempunyai kaki dan badan yang panjang. Saat istirahat di daun, kakinya menjulur ke depan dan ke belakang. Dalam waktu 1-3 bu­lan mampu bertelur 100-200 butir. Telur diletakkan secara berkelompok dan ditutupi bahan semacam sutra putih pada bagian atas batang padi. Pada siang hari beristirahat di dalam tajuk, sedang pagi hari menanti mangsa pada jala. Mangsa yang disukai, antara lain kupu-kupu, ngengat, lalat, dan wereng. Mangsa yang menyentuh jala akan segerap ditangkap dan diikat dengan be­nang-benang sutranya. Satu ekor laba-laba mampu memangsa 2-3 ekor per hari.

  1. Cendawan Metarhizium anisopliae (Metchnikoff) Sorokin dan Metarhizium flavoviride Gams and Roszypal. Cendawan ini menginfeksi wereng, kumbang, dan kepinding. Pada ke-lembapan tinggi, spora akan berkecambah dan tumbuh di dalam badan se­rangga, kemudian mengisap isi badan inang. Setelah inang mati, cendawan terus berkembang hingga tampak warna putih pada sambungan-sambungan badan inang. Bila spora terbentuk, cendawan berubah menjadi hijau gelap(M. anisopliae) atau hijau muda (M. Falvoviride). Spora ini bisa menyebar dengan bantuan angin atau air.

  2. Cendawan Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin. Cendawan ini dapat menyerang wereng batang, wereng daun, penggerek batang, penggulung daun, kepinding padi, dan kepinding hitam. Sama seperti Metarrhizium, cendawan ini pun memerlukan kelembapan tinggi dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan spora. Penyerangannya dilakukan pada jaring-an yang lunak dan cairan tubuh inangnya, kemudian tumbuh ke luar dari tubuh inang, dan siap menghasilkan spora berwarna putih seperti kapur.

  3. Cendawan Hirsutella spp. Speare. Cendawan ini menyerang wereng batang dan wereng daun padi dengan cara mengisap cairan inangnya, kemudian tumbuh ke luar sebagai benang filamen yang panjang dengan warna awal putih kotor, lama-kelamaan berubah menjadi kelabu. Filamen-filamen tersebut menghasilkan spora untuk berkem-bang biak.

  4. Cendawan Nomuraea rileyi (Farlow) Samson. Cendawan ini menyerang larva penggerek batang, penggulung daun, ulat berambut hijau, ulat grayak, dan ulat putih. Larva yang terserang pada tahap pertama kelihatan putih, dan beberapa hari kemudian spora akan ter-bentuk sehingga ulat tampak berwarna hijau pucat.

  5. Virus Nuclear Polyhedrosis Viruses (NPV). Virus ini biasanya menyerang ulat grayak dan ulat tanah. Larva terin-feksi karena memakan daun tanaman yang mengandung virus. Bila virus telah menyebar dalam tubuh inang, gerakan inang menjadi lamban dan berhenti makan, kemudian larva menjadi putih, lalu berwarna kegelapan, serta posisi badan seakan-akan menggantung pada daun padi dan bertumpu pada kaki. Badan larva mengeluarkan tetesan cairan yang berisi virus sehingga terjadilah proses penyebaran virus.

  6. Virus Granulosis. Virus ini menyerang larva ngengat dan kupu-kupu setelah larva ter­sebut memakan inang yang mengandung virus. Gerakan larva yang terserang virus menjadi lamban, dan akhirnya berhenti makan. Setelah 1-2 minggu, tubuhnya menjadi keriput, ruas-ruas tampak seperti larva ulat jengkal cokelat. Warna larva yang terserang menjadi kuning, jingga, dan hitam, kemudian menjadi lunak.