Apa saja pengaruhnya tanam paksa terhadap kehidupan rakyat Indonesia

"Dampak Positif dan Negatif Tanam Paksa Bagi Indonesia" merupakan tema menarik yang akan kita bahas pada artikel ini secara rinci dan lengkap. Sistem tanam paksa adalah salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Kebijakan sistem tanam paksa memaksa petani yang mempunyai tanah untuk menanam 20% tanaman wajib yang menjadi komoditas ekspor pemerintah Hindia Belanda, seperti kopi, teh, dan tebu.

Sistem tanam paksa yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadap pemilik tanah atau petani di Indonesia ternyata menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Tanam paksa berdampak sangat merugikan bagi masyarakat pribumi, oleh karena itu dalam pembahasan kali ini kita sama-sama akan menganalisis mengenai dampak positif dan negatif tanam paksa bagi Indonesia.

Baca Juga : 7 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa

Apa saja pengaruhnya tanam paksa terhadap kehidupan rakyat Indonesia

Tanam paksa ternyata tidak hanya menimbulkan atau mengakibatkan dampak negatif bagi masyarakat, ada beberapa dampak positif yang dapat diambil dari kebijakan sistem tanam paksa. Namun dampak positifnya sangat tidak sebanding dengan dampak negatif yang diderita oleh masyarakat pribumi.

Apa saja dampak positif tanam paksa bagi Indonesia? Berikut ini 4 dampak positifnya, meliputi :

  1. Rakyat mengenal sistem uang dalam kegiatan perdagangan, karena sebelumnya menggunakan sistem tradisional, seperti barter.
  2. Jaringan jalan raya menjadi sangat luas, karena pemerintah Hindia Belanda membangun jalan demi kepentingan tanam paksa.
  3. Rakyat mulai mengenal teknologi-teknologi yang digunakan dalam pengolahan pertanian.
  4. Selain teknologi, rakyat juga mengenal jenis-jenis tanaman baru yang laku di pasar perdagangan internasional, seperti : tebu, kopi dan lada.

Pertama, adanya sistem tanam paksa membuat masyarakat khususnya petani mengenal sistem uang ketika berdagang. Perlu kalian ketahui, sebelumnya mereka (petani/pedagang) mengandalkan barter (tukar menukar barang). Adanya tanam paksa juga meningkatkan infrastruktur, berupa jalan raja yang khusus digunakan untuk kegiatan tenam paksa, pada periode selanjutnya dapat digunakan untuk kepentingan petani.

Pihak pemerintah Hindia Belanda ternyata tidak melepas begitu saja petani untuk menanam apa yang mereka perintahkan, tapi ada proses di mana para petani diajarkan untuk menanam tanaman tertentu, sehingga mereka mengenal teknologi yang sebelumnya belum diketahui secara umum.

Selain teknologi, jenis-jenis tanaman yang laku keras di pasaran eropa kemudian dapat dikenal (ketahui) oleh petani semenjak adanya Sistem Tanam Paksa. 

Berikut ini dampak negatif sistem tanam paksa bagi Indonesia, antara lain:

  1. Produksi padi yang dihasilkan petani turun, hal ini karena beberapa tanahnya digunakan untuk menanam tanaman wajib.
  2. Dengan produksi padi menurun maka rakyat banyak yang kelaparan, sehingga menimbulkan berbagai penyakit.
  3. Rakyat hidup sangat menderita dan menyengsarakan, hal ini terjadi karena banyak aturan / ketentuan yang dilanggar oleh Belanda.
  4. Kemiskinan semakin meluas hal ini disebabkan karena kesejahteraan masyarakat turun, sementara di lain pihak pemerintah Belanda mendapat keuntungan yang besar.
  5. Berkurangnya jumlah tanah yang diproduksi demi kepentingan petani/pemilik tanah.
  6. Jumlah penduduk menurun, hal ini karena banyak kematian akibat kelaparan.
  7. Masyarakat yang tidak memiliki tanah sangat dirugikan dan menderita, hal ini karena ia harus bekerja selama 20% hari dalam setahun.
  8. Masyarakat mengalami banyak penderitaan karena mengalami kerja terlalu berlebihan, selain itu mereka juga menderita secara mental.
  9. Pajak yang dibebani pemilik tanah sangat tinggi.

Apakah dampak negatif tersebut sebanding dengan dampak positif yang sudah disebutkan diatas? Tentu saja tidak! Adanya tanam paksa bisa dikatakan membuat rakyat semakin menderita, apalagi kebijakan yang sudah di tentukan ternyata dilanggar oleh para penguasa penjajahan kolonial Belanda saat itu.

Demikian pembahasan terkait dengan "Dampak Positif dan Negatif Tanam Paksa Bagi Indonesia". Semoga artikel ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Share ke teman kamu:

Tags :

Related : 13 Dampak Positif dan Negatif Tanam Paksa Bagi Indonesia

Sistem tanam paksa atau cultuurstelsel merupakan kebijakan yang diterapkan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johanes van den Bosch pada rentang tahun 1830-1835. Tujuan utama kebijakan ini adalah untuk mengisi kekosongan kas Belanda akibat peperangan melawan Perancis dan membayar hutang-hutang VOC. Tanaman kopi dan rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam sistem tanam paksa. Sistem tanam paksa membawa dampak positif dan dampak negatif bagi bangsa Indonesia, yaitu:

  • Dampak positif: masyarakat Indonesia mengenal teknik pertanian baru di Indonesia.
  • Dampak negatif: rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang cukup panjang karena harus bekerja keras memenuhi target tanam paksa.

Jadi, jawaban yang tepat adalah:

  • Dampak positif tanam paksa: Dikenalnya teknik pertanian baru di Indonesia.
  • Dampak negatif tanam paksa: Penderitaan bagi rakyat Indonesia yang harus bekerja keras memenuhi target tanam paksa.

PORTAL PURWOKERTO - Apa pengaruhnya tanam paksa terhadap kehidupan rakyat Indonesia? Kunci jawaban IPS Kelas 6 SD dengan materi Tanam Paksa.

Sebagai informasi, pembahasan dalam artikel ini merupakan panduan jawaban bagi orang tua siswa dan siswi, serta diharapkan juga untuk adik-adik dapat mengeksplorasi lebih lanjut.

Sebelum mengetahui jawabannya, mari kita simak pembahasan kunci jawaban IPS kelas 6 SD MI, bersama alumni UIN Yogyakarta, Muhammad Iqbal, S.Pd dengan Portal Purwokerto.

Demi memperkuat kekuasaannya bangsa-bangsa barat membentuk pemerintahan kolonial dengan berlaku tidak adil terhadap rakyat Indonesia.

Baca Juga: Jelaskan Makna Rambu Lalu Lintas Pada Gambar! Kunci Jawaban Kelas 3 SD

Berbagai kebijakan pemerintah kolonial telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Salah satunya sistem tanam paksa yang dilaksanakan pemerintah kolonial Belanda.

Sistem tanam paksa pertama kali diperkenalkan dan digunakan di pulau Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar pulau Jawa.

Dicetuskan oleh Johanes Van Den Bosch selaku Gubenur Jenderal Hindia Belanda, sistem tanam paksa memicu penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tanam paksa, yang berdampak memberatkan rakyat Indonesia.

Beberapa penyimpangan tanam paksa antara lain:


Page 2

1. Jatah tanah ekspor melebihi seperlima tanah garapan.

2. Rakyat lebih memilih perhatian untuk tanaman ekspor dan tidak sempat mengerjakan tanam sawahnya sendiri.

Baca Juga: Jelaskan Langkah-langkah yang Dilakukan Sebelum Melakukan Pengumpulan Data dengan Isian Singkat! Kelas 6

3. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja lebih dari1/5 tahun.

4. Waktu pelaksanaan tanam paksa, melebihi waktu tanam padi (3 bulan)

5. Kegagalan panen tanaman wajib ditanggung oleh rakyat.

Akibat penyimpangan pelaksanaan tanam paksa tersebut yakni 'menjamurnya' tanah terbengkalai sehingga panen gagal, rakyat makin menderita, wabah penyakit merajalela.

Sistem yang menguntungkan pihak Belanda lantaran sangat sewenang-wenang dan tak manusiawi ini sangat ditentang oleh pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia, Douwes Dekker.

Baca Juga: 6 Pemuka Agama, Islam, Konghucu, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Islam, Apakah Gus Baha Pemuka Agama?

Oleh karena itu, ia mengungkapkan, bahwa Pemerintah Belanda untuk membalas budi baik bangsa Indonesia dengan cara:


Page 3

Apa saja pengaruhnya tanam paksa terhadap kehidupan rakyat Indonesia

Ilustrasi belajar. Apa Pengaruhnya Tanam Paksa Terhadap Kehidupan Rakyat Indonesia? Kunci Jawaban IPS Kelas 6.* /Pexels/Gustavo Fring

Jakarta -

Sistem tanam paksa atau Cultuurstelsel merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya sekitar dua puluh persen untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu dan tarum. Tujuan dari sistem tanam paksa adalah untuk menutup defisit yang terjadi pada pemerintah Belanda dan digunakan untuk mengisi kas penjajah pada saat itu.

Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu. Tanaman ekspor tersebut nantinya dijual dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial dan bagi warga yang tidak memiliki tanah harus bekerja selama 75 hari dalam setahun pada kebun milik pemerintah.

Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa keuntungan yang sangat besar untuk pihak Belanda. Dari keuntungan ini, hutang Belanda dapat dilunasi dan semua masalah keuangan bisa diatasi. Sebab, kas pemerintah Belanda mengalami kerugian setelah Perang Jawa tahun 1830. Sistem ini pun berhasil dan pemerintah Belanda meraup keuntungan yang amat besar.

Namun, lain daripada Belanda, justru rakyat Indonesia menderita dan mendapat kerugian besar. Pelaksanaan sistem tanam paksa membuat para petani sangat menderita kala itu karena alih-alih mereka berfokus menanam padi untuk makan sendiri, mereka malah harus menanam tanaman ekspor yang akan diserahkan ke pemerintah kolonial.

Meskipun peraturan tanam paksa jelas memberatkan para petani dan penduduk, namun kenyataan di lapangan, penderitaan yang dialami jauh lebih besar dan berkepanjangan karena dicekik kemiskinan dan ketidaktentuan penghasilan ke depannya.

Berdasar pada Modul Sejarah Indonesia Kelas X yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sistem tanam paksa telah merendahkan harkat dan martabat Bangsa Indonesia, di rendahkan sampai menjadi alat bangsa Asing untuk mengisi kasnya. Keadaan rakyat sudah tentu kacau, sawah dikurangi untuk keperluan tanam paksa, rakyat dipaksa bekerja dimana-mana, kadang-kadang harus bekerja di kebun yang letaknya jauh sampai 45 kilometer dari desanya.

Hingga sedemikian menderita nasib rakyat Indonesia yang dijajah Belanda. Akibat program Belanda yang ingin menambah kas keuangan mereka, rakyat Indonesia menjadi sengsara, kelaparan merajalela, bahkan sampai menimbulkan kelaparan yang berujung kematian.

Keadaan ini menimbulkan reaksi yang keras sampai di negeri Belanda. Mereka berpendapat bahwa sistem tanam paksa dihapuskan dan diganti keikutsertaan pihak swasta dari Belanda untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sistem tanam paksa kemudian secara berangsur-angsur dihapuskan tahun 1861, 1866, 1890, dan 1916.

Nah, itulah akibat yang terjadi pada rakyat Indonesia dalam penerapan sistem tanam paksa pada tahun 1830an itu. Semoga menambah pengetahuanmu, ya detikers.

Simak Video "3 Negara Ini Tolak Paspor RI Tanpa Tanda Tangan per 10 Oktober"


[Gambas:Video 20detik]
(row/row)