Apa saja bahaya yang ditimbulkan jika kita berteman dengan orang yang memiliki akhlak yang buruk?

Oleh : Muhamad Rizki Malik (Mahasantri Mabna Syekh Abdul Karim)

          Ada tiga macam prinsip yang paling mendasar dalam ajaran Islam, yang mesti tertanam dalam setiap pribadi muslim; yaitu aqidah, syari’ah, dan ihsan. Mengenai aqidah, aqidah mendorong manusia untuk selalu mengesakan Allah, beribadah, dan berbuat baik. Mengenai syariah, syari’ah memberikan kepada kita tuntunan mengenai cara-cara beridah dan bermuamalah. Dan kemudian ihsan memberikan tuntunan mengenai cara-cara berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk terhadap Allah dan terhadap makhluk-Nya.

Persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap individu, untuk mendorong segala macam perbuatannya. Dan akan terganggu peradaban manusia oleh keburukan moral manusia, sehingga harapannya untuk mencapai kebahagian dalam hidupnya tidak akan tercapai.

Dari persoalan yang terjadi mengenai keburukan moral atau akhlak, penulis menyimpulkan ada tiga hal yang melatar belakangi terjadinya keburukan akhlak, diantaranya;

  • الرِّفْقَةُ السَّيِّئَةُ (Pergaulan bebas yang buruk)

Salah seorang sahabat nabi yang bernama ‘Alqamah sangat berhati-hati terhadap pergaulannya dengan mengatakan, temanmu yang akhlaknya buruk jangan dijadikan sahabatmu, sahabat yang baik adalah dapat menasehati bila engkau melakukan perbuatan buruk. Bahkan dikatakan bahwa jika ada musuh yang bisa mendekatkanmu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman akrab yang menjauhkan kamu dari Allah.

Pergaulan yang buruk dengan teman sebaya, sangatlah berbahaya terhadap perkembangan akhlaknya. Begitu pentingnya memilih teman pergaulan, maka Rasulullah SAW, sering mengingatkan dengan mengatakan :

اَ لْمَرْءُعَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرُ أَحَدَكُم مَنْ يُخَالِلْ

“Agama yang dianut oleh seseorang dapat dilihat dari agama (yang dianut) oleh teman pergaulannya, (sifat buruk seseorang dapat dicontoh oleh temen sepermainannya). HR. Abu Daud.

  • اَلتَّأَ شُّرُ بِالتِّيَارَاتِ اللفِكْرِيَّةِ   (akibat dari buku bacaan, tontonan dan pengaruh pemikiran hedonime)

Kemudian, kemerosotan akhlak akibat dari buku bacaan, tontonan, dan pemikian hedonime, sangat gampang merasuk ke dalam pergaulan generasi muda. Pergaulannya dengan teman-temannya lebih tinggi frekuensinya di bandingkan dengan pergaulan dengan orang tuanya di rumah, ini menjadi pekerjaan yang berat bagi orang tua. Dari pergaulannya di luar rumah ia mendapatkan buku bacaan, tontonan negatif dan pemikiran hedonisme yang dapat mempengaruhi pemikiran,  sikap, dan perilakunya.

  • ضَعْفُ التَّنْشِأَةِ التَّرْبَوِيَّةِ ( Lemahnya tingkat pendidikan generasi mudanya )

        Dan yang terakhir yaitu mengenai rendahnya pendidikan generasi muda, menyebabkan rendahnya iman dan ibadah pada dirinya, kemudian kecenderungan nafsunya tidak dapat dikendalikan lagi. Ia tidak lagi memiliki rasa malu dan rasa sabar, kecuali hanya mampu menuruti keinginannya. Di tambah dengan pergaulan yang bebas dan buku bacaan dan tontonan yang buruk maka inilah yang menjadi landasan terjadinya keburukan akhlak.

Dari ketiga hal tersebut maka akan menimbulkan sifat-sifat yang buruk yang tentu akan merusak peradaban manusia yaitu sifat Al-Akhlaku al- Madhmumah atau perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain. Maka itu akan membuat suatu kehancuran akhlak dalam bermasyarakat dan persaudaraan, bahkan itu akan membuat suatu kebinasaan dalam sebuah bangsa sepeti yang dikatakan Syauqi Bey, bahwa

اِنَّمَاالأُمَمُ الأَخْلَاقُ مَا بَقِيَتْ فَا ءِنْ هُمُوْاذَهَبَتْ اَخْلَا قُهُمْ ذَهَبُوْا

Artinya: “kekalnya suatu bangsa selama kekalnya akhlak, jika akhlaknya lenyap, musnah pula lah bangsa itu”.

Akhlak buruk perorangan hanya berdampak negatif lebih kepada dirinya sendiri, namun lain cerita jika itu menjadi akhlak buruk suatu bangsa maka dampak negatifnya akan sangat luas. Dan suatu bangsa yang bermoral buruk, akan merusak agamanya karena sering terjadi pelanggaran agama yang dilakukan oleh masyarakatnya, sehingga agama hanya menjadi mainan umatnya, Pada sejatinya agama harus difungsikan sebagai alat pengendali dan pengontrol bagi perbuatan manusia.

Akhlak buruk juga mempengaruhi keamanan masyarakat seperti terjadinya pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya. Kehidupan masyarakat yang seharusnya mewujudkan sikap saling menolong dan saling memanfaatkan kemampuan masing-masing anggota msyarakat, tidak dapat terwujud, lantaran terganggu oleh keburukan akhlak bangsa.

Penulis menyimpulkan bahwa tidak akan pernah ada rumah tangga yang bahagia, bila anggota keluarga tersebut berakhlak buruk, begitupun tidak ada sebuah bangsa yang hidup makmur dan sejahtera apabila bangsa tersebut masyarakat di dalamnya berakhlak buruk begitupun pemimpinnya.

Islam datang untuk membina dan mendidik manusia bagai khalifah Allah di bumi ini. Menanamkan perilaku baik, dilaksanakan di rumah tangga dan di masyarakat. Ibnu Taymiyyah mengungkapkan, bahwa keburukan akhlak seseorang karena hatinya kosong dari pendidikan dan ilmu pengetahuan, yang disebut sebagai orang yang memiliki hati yang sakit atau mati. Oleh karena itu pendidikan iman, ibadah dan pemberian ilmu pengetahuan agama harus senantiasa ditekankan dari semenjak usia dini agar menjadi kebiasaan dan menjadi sebuah akhlak yang baik.

انَّمَا مَشَلُ الجَلِيْسِ الصَّا لِحِ وَا لْجَلِيْسِ اسُّوْءِكَحَا مِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الكَيْرِ, فَحَا مِلُ الْمِسْكِ أِمَّا أَنْ يَخْذِ يَكَ وَأِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَأِمَّا أَنْ يَجِدَمِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً, وَنَافِخُ الْكَيْرِأَنْ يُحَرِّقَ شِيَا بَكَ وَاِمَّا أَنْ يَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً

 “Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman yang buruk (akhlaknya), bagaikan orang yang sedang membawa minyak wangi dengan orang yang sedang meniup api dapur. Kepada orang yang membawa minyak wangi; apakah ia mendekatimu, ”atau engkau (yang mendekatinya) karena engkau akan membelinya, atau engkau akan mendapatkan bau harumnya. Lalu kepada orang sedang meniup api dapur, apakah api itu akan menghanguskan pakaianmu, atau engkau sendiri yang akan merasakan panasnya api tersebut”. H.R Bukhari.

  • Tweet
  • Share 0
  • Skype
  • Reddit
  • +1
  • Pocket
  • Pinterest 0
  • LinkedIn 0
  • Email
  • VKontakte

Apa saja bahaya yang ditimbulkan jika kita berteman dengan orang yang memiliki akhlak yang buruk?
ilustrasi @Путешествие из ниоткуда в никуда - LiveJournal

Islam mengatur kehidupan umat manusia dengan sangat baik. Islam memberikan petunjuk secara paripurna dengan cara yang sangat sempurna. Islam mengatur seluruh persoalan, pun yang dianggap tidak penting bagi pandangan hidup orang kekinian.

Banyak orang masa kini yang berkata “Berteman dengan siapa saja”. Padahal, Islam mengajarkan “Kalian akan dikumpulkan dengan siapa yang kalian cintai”. Islam juga menganjurkan agar kaum Muslimin berteman dengan penjual minyak wangi dan menghindari pandai besi dalam urusan pertemanan.

Secara jelas, Islam melarang kaum Muslimin berteman dengan orang-orang yang buruk perangainya. Islam hanya menganjurkan pertemanan dengan orang baik. Sebab kelak, teman-teman dekat akan saling bermusuhan di Hari Kiamat, kecuali orang-orang beriman.

Di dalam buku Bidayatul Hidayah, Hujjatul Islam Imam al-Ghazali memaparkan hikmah agung di balik larangan berteman dengan orang yang buruk akhlaknya.

Beliau menyebutkan orang yang buruk akhlaknya dengan dua indikasi; tidak mampu menguasai diri saat marah dan tidak sanggup mengendalikan emosi di tengah marah.

Berteman dengan orang-orang buruk akan menjadikan seseorang akrab dengan keburukan hingga memakluminya. Ketika seseorang sudah memaklumi, maka keburukan tidak dianggap sebagai keburukan. Bahkan ia bisa menganggap keburukan sebagai suatu hal yang sangat biasa dan wajar.

Hilangnya kepekaan perasaan inilah awal mula timbulnya bencana kemanusiaan secara umum. Ketika nilai-nilai kebaikan mulai dikaburkan dan disamarkan, kemudian diganti dengan nilai-nilai keburukan secara perlahan dan halus, tanpa disadari.

Dampak buruknya bisa kita saksikan saat ini. Kebaikan diberitakan sebagai keburukan bahkan kejahatan. Sedangkan keburukan dianggap sebagai suatu kebaikan dan layak didukung dengan berbagai dalihnya.

Sebagai contoh, para orang tua merasa khawatir jika anaknya tidak berpacaran di usianya yang beranjak dewasa. Ia merasa malu dan gengsi sebab anaknya digosipkan tidak laku hingga tidak memiliki pacar.

Sebaliknya, mereka merasa bangga saat anaknya dipacari dan sering diajak pergi. Orang tua menganggap hal itu sebagai sebuah kebiasaan yang tak patut dipersoalkan. Dalam benak mereka, diajak pergi oleh pacar bukan masalah sebab banyak yang melakukannya dengan tanpa merasa malu atau berdosa.

Na’dzubillahi min dzalik.

Wallahu a’lam [Pirman/Bersamadakwah]