Apa fungsi kancing berbedaa pada percobaan hukum mendel

Posted on October 20, 2018


Apa fungsi kancing berbedaa pada percobaan hukum mendel
Praktikum ini cocok dilaksanakan untuk kelas IX SMP Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019

A. Nama Praktek  : Persilangan Monohibrid dan Dihibrid

B. Tujuan  Praktek   : Untuk membuktikan hukum Mendel (rasio fenotip dan genotip yang dihasilkan     dari persilangan Monohibrid dan Dihibrid

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang dipergunakan dalam percobaan  ini adalah :

  1. Becker glass/wadah tempat kancing genetik
  2. Pulpen
  3. Lembar/tabel pengamatan
  4. Penggaris

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :

  1. 50 pasang kancing genetika warna putih
  2. 50 pasang kancing genetika warna merah
  3. 50 pasang kancing genetika warna kuning
  4. 50 pasang kancing genetika warna hijau

D. Langkah  KERJA 

Cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

D.1. Perbandingan Monohibrid

  1. Menyiapkan 50 kancing merah dan 50 kancing putih yang bertanda (berlubang/betina) ke dalam becker glass
  2. Menyiapkan 50 kancing merah dan 50 kancing putih yang bertanda (bertombol/jantan) ke dalam becker glass
  3. Mengocok dan mencampurkan kedua macam gamet tadi (merah dan putih) jantan maupun betina pada masing-masing becker glass.
  4. Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing becker glass
  5. Mengambil kancing pada masing-masing becker glass tersebut tanpa melihat dengan mata (secara acak) kemudian memasangkan satu persatu.
  6. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel
  7. menghitung perbandingan fenotip dan genotifnya

D.2. Persilangan Dihibrid

  1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa kancing sebanyak 200 biji terdiri atas : (merah = bulat, putih = keriput)
  2. 25 merah jantan dan 25 putih jantan (ember kecil I)
  3. 25 kuning jantan dan 25 hijau jantan (ember kecil II)
  4. 25 merah betina dan 25 putih betina (ember kecil III)
  5. 25 kuning betina dan 25 hijau betina (ember kecil IV)
  6. Memasangkan masing-masing kancing sesuai ketentuan : B = bulat, b = keriput, K = kuning, k = hijau.
  7. Memasukkan masing-masing ke dalam becker glass dan mengaduknya hingga rata
  8. Mengambil secara acak sepasang-sepasang dari ember kecil I dengan ember kecil III dipasangkan bersamaan dengan ember kecil II dan ember kecil IV.
  9. Meletakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi nama sesuai ketentuan
  10. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel
  11. Menghitung perbandingan fenotip dan genotifnya

E. TEORI DASAR

Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarika jenisnya. Pada organisme yang berkembang biak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetic yang disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.

Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubh manusia. Beberapa isltilah yang serin digunakan dalam bidang genetika ini seperti gen, genotif, fenotif, resesif, dominant, alela, homozigot, heterozigot, hendaknya sudah diketahui dan dipahami. Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Gen sebagai factor keturunan disimpan dalam kromosom. Pasangan kromosom homolog mempunyai ukuran sama panjang, dan padanya berderet pasangan lokus gen-gen yang bersesuaian. Gen-gen yang terletak pada lokus yang bersesuaian dan sepadan, memiliki tugas atau pekerjaan sama atau hampir sama atau berlawanan untuk satu tugas tertentu. Pasangan gen-gen tersebut dinamakan alela.

Mendel adalah nama tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hokum-hukum hereditas atau pewarisan sifat-sifat menurun. Nama lengkap Mendel adalah Gregor Johann Mendel, anak dari seorang petani di Moravia utara. Pada saat pendapat beliau diakui kebenarannya, beliau sudah wafat, sebab pada waktu diterbitkannya buku yang memuat pendapat beliau pada tahun 1866, dunia ilmu pengetahuan memang belu dapat menunjukkan bentuk maupun susunan sifat keturunan yang oleh Mendel disebut sebagai factor penentu.

Hukum Mendel I menyatakan pemisahan gen se alel. Dalam bahasa Ingris disebut “ Segregetion of allelia genes “. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembuatan atau pembentukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu sel tersebut. Dalam hal ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda atau monohibrid. Monohibrid adalah suatu persilangan pembastaran dengan satu sifat beda. Dalam percobaan Mendel yaitu persilangan antara kacang ercis yang tinggi dan kacang ercis yang rendah menghasilkan perbandinga dimana yang tinggi lebih banyak jumlahnya daripada yang rendah menghasilkan perbandingan sebesar 3 : 1 dan perbandingan genotif 1 : 2 : 1. Hukum Mendel II yaitu pengelompokkan gen secara bebas berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealela secara bebas pergi ke masing-masing kutub secara meiosis. Pembuktian hokum ini dipakai pada dihibrid. Dihibrid adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan, Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda. Pembastaran pada tanaman ini diperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.

HASIL PENGAMATAN

Fenotif Genotif Tabulasi Jumlah
Merah

(Merah – merah)

MM  
Merah muda

(Merah –  putih)

Mm    
Putih

(Putih – putih)

mm    

Ratio fenotip    = Merah     :      Putih = ……………… : ………………

Ratio Genotif   =    MM  :    Mm    :    mm = ………… : …………: ……………….

Persilangan Dihibrid

Fenotif Genotif Tabulasi Jumlah
Bulat – kuning BBKK

BbKK

BBKk

BbKk

 
Bulat – hijau BBkk

Bbkk

   
Keriput – kuning bbKK

bbKk

 
Keriput – hijau bbkk    
Jumlah  

Ratio Fenotif  = Bulat-kuning   :  Bulat-hijau   :   Keriput-kuning   :   Keriput-hijau

Ratio genotif  = BBKK   :   BbKK  :  BBKk  :  BbKk  :  BBkk  :  Bbkk  :  bbKK  :  bbKk  :  bbkk

ANALISIS DATA

Persilangan monohibrid adalah persilanganantara dua individu yang mempunyai satu sifat beda, yaitu parental yang memiliki sifat fenotif merah (MM) dengan parental yanag memiliki sifat fenotif putih (mm), dimana sifat merah dominan terhadap sifat putih.

Menurut hukum Mendel I, suatu persilangan monohibrid akan menghasilkan ratio fenotif  3 : 1.

Mendel menyusun hipotesis dalam menerangkan hukum hereditas yaitu jika dominansi tampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotif 3 : 1 dan memperlihatkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 (Putra, Ramadhani dan Tati Subahar, 200:hal 196).

Pada Persilangan Dihibrid,  perbandingan rasio fenotif yang tepat, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.

Percobaan Mendel sendiri, dimana untuk mendapatkan rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1 untuk perkawinan dihibrid, Mendel menggunakan sampel sebanyak 556 kacang ercis. Di samping sedikitnya kancing yang dipasangkan, ketidaksesuaian hasil yang didapat juga dimungkinkan karena ketidaktelitian praktikan pada saat pengambilan kancing.

     Menurut hukum Mendel II, suatu persilangan dihibrid akan menghasilkan ratio fenotifnya 9 : 3 : 3 : 1. Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan gamet- gamet. Oleh karena itu pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan itu telah terjadi 4 macam pengelompokkan dari dua pasang gen, yaitu :

  1. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat gamet BK
  2. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat gamet Bk
  3. Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat gamet bK
  4. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat gamet bk

Dari hasil  pengamatan   pada percobaan persilangan monohibrid dan dihibrid ,  maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  1. Persilangan monohibrid adalah suatu persilangan antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda.
  2. Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat beda.
  3. Tiap sifat dari organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan ( gen ), satu dari induk jantan, lainnya dari induk betina.
  4. Pada persilangan monohibrid, belum sesuai atau hampir mendekati dengan Hukum Mendel I pada ratio genotif sesuai , yaitu genotif 1  :   2  :  1, sedangkan pada ratio fenotip telah sesuai dengan Hukum Mendel I yaitu 3 : 1.
  5. Pada percobaan persilangan Dihibrid,  rasio fenotifnya menyimpang dari teori. Hal ini dimungkinkan karena :
  6. Jumlah kancing yang dipasangkan tidak banyak sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan peluang semakin besar dan nisbahnya makin menjauhi dari prediksi teoritis.
  7. Ketidak telitian praktikan pada saat pengambilan kancing

VII.DAFTAR PUSTAKA

Halang, Bunda & Muhammad Zaini. 2015. Penuntun Praktikum Genetika. PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.

Suryo. 1994. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta.