Umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah

KOMPAS.com - Tujuan Idul Fitri bukan sekadar merayakan berakhirnya puasa Ramadhan atau merayakan kemenangan setelah sebulan melaksanakan ibadah puasa saja.

Berikut ini beberapa tujuan perayaan hari raya Idul Fitri beserta penjelasannya:

Idul Fitri adalah perayaan yang sangat penting dalam kalender Islam dan dimulai oleh Nabi Muhammad sendiri. Idul Fitri adalah pesta berakhirnya puasa yang menandai akhir Ramadhan dan dirayakan umat Islam di seluruh dunia.

Melansir BBC, Idul Fitri jatuh pada hari pertama bulan ke-10 kalender lunar Islam atau 1 Syawal. Penganut agama Islam, kaum muslim, tidak diizinkan berpuasa pada hari raya Fitri.

Baca juga: Lafal dan Panduan Takbir Idul Fitri

Dikutip dari beberapa sumber, beberapa tujuan perayaan Idul Fitri yang dilakukan umat Islam, antara lain:

  • Merayakan berakhirnya ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
  • Berterima kasih kepada Allah atas turunnya ayat-ayat Al Quran yang pertama yang diungkapkan menjelang akhir Ramadhan.
  • Bersyukur atas kekuatan yang diberikan Allah sehingga mereka mampu melakukan kontrol diri (mengendalikan diri) selama bulan puasa dalam mencapai tujuan Ramadhan.
  • Memohon ampunan kepada Allah atas dosa dan kesalahan-kesalahannya.
  • Berterima kasih kepada Allah dan mengingat berkah-Nya.
  • Melakukan amal terhadap orang miskin dan yang membutuhkan melalui zakat fitri (zakat fitrah).

Penjelasan:

Idul Fitri memang terutama bertujuan sebagai pesta setelah 30 hari melakukan ibadah puasa yang berat di bulan Ramadhan, bulan ke-9 dalam kalender Islam.

Selain itu, Idul Fitri juga menandakan pencapaian tingkatan spiritual keagamaan yang ditandai dengan pengorbanan, disiplin diri dan amal.

Baca juga: Apa Itu Puasa Ramadhan

Melansir Edarabia, dengan puasa, doa, dan amal baik, seorang muslim berlatih menjadi insan yang sederhana dan mencapai kontrol diri (pengendalian diri), sekaligus memohon pengampunan atas dosa-dosanya.

Puasa berarti seorang muslim harus menahan makan dan minum serta hawa nafsu. Ketika berpuasa, orang Islam dilarang menggunakan bahasa kasar atau makian.

Praktik melepaskan keinginan duniawi ini membuat seseorang menjadi lebih kuat dengan memupuk kualitas pengendalian diri, pembenaran dri dan disiplin diri.

Tidak menikmati hiburan seperti musik, film, tarian, nyanyian dan lain-lain. Semua jenis hiburan itu dikhawatirkan akan mengalihkan perhatian seseorang dari pemikiran untuk beribadah kepada Yang Maha Kuasa.

Hanya orang lanjut usia, pasien penyakit kronis seperti asma dan diabetes, wanita hamil, dan anak-anak yang dibebaskan dari kewajiban puasa Ramadhan. Tetapi tergantung pada keyakinan akan sistem tubuh seseorang, apakah ia mampu berpuasa atau tidak.

Sejumlah orang tua muslim telah mengajarkan anak-anak untuk berpuasa sehingga dapat belajar tentang puasa Ramadhan sejak dini.

Baca juga: Golongan Penerima Zakat

Mengutip Al Islam, bulan Ramadhan adalah bulan pengabdian sejati dan umat Islam belajar bagaimana bahagia dengan hal-hal yang sederhana.

Idul Fitri berkaitan erat dengan bulan suci Ramadhan tersebut. Ketika Idul Fitri tiba, pengekangan ketat selama Ramadhan dicabut dan umat Islam merayakannya.

Idul Fitri dapat diartikan sebagai berkah yang berlipat ganda. Umat Islam mendapat satu kesempatan lagi untuk berterima kasih kepada Tuhan dan mengingat berkah-Nya.

Setelah seorang muslim mempertebal keimanan selama bulan Ramadhan, usai Ramadhan ia dapat merenungkan kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Sebab, di bawah tekanan puasa, akan memunculkan kualitas tersembunyi karakter manusia ke permukaan secara jelas.

Selain itu, Idul Fitri mewajibkan umat Islam membagikan sebagian dari apa yang mereka miliki melalui zakat fitri untuk saudara-saudara atau orang yang miskin. 

Ketika Idul Fitri, umat Islam di seluruh dunia berkumpul dalam jumlah besar, mengenakan pakaian terbaik, dan beribadah secara berjamaah untuk menunjukkan persaudaraan universal.

ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan

Setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa Ramadhan, umat Islam bergembira merayakan Hari Raya Idul Fitri. Ada beberapa hal yang patut direnungi agar perayaan hari istimewa ini lebih bermakna. 

Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Zainut Tauhid Sa'adi menyebut, Idul Fitri adalah momen kemenangan bagi umat Islam dari perang melawan hawa nafsunya sendiri. Esensi kemenangan yang dirayakan ini adalah tentang bertambahnya kesadaran akan ketundukan kepada Allah Ta’ala dan kesadaran akan pentingnya menebar manfaat dan maslahat bagi sesama.

"Setelah berpuasa selama Ramadhan, seorang Muslim tumbuh menjadi pribadi yang memiliki perisai dari godaan hawa nafsunya. Karena itu, Lebaran atau kemenangan itu bukan berarti sebatas mengenakan pakaian atau hiasan baru," kata dia dalam pesan teks kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Salah satu hikmah Ramadhan, menurut Wamenag, adalah kepedulian dan puasa mengasah hal itu, juga mengasah empati terhadap sesama. Hal ini merupakan kunci penting dalam menjalani kehidupan sekaligus menjadi kunci seseorang meraih kemenangan, keselamatan, dan kedamaian.

Rasulullah SAW disebut pernah berpesan tentang empat amalan yang dapat menjadikan seseorang menjadi penghuni surga. Dalam hadis riwayat Imam at-Tirmidzi disebutkan, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah pada malam hari saat manusia tertidur, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan selamat.”

"Saya kira, empat hal ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk mengisi hari kemenangan," kata Wamenag. 

Lebih lanjut, dia memaparkan, Hari Raya Idul Fitri kali pertama digelar pada tahun kedua Hijriyah seusai Perang Badar. Banyak riwayat yang menginformasikan tentang bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan Idul Fitri. Salah satunya, mengumandangkan takbir pada malam pada hari terakhir Ramadhan sampai pagi hari pada 1 Syawal. 

Cara tersebut sesuai dengan pesan Alquran surah al-Baqarah ayat 185, "Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangan puasa serta bertakbir (membesarkan nama Allah) atas petunjuk yang telah diberikan-Nya kepadamu. Semoga dengan demikian kamu menjadi umat yang bersyukur".

Hal lainnya, Rasulullah SAW mandi, memakai wangi-wangian, dan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat al-Hakim.

"Pakaian terbaik itu tidak harus baru tentunya. Yang penting suci, bersih, dan menutup aurat," ujar Wamenag. 

Selanjutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis, Rasulullah tidak berangkat ke tempat shalat Id sebelum makan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil. Hal ini sekaligus menjadi penanda hari itu sudah tidak berpuasa sebab salah satu hari yang diharamkan berpuasa adalah Hari Raya Idul Fitri.

Rasulullah SAW juga menunaikan shalat Id bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya. Rasulullah memilih rute jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari tempat dilangsungkannya shalat Id.

Terakhir, pada hari istimewa ini, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabat, mereka saling mendoakan satu dengan lainnya.

Ketua Dewan Syuro DPP Rabithah Alawiyah Habib Zen Bin Umar Bin Sumaith pun memaparkan, bulan suci Ramadhan merupakan anugerah yang sangat besar bagi hamba Allah SWT yang bertakwa. Di dalamnya terdapat banyak kesitimewaan, seperti diturunkannya Alquran dan malam-malam yang paling ijabah untuk bermunajat dan berdoa.

"Karena itu, hendaknya kita menjalankan ibadah puasa dengan niat lahir dan batin. Jangan sampai puasa kita hanya bersifat lahiriah," ujarnya.

Ibadah puasa disebut sebagai ibadah yang sangat personal antara makhluk dan Sang Khalik. Setiap umat-Nya diwajibkan puasa untuk melatih diri mengekang hawa nafsu, bukan hanya lapar dan haus, melainkan juga terhadap perbuatan dosa, perkataan kotor, ghibah, dan namimah.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani disampaikan, "Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi dia tidak mendapatkan apa pun dari puasanya tersebut kecuali lapar dan dahaga". Habib Zen menyebut, hal ini terjadi karena masih banyak yang tidak mampu mengekang hawa nafsu yang lain.

Ketika ibadah puasa Ramadhan ditutup dengan merayakan Idul Fitri, umat Islam bisa dikatakan sudah mendapatkan kemenangan (faizin) dalam arti yang sebenarnya. “Bulan Ramadhan merupakan momen untuk melatih menahan hawa nafsu yang harus terus berlanjut agar menjadi hamba yang betul-betul bertakwa.” Baca Selengkapnya';

Apa tujuan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha?

Idul Fitri dirayakan setelah berhasil menahan diri dari dorongan syahwat. Sedangkan Idul Adha dirayakan bersamaan dengan ibadah haji dan penyembelihan hewan kurban sebagai simbol pengorbanan manusia untuk Allah". Merayakan Selesainya Ibadah Haji.

Kenapa bisa ada hari raya Idul Fitri?

Sejarah Hari Raya Idul Fitri berkaitan erat dengan dua peristiwa dalam sejarah Islam, yaitu Perang Badar dan Hari Raya masyarakat Jahiliyah. Perayaan Idul Fitri pertama kali digelar pada tahun ke-2 Hijriah, yaitu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin pada Perang Badar.

Bagaimana Indonesia merayakan Idul Fitri?

Perayaan Idul Fitri dimulai dengan melakukan Sholat Ied pada pagi hari di hari pertama Idul Fitri. Dan setelah itu, umat Islam saling bermaaf – maafan agar bisa kembali ke fitri. Di Indonesia, biasanya umat Islam berkeliling rumah sekitar hingga mendatangi saudara dan kerabat untuk bersilaturahmi.

Apa yang dilakukan saat hari raya Idul Fitri?

Hari raya Idul Fitri selalu identik dengan kegiatan silaturahmi antar keluarga maupun kerabat dan teman-teman terdekat. Maka dari itu, kemungkinan besar Anda akan menerima lebih banyak tamu selama lebaran nantinya. Nah untuk mempersiapkannya, pastikan area rumah bersih dan tertata rapi, ya.