Tulislah lengkap dengan artinya ayat Alquran yang menjelaskan tentang keagungan Alquran

'KITAB ini diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana', demikian bunyi awal ayat QS Al-Jaatsiyah. Surah ini menjelaskan mengenai tanda-tanda keesaan Allah yang bisa ditemukan di langit dan bumi.

'Sungguh, pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah bagi orang-orang mukmin'. Dijelaskan pada ayat ke-3 tersebut bahwa ada tanda kekuasaan Allah bagi manusia yang mau percaya.

Selain itu, tidak hanya di langit dan bumi. Tanda-tanda keesaan Allah juga dikatakan pada ayat selanjutnya, yakni terdapat dalam penciptaan manusia. 'Dan pada penciptaan dirimu, pada makhluk yang bergerak dan bernyawa yang bertebaran di bumi, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk kaum yang meyakini'.

Melalui ayat ini manusia diminta mengenal dirinya bahwa dalam penciptaan manusia ada kekuasaan Allah. Dengan menciptakan manusia berawal dari pertemuan sperma dan telur. Semua Allah yang mengatur.

Selain itu, ayat ke-5 surah ini mengatakan, pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit. Itu dihidupkan-Nya bumi yang mati.

Pada perkisaran angin juga terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang mengerti. Ayat-ayat tersebut merupakan rambu-rambu, petunjuk bagi manusia yang ingin mengetahui Allah.

Di bumi ada banyak sekali tanda bukti-bukti tentang kuasa Tuhan dalam keindahannya. Ayat ini sebagai rambu perjalanan menuju Tuhan bagi orang-orang yang ingin bertemu Allah.

Lalu, pada ayat ke-6 hingga ayat selanjutnya, dalam surah ini digambarkan bagaimana orang-orang yang tidak mengindahkan rambu serta petunjuk dari Allah. 'Celakalah bagi setiap orang yang banyak berdusta dan banyak berdosa, yaitu orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepadanya, tetapi dia tetap menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengar. Maka peringatkanlah dia dengan azab yang pedih'.

Dikatakan pula bahwa celakalah orang-orang yang mengetahui ayat-ayat Allah, tetapi mereka menjadikannya olok-olok. Mereka akan mendapatkan azab.

'Neraka jahanam ada di hadapan mereka. Tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang mereka usahakan, dan tidak bermanfaat apa yang mereka jadikan sebagai pelindung, selain Allah dan mereka mendapatkan azab yang besar'.

Mereka orang yang menyadari ada sesuatu balasan di akhirat, tapi diabaikan karena perhatiannya hanya terfokus pada dunia. Mereka akan mendapatkan siksa yang besar.

Kemudian, pada ayat ke-10, Allah kembali menegaskan bahwa Alquran ialah petunjuk dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah akan mendapatkan siksa yang pedih.

Kesimpulan dari ayat-ayat dalam surah ini ialah Alquran sebagai petunjuk sepanjang masa untuk orang bertakwa. Alquran ialah petunjuk yang sempurna yang dapat dimanfaatkan siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Orang yang mengingkari ayat Allah akan mendapat siksa yang pedih.

Ada orang-orang yang mengabaikan Alquran, bahkan yang lebih buruk lagi mereka yang sudah tahu ayat-ayat Alquran tapi mengabaikannya sebagai petunjuk. Selain itu, tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah dapat ditemukan pada ciptaannya, yakni langit, bumi, bahkan manusia. (Ind/H-1)

Alquran menegaskan sunnah merupakan wahyu dari Allah SWT

Republika/Mardiah

Alquran menegaskan sunnah merupakan wahyu dari Allah SWT. Ilustrasi Rasulullah

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terdapat bukti dalam dalil Alquran bahwa sunnah yang dilakukan Rasulullah SAW merupakan bagian dari wahyu yang diturunkan Allah SWT.

Baca Juga

Beberapa dalil-dalil bukti sunnah adalah juga wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad sekalipun bukan melalui malaikat Jibril di antaranya sebagaimana dikutip dari laman Alukah berikut:   

1. Surat An Najm ayat 3-4  

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ.إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Alquran ) menurut keinginannya. Tidak lain (Alquran  itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” 

Dalil tersebut menunjukkan bahwa sunnah adalah wahyu dari Tuhan untuk Rasul-Nya dan bahwa dia sempurna dalam apa yang dia ceritakan tentang Allah SWT yang satu  dan hukumnya, karena perkataannya bukan berasal dari nafsu, melainkan dari wahyu.

2. Surat Al Anam ayat  50

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

“Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"  

Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah hanya mengikuti wahyu dan dibatasi aturan Allah. Apa yang Rasul lakukan adalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadanya. Rasul bukanlah seorang utusan sampai ia membawa mukjizat dan bertanggung jawab dengan mukjizat yang diberikan kepadanya.  

3. Surat An Nisa ayat 113 

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ ۖ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْءٍ ۚ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا

“Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Alquran ) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar.” 

4. Surat Al Imran ayat 164

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Alquran ) dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” 

Dua ayat diatas menjadi bukti bahwa Rasulullah mendapatkan wahyu berupa Alquran dan sunnah.

Sumber: alukah

Jakarta -

Verbalisasi petunjuk Allah dalam bentuk Kitab Al-Qur'an yang menggunakan bahasa Arab menempatkan posisi bahasa ini bukan hanya sebagai bahasa petunjuk ajaran Islam tetapi juga sebagai bentuk lahir dari Al-Qur'an itu sendiri. Bahkan keberadaan bahasa Arab menurut S.H. Nasr dapat disejajarkan dengan tubuh Kristus. Keagungan bahasa Arab bukan sebagai bahasa kultural atau bahasa ilmiah tetapi karena menjadi bagian integral dari Al-Qur'an. Bahasa Arab menjadi semacam lokus manifestasi Kalam Allah. Untuk hal-hal yang bersifat kultural-psikologis mungkin bahasa Persi yang tidak kalah menariknya, untuk bahasa ilmiah mungkin ada bahasa Inggris atau bahasa Eropa lainnya lebih kaya dengan vocab ilmiahnya, akan tetapi bahasa Arab menjadi lebih penting karena sekaligus menjadi bahasa ritual keagamaan dalam tradisi Islam. Sejumlah ibadah dan ritus keagamaan tidak sah atau batal kalau menggunakan bahasa selain bahasa Arab.

Al-Qur'an sendiri menekankan pentingnya bahasa Arab sebagaimana disebutkan dalam ayat: Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan (cita-rasa bahasa) Arab yang jelas. (Q.S. al-Syura/26:192-195). Dipertegas lagi dengan ayat lainnya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Q.S. Yusuf/2:2). Ayat pertama menggunakan istilah lisanan 'arabiyyan berarti cita rasa bahasa Arab dan yang kedua menggunakan qur`anan 'arabiyyan berarti Al-Qur'an yang berbahasa Arab. Yang pertama mengesankan logika, dialektik, semantik dan spiritual kearaban dan yang kedua mengesankan linguistik bahasa Arab. Karena itu bunyi, fonetik, pengucapan (makhraj) Al-Qur'an juga memegang peran penting dalam ritus keagamaan Islam.

Meskipun dalam beberapa ayat menegaskan Al-Qur'an berbahasa Arab tidak berarti Al-Qur'an hanya untuk atau lebih heavy kepada orang-orang atau etnik Arab. Banyak orang yang tidak memahami bahasa Arab tetapi bisa menjadi ahli ibadah, sufi, dan ilmuan muslim yang lebih baik daripada orang-orang yang mengerti bahasa Arab. Kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh kemampuannya di dalam berbahasa Arab tetapi siapa yang paling bertaqwa, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. (Q.S. A-Hujurat/49:13). Banyak ilmuan Islam sangat tersohor dalam bidang keilmuannya masing-masing, bahkan Muhammad Yunus dari Pakistan, tidak menguasai bahasa Arab tetapi meraih hadiah Nobel dalam bidang ekonomi.

Memang harus diakiui bahwa orang-orang yang mengerti bahasa Arab Al-Qur'an berpotensi memahami lebih mendalam makna bahasa batin Al-Qur'an. Keistimewaan bahasa Arab sangat kaya dengan kosa kata spiritual. Sebagai ilustrasi kosa kata yang berhubungan dengan cita di dalam Lisan al-'Arab, tidak kurang dari 14 kosa kata, antara lain: Al-hub, al-dalal, al-hiyam, al-'isyq, al-khullah,al-wajd, al-naulah, al-fana', dst. Bandingkan di dalam kosa kata bahasa Indonesia/Melayu tidak cukup tersedia kosa kata untuk menerjemahkan kosa kata yang digunakan Al-Qur'an. Jika seseorang memiliki kemampuan Ilmu Balagah, salah satu cabang dari sastra Arab, maka pasti bisa ta'jub dan merasakan indahnya nilai sastra (balagah) Al-Qur'an. Akan tetapi orang yang tidak memahami ilmu bahasa Arab mungkin sulit membedakan antara Al-Qur'an dan syair-syair bahasa Arab. Sebagai contoh, Kitab Barzanji, sebuah kisah Nabi Muhammad yang diungkapkan dengan bahasa Syair, luar biasa indahnya susunan katanya, tetapi tidak ada apa-apanya dibanding dengan bahasa Al-Qur'an. (Bersambung).

Prof. Nasaruddin Umar

Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta


Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)

(erd/erd)