Fungsi alternatif yang dihasilkan oleh tanaman jarak dan kotoran hewan adalah

Sobat Madani, pernahkah kalian mendengar kata Biofuel atau bahan bakar nabati? Kalau pernah, apakah kalian tahu apa itu biofuel? Mungkin ada sebagian dari Sobat Madani yang mengetahuinya, tapi juga ada yang belum tahu atau bahkan sama sekali tidak mengetahuinya sama sekali. Lantas apa itu biofuel?

Secara umum, Biofuel adalah bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan, namun lebih cenderung dari tumbuhan.

Biofuel itu sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yakni bioetanol, biodiesel, dan biogas. Pertama, Bioetanol. Bioetanol sendiri adalah alkohol yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti gandum, tebu, jagung, singkong, ubi, buah-buahan, hingga limbah sayuran. Untuk mendapatkan alkohol, tumbuhan di atas harus melewati proses fermentasi terlebih dahulu.

BACA JUGA: Moratorium Sawit, Penting Diperpanjang dan Diperkuat 

Kedua, Biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak kedelai, minyak rapeseed (sejenis bunga), minyak buah jarak, hingga minyak bunga matahari. Di Hawaii, biodiesel terbuat dari minyak goreng bekas. Kalau di Jepang, biodieselnya terbuat dari minyak bekas dari restoran. 

Nah, kalau di Indonesia bahan bakar nabati kebanyakan dibuat dari bahan minyak sawit mentah. Alhasil, ekspansi lahan pun terjadi sehingga menyebabkan hutan di Indonesia berkurang signifikan demi memenuhi kebutuhan pembuatan bahan bakar nabati. Kasihan, ya, hutan Indonesia.  

Bukan hanya itu, biodiesel juga bisa dibuat dari minyak hewan, tapi kebanyakan negara di dunia membuatnya dari tumbuh-tumbuhan.

Ketiga, Biogas. Biogas adalah bahan bakar yang berasal dari hasil fermentasi sampah tumbuhan atau kotoran (manusia atau hewan). Saat difermentasi, sampah atau kotoran itu akan mengeluarkan gas. Nah, gas itulah yang disebut dengan biogas.

Biogas biasanya digunakan untuk menyalakan listrik atau kompor. Oiya, biogas jauh lebih bersih, daripada batu bara. Selain itu, energi yang dihasilkan lebih besar dan karbon dioksida yang dihasilkan juga lebih sedikit. Keren, kan?

Bagaimana biofuel dihasilkan?

Tahukah kamu, ada dua jenis utama bahan baku dari biofuel yakni yang dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi. Produk makanan manusia seperti gula, pati, atau minyak sayur dijadikan biofuel melalui metode konvensional yakni transesterifikasi (seperti yang telah disebutkan di atas). 

BACA JUGA: TIKTOK CHALLENGE: Temukan dan Ceritakan Bahan Bakar Nabati di Sekitarmu 

Biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman non pangan, limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju seperti hydrocracking. Pada proses ini bahan baku dipecah dengan adanya hidrogen dalam menghasilkan biofuel. 

Apakah Menurutmu Biofuel adalah Energi Alternatif yang baik?

Sebagai upaya mengatasi krisis iklim dunia, mengurangi bahkan menghentikan pemanfaatan energi fosil menjadi sebuah keniscayaan. Namun, banyak negara terlihat sulit untuk menghentikan pemanfaatan energi fosil karena efek ketergantungan yang sangat kuat. Misalnya, saja pada minyak bumi dan gas, bahkan pada batu bara yang harganya relatif murah. 

Kesulitan dalam mengatasi hal tersebut membuat banyak pihak menganjurkan untuk mengalihkan dan mengurangi pemanfaatan sumber energi dari bahan bakar fosil dengan memanfaatkan bahan bakar nabati. 

Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, biofuel seperti etanol menghasilkan karbon dioksida hingga 48 persen lebih sedikit daripada bensin konvensional sementara penggunaan biodiesel hanya melepaskan seperempat jumlah karbon dioksida yang dikeluarkan diesel konvensional. Hal ini menjadi pilihan yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Nah, Sobat Madani, suatu saat bahan bakar fosil akan tidak dimanfaatkan lagi karena dampak kerusakan lingkungan salah satunya krisis iklim yang diakibatkannya. Menuju transisi energi bersih yang lebih terbarukan, meninggalkan energi fosil dengan beralih memanfaatkan biofuel dinilai cukup realistis, bukan. Bagaimana menurut kalian?

Sumber

bahan bakar nabati bioavtur biodiesel bioethanol biofuel biomassa biosolar

Fungsi alternatif yang dihasilkan oleh tanaman jarak dan kotoran hewan adalah

ITB Kampus Ganesha

Jl. Ganesa 10 Bandung - Jawa Barat, Indonesia


Bayangkan jika di dunia ini tidak ada lagi bahan bakar fosil. Apa yang akan digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan Anda? Bagaimana memasak makanan sehari-hari Anda? Apa yang membuat pembangkit listrik dan industri dapat berjalan dengan baik? Kita membutuhkan biofuel – sumber energi alternatif terbarukan yang terbuat dari minyak kelapa sawit.

Apa itu biofuel?

Biofuel secara umum adalah bahan bakar dari biomassa (materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan). Setiap produk biofuel diproduksi secara berbeda. Misalnya ethanol diproduksi dengan cara fermentasi jagung atau tebu, sedangkan biodiesel diproduksi dengan cara menghancurkan lemak hewani atau tumbuhan dengan adanya methanol. Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) melalui proses transesterifikasi, dimana secara kimia bereaksi dengan alkohol seperti methanol atau ethanol untuk memproduksi biodiesel.

Bagaimana biofuel dihasilkan?

Ada dua jenis utama bahan baku biofuel: dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi. Produk makanan manusia seperti gula, pati, atau minyak sayur dijadikan biofuel melalui metode konvensional yakni transesterifikasi (seperti yang telah disebutkan di atas). Biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman non pangan, limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju seperti hydrocracking. Pada proses ini bahan baku dipecah dengan adanya hidrogen dalam menghasilkan biofuel. Yang menarik adalah bahan baku seperti minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel melalui metode konvensional dan lanjutan tergantung dari keadaannya.

Dimana biofuel dapat digunakan?

Biofuel sering menjadi alternatif untuk bahan bakar konvensional yang digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan kita. Namun sebenarnya biofuel dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan energi manusia. Penggunaan biofuel meliputi:

Fungsi alternatif yang dihasilkan oleh tanaman jarak dan kotoran hewan adalah

Transportasi: Mobil, bus, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang dan kendaraan air

Pembangkit Listrik: Peralatan listrik

Pemanas: Kompor dan peralatan memasak lainnya

Apakah biofuel merupakan alternatif energi yang tepat?

Dunia telah mengalami mencairnya permukaan es, meningkatnya suhu udara dan terjadinya bencana alam. Ilmuwan mengemukakan bahwa salah satu alasan utama perubahan iklim yang drastis ini adalah akibat konsumsi bahan bakar fosil yang berlebihan dan terlepasnya gas rumah kaca ke atmosfir yang menipis.

Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, biofuel seperti ethanol menghasilkan karbon dioksida hingga 48 persen lebih sedikit daripada bensin konvensional sementara penggunaan biodiesel hanya melepaskan seperempat jumlah karbon dioksida yang dikeluarkan diesel konvensional. Hal ini menjadi pilihan yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Tidak seperti bahan lain yang tak terbaharui, biofuel dapat diproduksi terus-menerus karena kita selalu dapat menanam lebih banyak tanaman untuk menjadi bahan bakar. Terlebih lagi komunitas ilmuwan telah menunjukkan tingkat produktivitas tanaman nabati yang lebih tinggi dapat menangani beberapa masalah deforestasi yang erat kaitannya dengan biofuel. Oleh karena itu minyak kelapa sawit yang memiliki hasil panen tertinggi di antara tanaman nabati lainnya diyakini menjadi bahan baku paling ekonomis untuk biodiesel. Siklus hidup pohon kelapa sawit 30 tahun juga berarti nilai penyerapan karbon yang dilepaskan ke atmosfer tinggi.

Pada masa yang akan datang mungkin tak ada lagi bahan bakar fosil dan kita dapat menggunakan biofuel sebagai sumber energi alternatif yang aman dan terbarukan.

Menyebut kata kotoran, termasuk kotoran hewan, pikiran kita langsung tertuju pada rasa bau yang tidak sedap, menjijikkan, sehingga selalu berupaya untuk menjauhinya. Namun, apakah kotoran hewan dan manusia harus selalu dihindari karena bau yang tidak sedap dan menjijikkan? Tentu tidak!

Dengan perkembangan teknologi dan kekuatan daya kreatif dan inovatif manusia, kotoran hewan bahkan kotoran manusia bisa menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi. Kotoran hewan tidak saja menjadi sumber energi tapi juga menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.

Di tangan Rumah Biru (RE), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkantor pusat di Jalan Pejaten Barat, Jakarta Selatan dengan salah satu cabang di Klaten, Jawa Tengah, kotoran hewan seperti sapi, kambing, kerbau, ayam bahkan kotoran manusia, mampu mengubah kotoran hewan bahkan kotoran manusia menjadi barang bernilai ekononomi tingi. Melalui program Biogas Rumah (Biru), RE tidak hanya mengubah kotoran hewan dan manusia menjadi sumber energi terbarukan (biogas) tapi juga menjadi pupuk (bio-slurry) yang mampu menyuburkan tanah dan meningkatkan produktifitas tanaman.

Koordinator Provinsi Rumah Energi Klaten, Jawa Tengah Wllhelmus Leang mengatakan, proses pengolahan kotoran hewan menjadi biogas dan pupuk diawali dengan pembuatan reaktor atau semacam septic tank berbentuk bundar dengan kapasitas yang bervariasi mulai dari 4 meter kubik (m3), 6 m3, 8 m3 10 m3 dan 12 m3 tergantung kapasitas kotoran yang dihasilkan hewan dengan diameter antara 1,75 meter persegi hingga 2 meter persegi. Kotoran dimasukkan ke reaktor melalui inlet (tempat mencampur kotoran hewan dan air). Dengan menggunakan pipa inlet, campuran kotoran dan air yang di-mixer, terutama untuk kotoran sapi, masuk ke reaktor.

“Di dalam reaktor, campuran kotoran hewan dan air berfermentasi dan menghasilkan gas. Dan di permukaan reaktor dibuatkan kubah (mirip tutup panci, red) untuk menampung gas yang dihasilkan dan dialirkan ke atas melalui pipa utama. Dan dari katup dan pipa gas utama, gas disalurkan ke titik pengguna (dapur) atau untuk keperluan lain misalnya penerangan (petromax),” kata William, pria asal Larantuka, Flores Timur, NTT ini.

Menurut William pembangunan reaktor berlangsung antara 7-13 hari, tidak termasuk masa penggalian tanah. Sementara biaya pembuatan satu reaktor sangat bervariasi tergantung ketersediaan dan harga material. “Umumnya antara Rp 8 juta hingga Rp 13 juta,” kata William yang sudah berekspansi ke Pulau Flores, NTT ini.

William-sapaan Wilhelmus Leang-mengaku, dari sekian jenis kotoran, kotoran babi, manusia dan burung puyuh yang mudah dan mampu menghasilkan energi dan pukuk organik berkualitas. Selain karena lembut/lembek dan mudah cair, makanan babi juga bervariasi, sementara kotoran sapi selain agak keras sehingga harus di-mixer sebelum dimasukkan ke reaktor, juga karena makanan sapi hanya satu jenis yakni rumput.

Hingga saat ini RN sudah beroperasi di sekitar 13 provinsi di Indonesia. Melalui program rumah biru, pihaknya ingin mengubah kotoran hewan menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini juga sebagai upaya untuk mencegah limbah atau kotoran hewan yang mencemarkan lingkungan dengan menyebarkan bau tak sedap di sekitarnya. (red)

(Sumber: https://kumparan.com/tugujogja/mengubah-kotoran-hewan-jadi-sumber-energi-alternatif)

16 Maret 2018