Ketika Maulana Ishak pergi ke Pasai dan tidak kembali lagi ke tanah jawa, Jaka Samudra diangkat oleh Nyai Gede Maloka seorang janda kaya raya. Menjelang dewasa, Jaka Samudra pergi berguru kepada Sunan Ampel. Disanalah Jaka Samudra bersabahat dengan Maulana Makdum Ibrahim purta dari anak Sunan Ampel gelarnya “Sunan Bonang”. Dan Jaka Samudra di beri gelar oleh Sunan Ampel dengan gelar “Raden Paku”. Mereka berdua diperintahkan untuk pergi ketanah suci dan di perjalanan diperintahkan untuk bersinggah di terlebih dahulu di Pasai (Aceh). Rden Paku dan Maulana Makdum menuntut ilmu kepada ulama disana, disana Raden Paku diberi gelar olrh gurunya diberi nama “Ainul Yaqin”. Setelah selesai Raden Paku dan Maulana Makdum kembali ke tanah jawa kemudian Raden Paku mendirikan pesantren di Giri dan mengajarkan agama islam kepada murid muridnya. Nama kecil Sunan Giri adalah Jaka Samudra. Ayahnya bernama Maulana Ishak berasal dari Pasai dan ibunya bernama Dewi Sekardadu, putri dari kerajaan Belambangan, Jawa Timur. Sunan Giri adalah salah satu seseorang walisongo dan pendiri kerajaan Kedaton, yang ada di daerah Gresik, dan berpengaruh bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Sunan Giri banyak mempunyai nama panggilan : Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Joko Samudro. Sunan Giri merupakan cucu putri Pasai dan Dipati Hangrok yang melahirkan seorang putra, putra ini menikah dengan putri Raja Bali dan melahirkan Pangeran Giri.
By: Latifatur Rohmah tirto.id - Sunan Giri adalah salah seorang ulama Wali Songo, majelis penyebar dakwah Islam pertama di Jawa dalam sejarah Indonesia atau Nusantara, pada abad ke-14 Masehi seiring munculnya Kesultanan Demak dan menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit.Selain sebagai ulama dan pendakwah yang giat menyebarkan syiar Islam, Sunan Giri ternyata juga bertakhta sebagai seorang raja dengan Prabu Satmoto. Ia memerintah Kerajaan Giri Kedaton pada 1487-1506, berkedudukan di Gresik, Jawa Timur.Sunan Giri punya banyak nama lain atau julukan, di antaranya adalah Joko Samudro, Raden Paku, dan Muhammad Ainul Yaqin. Sebelum menyebarkan Islam, ia berguru kepada Sunan Ampel di Pesantren Ampeldenta, Surabaya. Dilansir dari Disparbud Gresik, saat ini makam Sunan Giri terletak di atas bukit di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Nasab dan Kelahiran Sunan GiriIbu Sunan Giri adalah Dewi Sekardadu, putri bangsawan Menak Sembuyu dari wilayah Kerajaan Blambangan atau Banyuwangi. Ayahnya adalah Maulana Ishak, seorang mubalig yang datang dari Asia Tengah.Hikayat Banjar menyebutkan bahwa Sunan Giri atau Pangeran Giri masih punya garis keturunan dari Kesultanan Samudera Pasai, Kerajaan Majapahit, dan salah satu kerajaan di Bali.Dilansir dari laman Desa Giri, jika ditarik lebih jauh lagi, nasab Sunan Giri sampai ke Nabi Muhammad SAW dari jalur Husain bin Ali RA, Ali Zainal Abidin, dan seterusnya. Catatan nasab Sunan Giri ini diterakan oleh Saadah Baalawi dari Hadramaut dan dipercaya sebagai sumber sahih di beberapa pesantren di Jawa Timur. Kisah kelahiran Sunan Giri bermula dari ajakan Maulana Ishak kepada mertuanya, Menak Sembuyu, untuk masuk Islam. Menak Sembuyu yang merupakan penguasa wilayah Blambangan di akhir masa Majapahit marah karena diminta meninggalkan keyakinannya. Akibatnya, Maulana Ishak diusir dari Blambangan. Saat itu, istri Maulana Ishak, Dewi Sekardadu, sedang hamil tua. Mereka dipisahkan oleh Menak Sembuyu. Dewi Sekardadu dipaksa tetap di Blambangan, sementara Maulana Ishak meneruskan perjalanannya ke daerah lain. Merana karena ditinggal suaminya, Dewi Sekardadu akhirnya meninggal saat melahirkan seorang bayi pada 1442 di Blambangan. Bayi inilah Pangeran Giri alias Sunan Giri.Diceritakan, saat itu terjadi wabah besar di Blambangan. Menak Sembuyu berkeyakinan bahwa pagebluk itu berkaitan dengan bayi laki-laki Maulana Ishak yang dilahirkan putrinya, Dewa Sekardadu. Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo (2016) menuliskan, untuk mengusir wabah, bayi itu diletakkan di sebuah peti dan dihanyutkan ke tengah laut. Peti itu lalu tersangkut di kapal milik Nyai Pinatih yang sedang bertolak ke Bali Oleh Nyai Pinatih, bayi itu dijadikan anak angkat dan diberi nama Joko Samudro karena ditemukan di tengah laut atau samudra. Ketika beranjak besar, Joko Samudro kemudian dipondokkan di pesantren Ampeldenta, Surabaya. Di pesantren itu, di bawah bimbingan Sunan Ampel, ia berganti nama menjadi Muhammad Ainul Yaqin.Joko Samudro alias Muhammad Ainul Yaqin mulai dikenal sebagai Sunan Giri sejak memimpin pondok pesantren sekaligus kedaton di Gresik.Ajaran Dakwah Sunan Giri & WafatnyaMuhammad Ainul Yaqin mendirikan pesantren usai menuntut ilmu di pesantren Ampeldenta di bawah bimbingan Sunan Ampel. Ia juga berhaji dan memperdalam keislaman di Mekah sebelum mendirikan pesantren tersebut.Pondok pesantren yang didirikan Ainul Yaqin terletak di kawasan Giri atau daerah Gresik sekarang. Maka, ia kemudian dikenal dengan nama Sunan Giri.Alik Al Adhim dalam buku Kerajaan Islam di Jawa (2012) menuliskan bahwa selain melalui jalur pendidikan, Sunan Giri juga berdakwah lewat karya-karya seni yang ia ciptakan, seperti tembang atau lagu dan permainan anak-anak. Permainan anak-anak yang dibuat oleh Sunan Giri di antaranya adalah Jelungan, Jamuran, Gendi Gerit, dan lainnya. Sedangkan tembang anak-anak yang ia ciptakan sebut saja Padang Bulan, Jor, Gula Ganti, dan Cublak-cublak Suweng. Seperti halnya para Wali Songo lainnya, Sunan Giri juga berupaya merangkul tradisi lokal dan memadukannya dengan dakwah Islam, seperti selametan, acara di keramaian, dan upacara-upacara lainnya.Taktik dakwah seperti ini cukup efektif dalam menarik hati warga yang kemudian bersedia memeluk agama Islam.Kharisma dan pengaruh Sunan Giri berhasil menggalang rakyat untuk bertahan ketika Kerajaan Majapahit terpecah-belah sebelum akhirnya runtuh lantaran serangan dari Kesultanan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.Bersama para santri dan warga sekitar, Sunan Giri mempertahankan wilayah Giri dan mendirikan Kerajaan Giri Kedaton atau Kedatuan Giri. Sunan Giri wafat pada 1506 M. Jakarta - Sunan Giri merupakan putra dari Syekh Maulana Ishaq. Ibunya bernama Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu yang tak lain adalah Raja Blambangan. Sunan Giri juga dikenal dengan nama Raden Paku, Muhammad Ainul Yaqin, Joko Samudro, dan Sultan Abdul Faqih. Ada sejarah tersendiri untuk setiap nama yang dimilikinya. Salah satunya asal-usul Joko Samudro. Dikisahkan pada saat masih bayi Sunan Giri pernah mengalami masa pembuangan oleh kakeknya, Prabu Menak Sembuyu. Seperti dikutip dari Buku Sejarah Kebudayaan Islam, Prabu Menak Sembuyu merasa iri atas keberhasilan menantunya (Syekh Maulana Ishaq) dalam menyebar agama Islam di Blambangan. Syekh Maulana Ishaq memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya, Aceh karena keberadaannya terancam. Pada saat itu Sunan Giri masih berada dalam kandungan. Setelah lahir, Prabu Menak Sembuyu melampiaskan keiriannya kepada cucunya sendiri. Ia memasukkan Sunan Giri ke peti lalu membuangnya ke laut. Saat berada di laut, Sunan Giri ditemukan oleh seorang saudagar kaya yang tengah berlayar, Nyai Ageng Pinatih namanya. Kemudian ia dijadikan anak angkat. Karena bayinya ditemukan di laut akhirnya ia diberi nama Joko Samudro oleh Nyai Ageng Pinatih. Pada usia 11 tahun, Sunan Giri diantarkan oleh ibu angkatnya ke sebuah pesantren untuk berguru kepada Sunan Ampel di Ampeldenta, Surabaya. Di sanalah ia mendapatkan banyak ilmu dari gurunya. Diceritakan dalam buku yang sama, Sunan Giri sempat diminta meneruskan usaha ibu angkatnya untuk berdagang. Namun, ia lebih memilih untuk menyebarkan agama Islam dan mendirikan pondok pesantren. Sunan Giri dikenal dengan gaya dakwah pesantren. Ia banyak mengajari santri-santrinya lewat permainan anak-anak. Permainan yang ia buat dan masih terkenal hingga saat ini antara lain Jelungan dan Cublak-cublak Suweng. Klik halaman selanjutnya
Simak Video "Benda Peninggalan Sunan Giri, Gresik" [Gambas:Video 20detik] |