Sunah-sunah dalam melaksanakan ibadah haji adalah

Sunah-sunah dalam melaksanakan ibadah haji adalah

sunah-sunah ihram - Ilustrasi jamaah haji melaksanakan ibadah haji di Masjidil Haram, Mekkah. (Pexels)

Dikutip dari laman haji.kemenag.go.id, sunah-sunah ihram antara lain sebagai berikut.

Suara.com - Umat muslim di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah haji 2022 di Baitullah (Rumah Allah) di Kota Mekkah. Para jamaah haji di seluruh dunia dapat mengetahui amalan-amalan haji baik wajib maupun sunnah-nya, terlebih sunah-sunah ihram. 

Ikhram merupakan tanda kesiapan seseorang melakukan haji dan umrah. Dengan melaksanakan ihram, seseorang mengunakan pakaian ihram, berniat, dan siap melakukan seluruh rangkaian haji serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Dikutip dari laman haji.kemenag.go.id, sunah-sunah ihram antara lain sebagai berikut.

1. Mandi

Mandi merupakan sunah ihram sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan At-Tirmidzi. Dari Zaid bin Tsabit, beliau melihat Rasulullah SAW mengganti pakaiannya untuk ihram lalu mandi. (HR. At-Tirmidzi).

Baca Juga: Syarat Sai Haji Menurut Kemenag, Simak Sebelum Berangkat ke Tanah Suci

2. Memakai wangi-wangian pada tubuhnya

Menggunakan wangi-wangian saat ihram ini sebagaimana dari Aisyah R.A., ia berkata, “Aku pernah memberi wewangian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahallulnya sebelum melakukan thawaf di Ka’bah.” (Muttafaq ‘alaih)

3. Memotong kuku dan merapikan jenggot, rambut ketiak dan rambut kemaluan

Jamaah haji disunahkan untuk memotong kuku, merapikan jenggot, rambut ketiak dan rambut kemaluan sebelum berihram. Hal ini untuk menjaga umat muslim saat berihram tetap bersih sebelum berihram. Pasalnya, saat berihram, uamt muslim dilarang untuk memotong kuku dan mencukur rambut.

4. Memakai kain ihram berwarna putih

Baca Juga: Apa Saja Syarat Sah Tawaf? Ini Penjelasannya dan Amalan Sunnah yang Perlu Dilakukan

Mengenakan kain ihram berdasarkan hadist Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah beliau menyisir rambut dan memakai minyak, lalu beliau dan para Sahabat memakai rida’ dan izar (kain ihram yang atas dan yang bawah).


    Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, “Sesungguhnya semua amalan itu tergantung pada niatnya, dan setiap balasan satu amal tergantung pada niat pelakunya.” [HR. Bukhari]

    2 - Sa’i antara Shafa dan Marwah.

    Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, “Bersa’ilah kalian karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian.” [HR. Ahmad]

    3 - Wukuf di Arafah.

    Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, “Pelaksanaan haji adalah wukuf di Arafah.” [HR. Tirmidzi]

    4 - Thawaf Ifadhah.

    Dalilnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan hendaklah mereka berthawaf di rumah Allah Yang jauh.” (Al-Hajj: 29).

    Peringatan . . .

    Barangsiapa yang meninggalkan salah satu rukun haji, maka hajinya tidak sempurna dan ia wajib menggantinya

    Kewajiban-kewajiban Haji

    1 - Ihram dari Miqat.

    Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, “Miqat-miqat tersebut diperuntukkan bagi penduduknya dan semua orang yang melaluinya yang hendak menunaikan haji atau umrah.” [HR. Bukhari]

    2 - Wuquf dari Arafah sampai terbenamnya matahari.

    sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam.

    3 - Bermalam di Muzdalifah,

    sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, beliau bersabda, “Hendaklah umatku mencontohi manasikku karena aku khawatir aku tidak berjumpa lagi dengan mereka tahun depan.” [HR. Ibnu Majah] Rasulullah juga mengizinkan mereka yang berfisik lemah untuk meninggalkan Muzdalifah pada tengah malam. Hal ini sebagai bukti bahwa bermalam di Muzdalifah adalah sebuah keharusan dalam haji.

    4 - Bermalam di Mina selama dua malam di hari-hari tasyriq.

    Sebagaimana dijelaskan bahwa “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam memberikan keringanan bagi para jamaah untuk bermalam di Mina.” [HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya]

    5 - Melempar jumrah.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.” (Al-Baqarah: 203). Yang dimaksud dengan hari-hari yang telah di tentukan adalah hari-hari Tasyriq.

    Melempar jumrah termasuk aktivitas dzikir kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya perintah thawaf di Baitullah, sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah adalah untuk berdzikir kepada Allah”. [HR. Abu Dawud]

    6 - Menggundul atau mencukur rambut.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kalian akan memasuki Masjid Al-Haram insya allah dalam keadaan aman sambil menggundul kepala kalian atau memendekkan rambut kalian.” (Al-Fath: 27).

    7 - Thawaf Wada’.

    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma ia berkata, “Manusia diperintahkan untuk menjadikan thawaf sebagai aktivitas terakhir mereka di Makkah sekalipun bagi mereka yang haid tidak diwajibkan sebagai bentuk keringanan bagi mereka.” [HR. Muslim]

    Sunnah-Sunnah Haji

    1 - Mandi saat ihram

    2 - Berihram memakai dua lembar kain putih satu dijadikan selendang dan yang satu dijadikan sarung

    3 - Melantunkan talbiyah sambil mengeraskan suara

    4 - Thawaf Qudum bagi mereka yang memilih Haji Qiraan atau Haji Ifraad

    5 - Berlari-lari kecil di tiga putaran pertama pada Tawaf Qudum

    6 - Al-idhbaa’ pada saat thawaf qudum atau umrah. Yaitu dengan menampakkan pundak sebelah kanan

    7 - Bermalam di Mina di malam hari Arafah

    8 - Mencium Hajar Aswad

    9 - Menjamak salat Maghrib dan Isya’ di Muzdalifah dengan jamak taqdim

    10 - Bermalam di Muzdalifah dekat masy’aril haram mulai dari terbit fajar hingga waktu syuruq jika memungkinkan. Jika tidak, maka semua tempat di Muzdalifah bisa digunakan untuk bermalam

    Sunnah Haji

    Barang siapa yang meninggalkan salah satu sunnah haji, ia tidak dibebankan denda apapun dan hajinya dianggap sah dan sempurna.

    Kewajiban Haji

    Barang siapa yang meninggalkan salah satu kewajiban haji, ia wajib membayar dam (denda materi pada saat haji) yang akan menutupi kekurangan tersebut.

Sunah-sunah dalam melaksanakan ibadah haji adalah

(Foto: delfi.ee) (Foto: delfi.ee)

Ibadah haji terdiri atas rukun haji, wajib haji, dan sunnah-sunnah haji. Semua ini yang membuat ibadah haji menjadi sempurna. Masing-masing semua itu memiliki konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagian darinya berimplikasi serius bagi manasik haji jamaah yang bersangkutan.

Syekh Abu Syuja dari mazhab Syafi’i dalam Taqrib-nya menyebut tujuh hal yang menjadi sunnah-sunnah haji:

1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah.

2. Talbiyah, (membaca "Labbaik allahumma labbaik").

5. Shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat.

Namun demikian, pandangan Abu Syuja diberi catatan oleh para ulama Syafiiyah sesudahnya. KH Afifuddin Muhajir mendokumentasikan catatan verifikasi para ulama Syafiiyah tersebut. Menurutnya, sebagian sunnah haji yang disampaikan Syekh Abu Syuja masuk ke dalam wajib haji, bukan sunnah haji.

و) الرابعة (المبيت بمزدلفة) ليلة النحر. وعده من السنن مرجوح والمعتمد أنه واجب

Artinya, “Keempat (mabit di Muzdalifah) pada malam nahar (9 Dzulhijjah). Pendapat yang menganggap mabit di Muzdalifah ini lemah. Menurut pendapat yang muktamad, mabit di Muzdalifah itu masuk wajib haji,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91).

Kiai Afif mengatakan bahwa pendapat yang memasukkan mabit di Muzdalifah sebagai sunnah haji lemah. Pendapat yang dapat diandalkan menempatkan mabit di Muzdalifah sebagai wajib haji. Catatan ini juga dinyatakan perihal kesunnahan mabit di Mina pada malam-malam hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

ـ (و) السادسة (المبيت بمنى) ليالي أيام التشريق الثلاثة والمعتمد أنه واجب

Artinya, “Keenam (mabit di Mina) pada malam-malam Tasyriq. Menurut pendapat yang muktamad, mabit di Mina itu masuk wajib haji,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91).

Catatan Kiai Afif terakhir perihal sunnah-sunnah haji adalah tawaf wada‘. Thawaf wada‘ merupakan wajib haji menurut pandangan ulama syafi’iyah yang lebih shahih.

ـ (و) السابعة (طواف الوداع) عند إرادة الخروج من مكة، والمعتمد أن طواف الوداع واجب

Artinya, “Ketujuh (tawaf wada‘) ketika ingin meninggalkan Kota Makkah. Menurut pendapat yang muktamad, thawaf wada‘ itu masuk wajib haji,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91).

Jadi sunnah-sunnah haji menurut pendapat ulama Syafi’iyah yang muktamad adalah sebagai berikut:

1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah.

4. Shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat.

Adapun shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat dilakukan setelah thawaf. Shalat sunnah thawaf dapat dilakukan di mana saja di tanah haram. Tetapi sedapat mungkin shalat sunnah thawaf ini dilakukan di belakang maqam Ibrahim. 

ـ (و) الخامسة (ركعتا الطواف) أي ركعتان بعد الفراغ من الطواف ويصليهما خلف المقام، فإن لم يتيسر ففي الحجر فإن لم يتيسر ففي المسجد فإن لم يتيسر فحيث شاء من الحرم

Artinya, “Kelima (shalat dua rakaat thawaf), yaitu dua rakaat setelah selesai thawaf. Shalat sunnah thawaf dilakukan di belakang maqam Ibrahim. Kalau tidak mungkin, maka shalat sunnah thawaf dilakukan di Hijir Ismail. Kalau tidak mungkin, shalat sunnah thawaf dilakukan di masjid. Kalau tidak mungkin, maka shalat sunnah thawaf dilakukan di mana saja di tanah haram,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91).

Adapun shalat sunnah thawaf dilakukan sebagaimana shalat sunnah pada umumnya. pembacaan Al-Qur’an dalam shalat sunnah thawaf juga dilakukan sebagaimana shalat pada lazimnya.

ـ (ويسر بالقراءة فيهما نهارا) إلا ما بعد الفجر (ويجهر بها ليلا) وما بعد طلوع الفجر إلى طلوع الشمس

Artinya, “(Al-Quran dibaca perlahan (sirr) pada shalat sunnah thawaf di siang hari) kecuali setelah fajar. (Al-Quran dibaca lantang (jahar) di malam hari) dan setelah terbit fajar hingga terbit matahari,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Tausyih ala Ibni Qasim, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1417 H], cetakan pertama, halaman 123). Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Sunah-sunah dalam melaksanakan ibadah haji adalah

Artikel-artikel Favorit Fiqih Bencana