Setiap pemimpin adalah teladan bagi rakyatnya konsekuensinya adalah

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 12 are not shown in this preview.

Red:

Indonesia telah merayakan dan melewati pesta demokrasi, para pemimpin yang diharapkan pun telah terpilih. Presiden hingga menteri, ketua MPR hingga DPRD sudah mengucapkan sumpah jabatan. Belum jua bekerja, riuh warga berkomentar. Pro kontra mengiringi meja terbanting di gedung rakyat, asap rokok membumbung di Istana Presiden. Para pemimpin merupakan pencipta keteladanan. Ketua Ikadi KH Prof Ahmad Satori Ismail menyebut bahwa setiap manusia pada dasarnya merupakan pemimpin. Seperti halnya, suami pemimpin bagi keluarga dan istri pemimpin bagi anak-anaknya. "Namun, memang benar arti kepemimpinan berbeda-beda, tergantung pada porsinya masing-masing," ujarnya kepada Republika, Selasa (4/11). "Para anggota DPR, MPR, maupun menteri merupakan porsi pemimpin pula. DPR memimpin tugas ke-DPR-annya, begitu pun MPR dan menteri merupakan pemimpin dari kementeriannya," katanya. Namun, menurut Kiai Satori, pemegang jabatan sering lupa betapa besarnya tanggung jawab yang dipikulnya dalam amanah baru. "Orang tak sadar semakin tinggi jabatan, semakin besar bebannya sekaligus semakin besar kriteria yang harus ada," ujar guru besar UIN Syarif Hidayaullah ini. Seorang pemimpin dinilai orang yang memilihnya sanggup mengemban jabatan itu. Artinya, para pemimpin yang terpilih tidak boleh mengecewakan dan mengkhianati orang yang memilihnya. "Tepati janji dan adil sesuai porsinya." Dalam amanah publik, Kiai Satori menambahkan, pemimpin bukan hanya bertanggung jawab atas dirinya. "Namun ada tanggung jawab terhadap ratusan juta rakyat di dalamnya," kata Kiai Satori. "Keutamaan menjadi seorang pemimpin, yakni menjadi teladan bagi siapa pun yang ada di kelilingnya, mengayomi semuanya, dan harus berhati-hati, serta menaati peraturan yang telah ditetapkan karena seluruh pasang mata di bangsa ini memperhatikannya. Dan, yang harus selalu diingat ketika menjadi seorang pemimpin, berusahalah untuk menjadi pemimpin yang teladan," ujarnya. Menjadi teladan merupakan tugas utama yang harus didahulukan oleh setiap pemimpin. Kepemimpinan teladan, yakni kepemimpinan amar makruf nahi mungkar. Jika pemimpin meninggalkan keteladanan, konsekuensinya menurut Kiai Satori amat berat. "Kalau meninggalkan amanah, siap dilaknat oleh Allah SWT. Amar makruf nahi mungkar juga merupakan tugas bagi setiap umat, setiap rakyat berkewajiban untuk mengingatkan para pemimpinya," katanya pria kelahiran Cirebon ini. "Jika dilihat secara menyeluruh atas fenomena yang terjadi saat ini, memang benar bangsa ini tengah mengalami krisis kepemimpinan. Karena, yang tampak, yaitu masing-masing masih cenderung mempertahankan status quonya, cinta akan dunia dan jabatannya," ujarnya menjelaskan. Oleh karena itu, di sinilah tugas para ulama, tokoh-tokoh yang paham agama Islam maupun ormas-ormas Islam untuk mendampingi dan mengingatkan pemimpin. Meski masih ada tugas utama lainnya, yakni melahirkan kader pemimpin yang berakidah dan berakhlak. Ia berharap agar para pemimpin di Tanah Air ini melaksanaan tugasnya dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya, dan menepati segala janjinya. Selain itu, harus menunjukkan usaha dan upaya yang tulus untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk para ulama, haruslah siap sedia memberikan kritik, memberitahu apa yang bakhil dan batil, serta mempersiapkan kader-kader pemimpin. "Untuk para rakyat di bangsa ini, janganlah hanya menjelekkan pemimpin saja, tapi mendoakan agar para pemimpin bangsa ini tetap berada di jalan Allah SWT karena semua itu merupakan PR kita bersama," katanya tegas. Ketua Yayasan Amal Sadaya (YASA) dan Lembaga Santunan Anak Yatim dan Dhuafa (LeSad) Bogor, Ustaz Warli S Noer, menambahkan, pemimpin yang ada saat ini dan fenomena yang tengah terjadi di bangsa ini merupakan cerminan dari rakyatnya. "Sehingga jangan menyalahkan orang lain jika kecewa karena yang mereka pilih itulah yang sekarang jadi pemimpin," ujar Ustaz Warli. Ustaz Warli mengkritik kurangnya sikap keteladanan dari para pejabat yang baru dipilih. "Bayangkan saja, belum melaksanakan tugas apa-apa sudah ricuh duluan, bagaimana bisa mengembangkan amanah dengan baik? Saat ini saja, tidak bisa menerima perbedaan pendapat, tidak bisa menerima kritisi dengan ikhlas, bagaimana nantinya?" tanyanya. Padahal, menjadi seorang pemimpin harus melewati fase selesai dengan dirinya sendiri. "Jika dengan dirinya sendiri saja tidak bisa bertanggung jawab dan menjaga hawa nafsunya, lalu bagaimana dengan bangsa dan negaranya yang berisi ratusan juta jiwa?" Ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Prof Tuty Alawiyah menyebut kriteria pemimpin yang dibutuhkan bangsa ini. Sosok itu, ia mengungkapkan, yakni seseorang yang memiliki ketakwaan dan akidah yang kuat, memiliki sifat amanah, dan berakhlak mulia. "Harus bertanggung jawab kepada bangsa dan umat yang dipimpinnya, jauh dari kekafiran, mempunyai sifat adil-seadilnya, serta menyelamatkan bangsa ini dari yang menjeratnya, seperti kemiskinan dan ketidakpedulian," katanya memaparkan. Tuty menjelaskan bahwa dalam Islam pemimpin merupakan posisi yang strategis, namun sangat berat. Tidak sembarang orang bisa melaksanakan tugas kepemimpinan. Khususnya dalam Islam, haruslah sosok yang peduli dengan urusan agamanya. "Jika tidak peduli maka tidak laik dan bukanlah bagian dari umat Islam," katanya. Harus diingat pula bahwa seorang pemimpin tidak boleh terlalu cepat mengambil keputusan dan harus memufakatkannya terlebih dahulu. Selain itu, harus besar rasa legawa, menerima kritik, pendapat, maupun perbedaan.

"Saya berpesan kepada setiap pemimpin saat ini, janganlah membuat perpecahan dan keributan, jadilan pemecah masalah bukan pembuat masalah. Jadilah pemimpin yang mengayomi rakyatnya untuk bekerja sama membangun dan memperbaiki bangsa ini, hilangkan egonya pada golongan tertentu saja. Perbaikan bangsa ini merupakan PR kita semua karena kita hidup hanyalah mencari ridha Allah," ujarnya menjelaskan.n c64 ed: hafidz muftisany

Setiap pemimpin adalah teladan bagi rakyatnya konsekuensinya adalah

Bondan tidak pernah mengeluh terhadap bentuk tubuhnya yang gemuk sikap apakah yang diterapkan Bondan? beri alasan​

1.barang yang ada dalam teks tersebut?2. bagaimana sikap anak-anak di desa makmur dalam menyiapkan perbedaan?3. apa perbedaan di antara Meli dan Rita? … 4. dari mana kak asal Bagas Rani dan Meli?5. apa manfaat yang diperoleh ketika bekerja sama dengan orang yang berbeda latar belakang?​

3. Jelaskan upaya pemerintah mewujudkan nilai- nilai Pancasila dalam bidang politik! ​

sebutkan contoh pengamalan nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup!​

acara dapat berjalan dengan lancar apabila seluruh peserta musyawarah bersikap titik-titik​

upacara vratyastoma sering di lakukan oleh orang Indonesia sebagai suatu bentuk upacara yang dimaksudkan untuk..​

Drs Muhammad Hatta bermusyawarah dengan para tokoh yang menghasilkan kesepakatan untuk mengganti kata-kata Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam … bagi pemeluk-pemeluknya menjadi ketuhanan yang maha esa kata yang termuat dalam Piagam Jakarta tersebut diubah agar​

Apa yang terkandung dari pengadilan masa kerajaan islam dan kesesuaian dengan nilai pancasila

moon is I cepqt ya kak besok di kumpul ​

contoh sikap silakan ke 2 bangsa dan negara​

Bondan tidak pernah mengeluh terhadap bentuk tubuhnya yang gemuk sikap apakah yang diterapkan Bondan? beri alasan​

1.barang yang ada dalam teks tersebut?2. bagaimana sikap anak-anak di desa makmur dalam menyiapkan perbedaan?3. apa perbedaan di antara Meli dan Rita? … 4. dari mana kak asal Bagas Rani dan Meli?5. apa manfaat yang diperoleh ketika bekerja sama dengan orang yang berbeda latar belakang?​

3. Jelaskan upaya pemerintah mewujudkan nilai- nilai Pancasila dalam bidang politik! ​

sebutkan contoh pengamalan nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup!​

acara dapat berjalan dengan lancar apabila seluruh peserta musyawarah bersikap titik-titik​

upacara vratyastoma sering di lakukan oleh orang Indonesia sebagai suatu bentuk upacara yang dimaksudkan untuk..​

Drs Muhammad Hatta bermusyawarah dengan para tokoh yang menghasilkan kesepakatan untuk mengganti kata-kata Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam … bagi pemeluk-pemeluknya menjadi ketuhanan yang maha esa kata yang termuat dalam Piagam Jakarta tersebut diubah agar​

Apa yang terkandung dari pengadilan masa kerajaan islam dan kesesuaian dengan nilai pancasila

moon is I cepqt ya kak besok di kumpul ​

contoh sikap silakan ke 2 bangsa dan negara​