Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Memasuki Kota Liwa, Lampung Barat, suasana berbeda langsung terlihat. Di kanan kiri jalan berjajar rumah-rumah panggung Lampung yang disebut Nuwou. Rumah adat ini kini tidak mudah ditemui di Bumi Sai Ruwai Jurai Lampung.

Hanya segelintir daerah yang masih memiliki Nuwou di Lampung, antara lain Lampung Barat. Gencarnya transmigrasi dan urbanisasi membuat warga asli Lampung kian terpinggir. Warga Lampung yang tinggal di perkotaan, seperti Bandar Lampung dan Metro, cenderung memilih hidup modern, meninggalkan kebiasaan membuat rumah panggung.

Lampung Barat adalah tanah nenek moyang suku adat Lampung dari marga Saibatin atau pesisir. Mayoritas rumah di wilayah ini masih berupa panggung. Jika pun ada yang bukan, hampir dipastikan itu milik pendatang.

Rumah panggung yang terbuat dari kayu ini mampu bertahan puluhan hingga ratusan tahun. Salah satunya rumah milik Burzan Barnau (45), warga Pekon Lombok, Kecamatan Lombok Seminung. Sejak dibangun tahun 1970, rumah kayu ini masih kokoh berdiri.

Tinggi panggungnya mencapai 1,75 meter dari permukaan tanah. Luasnya menakjubkan, yaitu 300 meter persegi! Untuk membuat rumah panggung seluas ini, dibutuhkan sekitar 50 meter kubik kayu. Awalnya rumah ini sengaja berbentuk panggung untuk mencegah masuknya binatang-binatang buas.

Apalagi, wilayah di sekitar Pekon Lombok berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Di sekitar desa ini tidak jarang masih ditemui gajah, harimau, ataupun celeng yang berkeliaran.

Alasan lain warga membangun rumah panggung adalah bahan bakunya, yaitu kayu, masih mudah ditemui. ”Kayu kan mengambil dari kebun sendiri,” ujar Suhairi (44), warga lainnya. Hingga kini, warga masih kerap menyimpan kayu-kayu stok di bawah rumah panggung mereka.

Rumah-rumah ini tidak berpagar. Meski demikian, diungkapkan Burzan, belum pernah ada kejadian harta benda masyarakat setempat raib diambil pencuri. Masuk akal jika pencuri tidak berani beraksi di rumah-rumah panggung.

Karena terbuat dari kayu, lantai di rumah panggung ini mudah berderit. Jangankan berlari, jika kita berjalan pelan, hampir pasti menimbulkan bunyi derit kayu. Ini menjadi ”sensor” alami bagi pemilik rumah untuk mengetahui pergerakan di rumah mereka.

Sebagian Nuwou balak Lampung masih menyimpan ornamen khas, antara lain ukiran khas Lampung, yaitu tapis. Ornamen ukiran tapis ini umumnya terpajang di rumah-rumah milik penyimbang atau pemuka-pemuda adat.


Page 2

Melindungi dari bencana

Rumah-rumah adat ini nyatanya tidak hanya menjadi ”benteng” pertahanan adat Lampung yang kini makin tersisih, melainkan juga perlindungan dari bencana. Pada 1994, saat terjadi Gempa Liwa yang menghancurkan ribuan rumah di Lampung Barat dan sekitarnya, rumah panggung justru bertahan.

”Di Pekon (Lombok), setahu saya, hanya ada satu rumah panggung yang roboh. Tetapi itu belum jadi. Rumah kayu ini sangat kokoh,” ujar Rusman Effendi, tokoh warga di Pekon Lombok yang juga anggota DPRD Lampung Barat.

Dengan berbagai keunikan adat dan sejarahnya, rumah panggung di Pekon Lombok lalu ditetapkan sebagai daya tarik pendukung dari Desa Wisata Lombok yang terdapat di pinggir Danau Ranau, Lampung Barat. Sebagian rumah panggung ini oleh pemerintah daerah setempat dijadikan tempat menginap para wisatawan.

Untuk menginap di rumah warga ini, pengunjung membayar Rp 150.000 per orang untuk dua hari. Jumlah itu termasuk biaya makan makanan tradisional setempat sebanyak tiga kali sehari. Pola ini bisa menjadi pilihan mengingat harga menginap di hotel di area ini bisa mencapai Rp 300.000 per hari.

Pemkab Lampung Barat juga telah menetapkan desa-desa lainnya yang memiliki rumah- rumah adat, yaitu rumah Sabukh, sebagai desa wisata. Desa yang dimaksud adalah Desa Hujung. Di sini terdapat sejumlah rumah Sabukh yang usianya mencapai 300 tahun. Inilah keunggulan rumah panggung.

(Yulvianus Harjono)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa
Foto: Rumah123/Getty

Siapa menyangka kalau rumah tradisional Indonesia ternyata memang tahan gempa. Kenapa bisa begitu ya? Simak ulasannya berikut ini.

Rumah tradisional nusantara memang beragam. Tapi, salah satu satu ciri yang sama yakni bangunannya mengadaptasi lingkungan geografisnya.

Makanya, kebanyakan desain bangunannya berupa rumah panggung dan material bangunannya pun ringan dan diambil dari alam sekitarnya.

Situs Kompas.com mengutip pernyataan Dosen Teknik Arsitektur  Universitas Tadulako, Rifai Mardin beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan bahwa masyarakat jadul berpengetahuan cukup mengenai kondisi wilayah tempat tinggalnya, ini tercermin dalam rancangan bangunannya.

"Local wisdom ini sebenarnya masih terbawa sampai saat ini dengan bentuk bangunan yang relatif siap terhadap gempa," katanya.

"Intinya semua bangunan tradisional atau bangunan vernakular di zamannya tentu sudah memperhitungkan permasalahan sekitar," katanya lagi.

Menurutnya, Sulawesi Tengah (yang baru saja dilanda gempa hebat) memiliki beberapa jenis rumah tradisional. "Rata-rata rumah panggung," kata Rifai.

Rumah Tradisional Indonesia Memiliki Sejumlah Keunggulan

Salah satu bentuk rumah tradisional Indonesia adalah rumah panggung, ada sejumlah keunggulan bentuk rumah tersebut.

1. Mencegah Binatang Buas 

Lantaran dahulu masih banyak binatang buas yang berkeliaran, maka bentuk rumah ini cocok untuk mengantisipasinya.

2. Fungsi Bagian Bawah Rumah 

Kolong di bawah rumah panggung bisa digunakan sebagai tempat istirahat, kandang binatang, atau keperluan lainnya.

3. Rumah Panggung Anti Banjir dan Tsunami

Rancangan rumah panggung di Palu memiliki kelebihan tahan banjir dan tsunami. Dengan catatan gelombang yang datang tidak setinggi badan bangunan atau di atas dua meter dari lantai dasar rumah.

Rumah panggung juga tahan terhadap bencana tsunami kalau serbuan air tidak membawa bongkahan sampah yang besar.

Hunian baru akan hancur kalau ada puing berukuran besar yang dibawa oleh gelombang menghantam kaki-kaki bangunan.

Keunggulan tersebut terbukti pascabencana di Sulawesi Tengah, di Jalur Trans Sulawesi arah Kecamatan Banawa, seperti sempat diberitakan Kompas.com.

Rumah tradisional Indonesia ini masih tegak berdiri meskipun bangunan-bangunan di kiri-kanannya rusak dan rata dengan tanah.

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa
Rumah tradisional Minangkabau di Sumatera Barat. Foto: Rumah123/Getty

4. Material dari Bahan Alam

Rumah tradisional yang selamat dari gempa berskala tertentu ini karena material yang digunakan umumnya merupakan bahan-bahan alami.

Penggunaan material memengaruhi kekuatan struktur suatu bangunan terhadap guncangan.

Pada bangunan rumah tradisional Indonesia, umumnya menggunakan kayu yang memiliki daya lentur lebih baik dibandingkan material beton.

Material yang digunakan pun kayu pilihan atau yang kualitasnya terbaik. "Kayu terkenal dengan daya lenturnya, sedangkan beton sangat rigid," kata Rifai.

5. Cara Mengikat Balok Lebih Fleksibel

Ikatan balok antar-kayu menggunakan pin dan ikatan, sehingga lebih fleksibel ketika dihantam guncangan.

6. Pola Ruang Rumah Tradisional Indonesia

Perbedaan rumah tradisional biasanya terletak pada pola ruang, namun secara struktur adalah sama.

Hampir semua jenis rumah panggung menggunakan batu sebagai struktur penguat fondasi. Batu-batu tersebut berada di titik-titik tertentu.

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa
Rumah tradisional di Kampung Wae Rebo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: Rumah123/Getty

Model Beragam dari Rumah Panggung di Sulawesi

Menurut Rifai, Sulawesi punya beberapa model rumah panggung. Contohnya di Palu, ada beberapa jenis rumah panggung tradisional, yakni Banua Baso, Banua Oge, dan Souraja.

Ada rumah untuk para petinggi yang disebut Kataba dan rumah untuk masyarakat umum yang disebut Tinja Kanjai.

Ada juga bangunan yang berfungsi sebagai gedung pertemuan yang disebut Baruga. Rumah adat kampung yang disebut Bantaya dan lumbung yang dikenal dengan nama Gampiri.

Dalam satu wilayah administrasi dengan berbagai suku, ciri bangunannya bisa saja berbeda. Hmm, ternyata rumah tradisional Indonesia memang beragam.

"Seperti suku Kaili, di Kabupaten Donggala, Sigi, dan Parigi, mengikuti karakteristik kawasan masing-masing," kata dia.

Khusus untuk Rumah Lobo, masyarakat menggunakan log kayu dengan ukuran yang besar.

Fondasinya unik, terbuat dari log kayu besar yang disusun. Masing-masing kayu disusun melintang dan menindih satu sama lain. Susunan kayu inilah yang nantinya menjadi fondasi rumah.

Fondasi rumah tersebut dibuat dengan ketinggian sekitar satu meter. Model bangunan ini menunjukkan perbedaan antara bangunan di dataran tinggi dan dataran rendah.

Bangunan di dataran tinggi menggunakan fondasi log kayu, seperti rumah Lobo. Sedangkan rumah-rumah di dataran rendah semisal yang di Palu menggunakan model panggung.

Nah, sekarang paham kan kamu kenapa rumah panggung tahan terhadap gempa atau bencana lainnya.

Untuk meminimalisasi dampak gempa, mungkin memang sebaiknya membangun hunian ala rumah tradisional Indonesia sesuai dengan kondisi wilayah setempat.

Jangan lupa membaca artikel Rumah123.com untuk mendapatkan berita, tips, atau panduan yang menarik mengenai properti, desain, hukum, hingga gaya hidup.

Laman ini juga memudahkan bagi para pencari properti, penjual properti, hingga sekadar mengetahui informasi, karena Rumah123.com memang #AdaBuat Kamu.

Saatnya kamu memilih dan mencari properti terbaik untuk tempat tinggal atau investasi properti seperti Podomoro Park Bandung.

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Terinspirasi

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Terhibur

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Biasa Saja

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Tidak Menarik

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Terganggu

Sebagian rumah tradisional di Indonesia berbentuk rumah panggung mengapa

Tidak Suka