Pertanyaan tentang surah Al qasas ayat 77


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by Syubbana on Tue, 17 May 2022 20:26:59 +0700 with category B. Arab and was viewed by 345 other users

Isi Kandungan Surah Al- Qhasas ayat 77 adalah :

- Manusia diperintahkan agar bekerja dan berusaha untuk kepentingan dunia dan Akhirat. Maksudnya kita harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat.

- Manusia di perintahkan untuk senantiasa berbuat baik

- Larangan bagi manusia agar tidak berbuat kerusakan

Pembahasan

Surah Al-Qasas termasuk surah ke-28 dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Makkah setelah Surah An-Naml dan terdiri dari 88 ayat.

Surah ini diturunkan ketika kaum muslimin masih dalam keadaan lemah ketika mereka dibelenggu kekejaman kaum Musyrikin Makkah. Allah menurunkan surah ini dengan tujuan untuk membandingkan dengan riwayat hidup Nabi Musa yang menghadapi kekejaman raja Fir'aun dan akibat dari kemewahan Qarun serta memberikan janji akan kemenangan Nabi Muhammad kelak.

Bunyi Surah Alqasas ayat 77 :

وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا‌ وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ‌ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ

Arti : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Arti Perkata Surah Al-Qasas ayat 77 :

وَابۡتَغِ : Dan Carilah

فِيمَآ : Pada apa

ءَاتَىٰكَ : (yang) Telah di berikan kepadamu

ٱللَّهُ : Allah

ٱلدَّارَ : Rumah

ٱلۡأٓخِرَةَۖ : (di) Akhirat

وَلَا تَنۡسَ : Dan jangan kamu lupakan

نَصِيۡبَكَ : bagianmu

مِنَ الدُّنۡيَا‌ : Dari dunia

وَاَحۡسِنۡ : Dan berbuat baiklah

كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ : Seperti allah telah berbuat baik

اِلَيۡكَ‌ : Kepadamu

وَلَا تَبۡغِ : Dan janganlah kamu berbuat

الۡـفَسَادَ : Kerusakan

فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ : Di bumi

اِنَّ اللّٰهَ : Sesungguhnya Allah

لَا يُحِبُّ  : Tidak menyukai

الۡمُفۡسِدِيۡنَ : (orang yang) Berbuat kerusakan

Pelajari Lebih Lanjut

  • Azbabun nuzul Al qasas ayat 77 dapat  di simak di #Link#
  • Tujuan diturunkan al-qur'an  #Link#
  • Bagaimana cara ALLAH SWT menjaga kemurnian Al-Qur'an ?
  • dapat disimak di #Link#

============================= Detail Jawaban

Kelas : 11

Mapel : PAI

Kategori : Al-Qur'an pedoman hidupku

Kode : 11.14.1

#AyoBelajar

Baca Juga: Coba Buat gambar ilustrasi berdasarkan cerita yang anda buat!​


en.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

Surah Al Qasas Ayat 77 | Bacaan Surah Al-Qasas Ayat 77 | Terjemah Surah Al-Qasas Ayat 77 | Mufradat Surah Al-Qasas Ayat 77 | Isi Kandungan Surah Al-Qasas Ayat 77 | Wislahcom | Referensi |

Bacaan Surah Al-Qasas Ayat 77

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Terjemah Surah Al-Qasas Ayat 77  

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Mufradat Surah Al Qasas Ayat 77

dan carilahوَابْتَغِ
dan janganlah kamu melupakanوَلَا تَنْسَ
bahagianmuنَصِيْبَكَ
dan berbuat baiklahوَاَحْسِنْ
berbuat kerusakanالْفَسَادَ

Isi Kandungan Surah Al Qasas Ayat 77  

Pada ayat ini, Allah Swt telah memerintahkan umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari bekal kehidupan akhirat dan dunia secara seimbang. Islam tidak memperkenankan umatnya hanya mementingkan kehidupan akhirat saja dengan mengabaikan keselamatan hidup di dunia, atau sebaliknya melulu mencari penghidupan dunia namun lupa akan kehidupan akhirat.

Bekerja keras dalam mencari harta yang telah Allah anugerahkan harus digunakan untuk mencari keridhaan Allah Swt melalui pendekatan diri kepada-Nya, seperti bersedekah kepada orang yang membutuhkan, membangun sarana ibadah,menyantuni anak yatim, dan sebagainya.

Baca Juga :   Fir’aun : Kisah, Prilaku Tercela dan Hikmah

Meskipun demikian, dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat dibatasi dengan tidak mengabaikan pemenuhan kebutuhan hidup di dunia. Sesungguhnya setiap makhluk mempunyai kewajiban terhadap tuhannya, akan tetapi tidak harus mengorbankan nasibnya di dunia, seperti makan, minum, pakaian, dan lain-lain. Memenuhi kewajiban untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang yang berada dalam tanggungan harus diutamakan, selagi tidak berlebihan.

Bekerja dengan gigih dan profesional bagi seorang muslim termasuk perintah Allah Swt. Kesuksesan dalam bekerja bukanlah hasil usaha sendiri, tentu membutuhkan bantuan orang lain. Maka dari itu, sikap etos kerja yang baik akan diikuti semangat peduli sesama yang tinggi. Bekerja keras tidak boleh dilakukan dengan merugikan orang lain apalagi sampai merusak alam sekitar.

Segala pekerjaan yang dilakukan dengan merusak alam secara brutal dan keji, adalah perilaku yang dibenci Allah Swt. Nikmat Allah berupa kekayaan alam baik di hutan, laut, gunung-gunung, dan tanah wajib dijaga dan dipelihara kelestariannya, sehingga dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya dan berkelanjutan. Mencari nafkah dengan mengeksploitasi laut, penebangan hutan secara liar, dan penambangan mineral yang ilegal merupakan cara yang salah dalam pandangan agama dan dapat mendatangkan murka Allah Swt.

Dengan demikian, seorang muslim yang beriman tetap bijaksana dalam menentukan pekerjaan yang ditekuninya dengan memperhatikan keseimbangan antara pemenuhan akan kebutuhan dunia dan akhirat, menguatkan jiwa empati, serta tetap berorentasi pada kemaslahatan orang banyak bukan keegoisan pribadi.

  • وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

    77. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Pertanyaan tentang surah Al qasas ayat 77

Mengawali tulisan ini, perlu dikemukakan bahwa ajaran Islam sesungguhnya telah memuat secara lengkap apa yang menjadi hajat kebutuhan manusia, baik urusan antar individu satu dengan individu lain, atau antar urusan individu dengan urusan orang banyak, demikian juga sebaliknya. Ringkasnya, Islam sebagai agama yang lengkap, sempurna, telah dipayungi dengan berbagai  ketentuan yang jelas dan tegas. Termasuk dalam konteks bahasan tema ini, yang pada intinya menyorot tentang betapa pentingnya menyeimbangkan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, khususnya yang berhubungan dengan usaha secara Islami.

Pesan al-Qur’an dalam surat al-Qashash ayat 77 yang menggambarkan dengan jelas bahwa setidaknya ada empat standard dalam menentukan langkah-langkah usaha secara Islami. Sebagaimana dalam ayat di bawah ini:

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.  (Q.S. al-Qashash: 77).

Ayat ini menggambarkan empat standard dalam menentukan langkah-langkah usaha secara Islami, yaitu pertama, ungkapan  وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّا ٱلۡأٓخِرَةَۖ  carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”. Poin ini mengajarkan setiap langkah usaha harus dimulai dengan melihat apakah usaha tersebut diridai Allah atau tidak. Usaha tersebut juga harus berorientasi kedepan (akhirat). Komitmen dengan standard ini akan dapat mencegah berbagai praktik amoral dalam perilaku ekonomi, sehingga harus menjadi dasar dalam membangun teori konsumen dan produsen. Dengan demikian konsep ekonomi dalam al-Qur’an sangat berbeda dengan konsep ekonomi kapitalis-materialis yang hanya berorientasi duniawi, tanpa membedakan halal dan haram. Perbedaan yang sangat kentara terletak pada hubungan yang erat antara agama dan ekonomi.

Kedua, ungkapan  وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ  dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, pesan moral dari makna ayat ini menegaskan bahwa perilaku ekonomi harus mendatangkan manfaat bagi pelakunya dan tepat sasaran, bukan sebaliknya.

Ketiga, penggalan ayat yang berbunyi   وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ  dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.  Poin ini menjelaskan kepada para pelaku bisnis untuk menjalin hubungan baik dengan para relasi dan tidak mencurangi mereka. Kepada mereka yang kekurangan dan membutuhkan, para pelaku bisnis dituntut memiliki kepedulian dan solidaritas, sebab kekayaan hasil usaha yang kita peroleh tidak lepas dari peran orang lain yang lebih rendah kedudukannya.

Keempat, ungkapan  وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.  Bunyi penggalan ayat ini sudah terang benderang mengajarkan aktifitas ekonomi hendaknya tidak menimbulkan kerusakan. Kerusakan tersebut bisa dalam dua bentuk, pertama bersifat materil, berupa kerusakan pencemaran lingkungan, dan yang kedua bersifat immateril berupa iklim atau suasana yang membuka peluang berbagai praktik korupsi, kolusi, kecurangan, penipuan, dan lain sebagainya.

Akhir dari tulisan ini dapat dikemukakan, bilamana diterapkan dan ditegakkan dengan baik, maka  empat standard dalam menentukan langkah-langkah usaha secara Islami ini akan mampu memecahkan berbagai persoalan ekonomi modern, terutama praktik-praktik ekonomi yang kotor dan tidak bermoral, berkesenjangan ekonomi, dan pencemaran lingkungan. Wallahu a’lam.

Penulis Ulfah Alfiyah Darajat, S.E.I. (Wk Sekretaris PC Fatayat NU Kota Bandar Lampung)
Editor

Abdul Qodir Zaelani