Menhir banyak terdapat di Luhak 50 Kota di Kecamatan

Menhir banyak terdapat di Luhak 50 Kota di Kecamatan

#raunholic -- Sumatera Barat memiliki banyak destinasi wisata yang layak untuk Anda kunjungi. Tidak hanya alam , budaya,  dan kulinernya saja. Sumatera Barat juga memiliki peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya ada di Nagari Maek , adalah sebuah nagari yang berada di Kecamatan Bukit Barisan - Kabupaten Lima Puluh Koto.

Di Kenagarian Maek yang luasnya 115,92 Km2 tersebar peninggalan Kepurbakalaan berupa; Menhir, Batu Dakon, Lumpang Batu, Punden Berundak-undak, Batu Tapak, Batu Jajak Ayam, Balai-balai Batu pembagian wilayah empat Niniak Luak Limo Puluah, Masjid Kuno dan Pesanggerahan masa Pemerintahan Hindia Belanda.

Menhir banyak terdapat di Luhak 50 Kota di Kecamatan

Dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Lima Puluh Kota, Nagari Maek menjadi istimewa, karena memiliki Menhir terbanyak di Kabupaten Lima Puluh Kota hingga dijuluki Nagari Seribu Menhir yang tersebar di setiap jorong di Nagari Maek.

Belum sampai disana, Na­gari Maek juga dikenal da­erah peradaban. “Men­hir adalah batu besar yang ditancamkan didalam tanah. Ini peninggalan nenek mo­yang ketika masa pera­daban lalu,” ucap warga setempat.

Beberapa tahun bela­kangan ini apalagi memasuki 2016 ini, Nagari Maek jadi daerah tujuan wisata bagi masyarakat. Terutama ma­sya­rakat Kabupaten Lima­puluh Kota. Tak jarang juga, ba­nyak ahli-ahli dari luar negara berdatangan ke Nagari Maek.



Menhir banyak terdapat di Luhak 50 Kota di Kecamatan

Nagari Maek jaraknya kurang lebih  42 Km dari pusat Kota Payakumbuh. Untuk mencapai lokasi tersebut tidaklah sulit. Anda juga akan disuguhi jalan berliku dan suasana perkampungan yang masih asri dan alami. Anda tidak akan merasa  bosan, mengingat pemandangan yang menakjubkan terhampar di sepanjang perjalanan.


Dipagari Gunung dan Dialiri Sungai


Alam yang asri di selingkar perbukitan sungguh menawan, cahaya matahari yang jatuh pada salah satu sisi bukit-bukit kecil membuat bukit seolah hijau menyala dan bukit yang lebih tinggi berwarna keabu-abuan nampak dari kejauhan.

Kawasan nan permai ini dipagari oleh perbukitan dan mempunyai tiga anak sungai , yaitu Batang Kincuang, Batang Sugak dan Batang Penawan yang ketiganya masuk ke Batang Maek sebagai sungai terbesar, selain keindahan alam yang mempesona Nagari Maek juga memiliki situs peninggalan kepurbakalaan yang dapat dijadikan sebagai objek wisata budaya dan penelitian.



Menhir banyak terdapat di Luhak 50 Kota di Kecamatan



Nagari Maek yang dulu jalan tanah dan batu-batu besar, sekarang sudah mulus oleh aspal. Tepi-tepi tebing yang berhadapan langsung dengan jurang dalam sudah diberi pembatas.

Begitu pula un­tuk komunikasi dengan pon­sel, dahulu harus mencari lokasi tinggi dan memanjat pohon agar bisa telpon-telpo­nan, sekarang jaringan sudah bagus.

Lebih oke lagi, kini dari Nagari Maek sudah bisa up­date status di jejaring media sosial melalui handpone selular.

Nagari Maek kini, jauh berbeda dengan Nagari Maek masa lalu. Daerah ini sekarangsudah jauh maju. Nagari Maek memiliki potensi yang luar biasa untuk dikem­bang­kan. Terutama dari keinda­han alam.(***)


Langgam.id – Nagari Maek berada di Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota. Terdapat banyak potensi wisata di daerah tersebut yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, salah satunya Menhir Mahat.

Menhir Mahat merupakan kumpulan ribuan menhir atau batu berdiri peninggalan budaya megalitik yang terdapat di Nagari Maek

Baca juga: Berbentuk Unik dan Instagramable, Begini Eksotisnya Bukit Batu Runciang di Sawahlunto

Menhir-menhir tersebut diperkirakan berusia sekitar 2.000-6.000 tahun sebelum masehi. Semua menhir itu menghadap ke satu arah, yaitu ke Gunung Sago. Keberadaan menhir-menhir tersebut dimaknai sebagai tanda makam, tanda penghormatan, dan tanda kepercayaan.

Nagari Maek (Mahat) disebut juga sebagai Nagari 1.000 Menhir. Ini mengingat banyaknya batu-batu menhir di daerah tersebut dengan berbagai bentuk dan ukuran. Untuk mengunjungi wisata ini kamu membutuhkan 2 jam perjalanan dari Payakumbuh. Jalanan menuju Nagari Maek 1000 Menhir lumayan bagus, hanya beberapa saja yang tidak beraspal.

Baca juga: Indahnya Wisata Kampung Adat Sarugo di Limapuluh Kota

Selain batu menhir, Nagari Maek memiliki Bukik Posuak yang bisa anda kunjungi. Bukik Posuak atau juga dikenal sebagai sebuah bukit yang berlobang di bagian tengah. Ukurannya ada yang menyebut sebesar masjid, bahkan ada juga yang mengatakan, bahwa pesawat terbang bisa lewat di lobang bukit tersebut.(Mg-Olan/Ela)

Menhir banyak terdapat di Luhak 50 Kota di Kecamatan
MENHIR

CATATAN : ASRO SIKUMBANG

PERJALANAN kami ke Nagari Mahek adalah untuk melepaskan rasa penasaran akan peninggalan peradaban nenek moyang pada zaman megalithikum atau zaman batu besar. Nagari Mahek itu terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. 5 jam lamanya, berkendara dari Bandara Internasional Minangkabau.

Zaman Megalithikum atau zaman batu besar adalah zaman yang berkembang antara zaman neolitikum­­ dan zaman logam. Zaman megalithikum menggunakan media batu besar sebagai bentuk peradabannya. Zaman ini adalah zaman dimana peradaban manusia telah mengenal kepercayaan terhadap orang yang telah meninggal atau roh nenek moyang. Hasil kebudayaan zaman megalithikum adalah menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak dan kubur batu, Zaman ini diperkirakan terjadi pada masa 3000 – 4000 sebelum masehi.

Nagari Mahek merupakan salah satu nagari yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota, tepatnya berada di Kecamatan Bukit Barisan. Nagari ini berada di lembah Bukit Barisan dengan luas 122,06 km persegi. Untuk menempuh nagari ini kita harus melalui jalan lembah dengan keadaan jalan yang mendaki dan menurun.

Topografis Nagari Mahek dikelilingi dengan gugusan bukit barisan yang masih asri, tetapi di tetapi di daerah ini juga terdapat tipe bukit batu. Salah satu bukit di Mahek juga memiliki keunikan, yaitu sebuah bukit batu yang tembus. Bukit ini disebut dengan “Bukik Batu Posuak”.

Sepanjang perjalanan menuju Nagari Mahek dapat kita lihat jenis tumbuhan kayu keras dan Tumbuhan endemic yang terdapat di disekitaran Bukit Barisan menuju nagari Mahek adalah Paku besar dan tanaman lunak kantong semar yang menggantung indah di sisi – sisi perbukitan di tepi jalan.

Berbicara tentang Mahek, tidak banyak orang mengetahui tentang Nagari ini, Mungkin hanya dikalangan peneliti ataupun orang-orang tertentu.Mahek sebuah nagari yang jauh terletak di Lembah Bukit Barisan, menyimpan sebuah warisan nenek moyang akan masa lalu. Hampir di seluruh wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat penyebaran peninggalan megalithikum, tetapi tidak banyak orang mengetahui jika Nagari Mahek menyimpan warisan masa lalu tersebut dalam jumlah yang banyak.

Menurut sebuah info hanya baru 20 persen peninggalan zaman batu besar ini yang digali, sedangkan 80 persen belum digali. Oleh karena itu Mahek dikenal dengan “Nagari Seribu Menhir” karena begitu banyak peninggalan yang terdapat didaerah ini

Sebuah warisan yang besar bagi bumi Minangkabau atau saat ini berada pada Provinsi Sumatera Barat terdapat warisan masa purba yang masih belum banyak digali dan diketahui masyarakat umum.

Menhir merupakan sebuah symbol peringatan untuk memuja leluhur, dengan posisi batu berdiri. Di Nagari Mahek menhir yang sudah dapat dilihat dan dilindungi oleh Dinas Purbakala berada di 4 titik. Yaitu menhir Balai Batu, bawah parit, Menhir Ampang Gadang dan Menhir Ronah.

Menhir yang kami kunjungi pertama kali adalah menhir balai batu, disini yang kami temui peninggalan nenek moyang akan hasil budaya megalith adalahnya banyaknya batu – batu besar yang sudah memiliki motif ukiran dan symbol. Simbol yang jelas tampak salah satunya adalah symbol garis geometris, motifl berbentuk sulur tanaman paku dan juga terdapat simbol timbul, kalau diperhatikan dengan seksama menyerupai kelamin laki –laki.

Kemudian menhir–menhir lain yang kami perhatikan yang masih berada dalam kawasan menhir balai batu adalah menhir yang bentuknya sudah berbentuk. Selain itu terdapat sebuah peninggalan megalith yaitu berupa susunan batu yang menyerupai panggung. Konon kabarnya inilah yang disebut balai (ruang) tempat mengutus 4 Datuak untuk pergi ke daerah lain.

Perjalanan kedua kemudian kami lanjutkan ke situs prasejarah Bawah Parit. Pada situs ini jumlah menhir yang terdapat lebih banyak daripada situs batu balai. Di situs bawah parit ukuran menhir juga sudah mulai lebih besar, dan kemungkinan inilah peti batu. Selain itu pada situs ini motif ukiran yang terdapat pada batu juga sedikit berbeda.

Jika sebelumnya pada situs balai batu terdapat ukiran menyerupai bidang persegi dan menyerupai sulur tanaman paku. Situs megalith Bawah Parit sudah meninggalkan ukiran motif yang lebih tertata dan berbentuk motif pada Rumah Gadang saat ini. Seperti pucuak rabuang dan kaluak paku dengan geometris yang mulai rumit.

Perjalanan ketiga kami adalah ke peninggalan megalith Ampang Gadang, menurut cerita menhir yang terdapat didaerah ini berjumlah 300 buah. Tetapi dengan adanya pembangunan lapangan sepak bola, menhir ini ditimbun oleh penduduk dan hanya tersisa beberapa saja. Peninggalan ini kemungkinan belum diekskavasi oleh dinas terkait, karena yang dapat kami lihat tidak ada plang sebagai penanda daerah konservasi.

Keunikan dari Menhir di Mahek adalah arah menhir yang menghadap ke Gunung Sago. Gunung Sago merupakan gunung yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Bagaimana ini bisa terjadi, hubungan anatara menhir di Mahek dengan Gunung Sago. Kemungkinan besar adalah Gunung Sago dipercaya dahulu sebagai tempat berkumpul nenek moyang pada zaman ini berkembang.

Menurut sebuah sumber berita menyebutkan menhir di Nagari Mahek hanya baru 20 persen yang tergali, 80 persen belum tergali, Hal ini berarti menandakan menhir di Mahek masih banyak tersebar. Fakta ini juga kami temui di lapangan, ketika menikmati seteguk kopi menanti hujan turun. Warga menyebutkan bahwa masih banyak menhir yang belum diketahui. Hanya diketahui oleh warga sekitar dimana menhir itu berada didaerah mereka.

Hal yang dikamingkan mengenai peninggalan purbakala ini adalah kurangnya promosi oleh dinas terkait kepada warga umum. Dengan adanya menhir di Provinsi Sumatera Barat yang dominan penduduknya adalah bersuku Minangkabau. Menunjukkan bahwa di Minangkabau pada masa sebelum terjadinya peradaban kebudayaan dan adat yang berkembang pesat, juga terdapat peradaban prasejarah.

Selain itu, entah bagaimana tipikal penduduk setempat. Ketika dalam perjalanan kami dan tim bertemu dengan generasi muda di lokasi tersebut. Apa dan bagaimana menhir di daerah mereka, mereka tidak mengetahui. Hanya beranggapan itu sebuah menhir saja tanpa tahu bahwa peninggalan megalith yang terdapat didaerah mereka mengandung rahasia sejarah yang besar.

Menhir di Nagari Mahek Khususnya dan daerah lain di Kabupaten Lima Puluh Kota yang semuanya hampir tersebar peninggalan purba ini. Jika dikelola dengan baik akan memberikan dampak yang baik. Dari sisi perjalanan sejarah, akan diketahui bagaimana perjalanan dan perkembangan manusia pada zaman prasejarah di Minangkabau. Dari sisi pariwisata, menhir yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dijadikan sebuah perjalanan wisata sejarah dengan konsep perjalan prasejarah.

Sehingga ke depannya peninggalan ini akan terjaga dengan baik dan menjadi perhatian. Dimana pada kondisi saat ini peninggalan berupa batu jika tidak diketahui masyarakat akan hilang nantinya.

Untuk trip perjalanan ke Mahek, dimana kami sudah mencoba merasakan bagaimana perjalanan menelusuri sisi Bukit Barisan. Ada beberapa tips yang dapat kami berikan, untuk menempuh Mahek dari pusat Kabupaten Lima Puluh Kota atau Kota Payakumbuh membutuhkan waktu 2 jam perjalanan.

Topografis daerah menuju mahek adalah perbukitan. Dengan jalanan yang berliku dan satu sisi merupakan ngarai. Jadi kita patutr berhati – hati ditambah kondisi jalan yang rusak dan jarangnya pemukiman penduduk.

Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang nagari Mahek dan peninggalan megalithikumya disarankan untuk bermalam. Pemakaian sarana telekomunikasi didaerah ini lebih baik menggunakan operator yang telah mencakup jaringan hingga daerah dengan topografis yang sulit.

Kendaraan yang lebih baik digunakan menuju nagari Mahek yang lebih efektif adalah kendaraan roda dua. Hal ini diperhitungkan agar lebih mudah, mengingat kondisi jalan yang tidak baik.(***)