Kestabilan atom dapat diperoleh dengan cara melepas atau menarik elektron agar elektron valensinya menjadi oktet (8) atau duplet (2). Unsur logam cenderung melepas elektron membentuk ion positif, sedangkan unsur nonlogam cenderung menangkap elektron membentuk ion negatif. Oleh karena itu, unsur nonlogam cenderung menangkap elektron untuk mencapai kestabilan karena elektron valensinya harus oktet (8).
Unsur-unsur di alam pada umumnya tidak ada yang berada dalam keadaan tunggal, kecuali atom yang terdapat pada golongan VIII A (unsur gas mulia). Unsur di alam cenderung bergabung dengan unsur lainnya melalui ikatan kimia untuk mencapai kestabilan. Melalui ikatan kimia unsur-unsur yang bergabung tersebut membentuk zat berupa unsur atau senyawa dalam upaya pencapaian kestabilan. 1.Kondisi Stabil Atom Unsur Fakta di alam menjelaskan bahwa unsur yang trdapat pada golongan VIII A (gas mulia) merupakan unsur yang berada pada kondisi stabil, yang menyebabkan unsur pada golongan VIII A berada dalamm keadaan tunggal. G.N Lewis dan W. Kosel (1916) menjelaskan bahwa atom unsur berikatan dengan atom unsur lainnya dalam upaya untuk mendapatkan konfigurasi elektron yang stabil yaitu konfigurasi elektron gas mulia. Atom-atom gas mulia memiliki elektron valensi 8 (oktet) dan 2 (duplet). Berikut konfigurasi elektron gas mulia:
Berdasarkan konfigurasi elektron gas mulia, maka lahirlah aturan Oktet yang menyatakan “Atom-atom cenderung mengikuti konfigurasi elekrton pada kulit terluarnya seperti konfigurasi gas mulia terdekat dengan atom tersebut”. Kemudian dikenal juga aturan Duplet “Atom unsur dengan nomor atom kecil (Li & H) cenderung untuk mengikuti konfigurasi elektron unsur He dengan 2 elektron valensi”. Dengan catatan hukum Oktet dan Duplet hanya berlaku untuk unsur gol IA, IIA, dan non-logam. Untuk memenuhi Oktet dan Duplet, maka terbentuklah ikatan kimia. Dalam pembentukan ikatan kimia, beberapa atom cenderung untuk melepaskan atau menerima elektron. Atom yang memiliki elektron valensi kecil, misalnya 1,2, dan 3 cenderung untuk melepaskan elektron. Hal ini dikarenakan energi ionisasi yang dimilikinya kecil. Sedangkan elektron yang elektron valensinya besar (5,6 dan 7) cenderung untuk menerima elektron. Hal ini karena afinitas elektronnya yang besar. 2.Struktur Lewis Struktur Lewis merupakan gambaran elektron valensi dari suatu atom dalam membentuk ikatan yang digambarkan dengan tanda titik atau tanda silang yang disertai dengan lambang kimia unsur. Dengan mengetahui jumlah elektron valensi suatu unsur, kita dapat menuliskan struktur Lewisnya Contohnya struktur Lewis dari molekul PCl3, dengan mengetahui nomor atom P dan Cl3kita dapat melepaskan konfigurasi elektronnya: 15 P= 2 8 5 elektron valensinya 5 17 Cl= 2 8 7 elektron valensinya7 3.Ikatan ion
4. Ikatan Kovalen Adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam). Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion. Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiap-tiap atom non logam berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara mempersekutukan elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dipakai secara bersama. Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron tersebut harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah 2 elektron). Ada 3 jenis ikatan kovalen :
5. Kepolaran senyawa kovalen Kepolaran suatu senyawa dapat ditentukan dari perbedaan keelektronegatifan atom-atom yang membentuk suatu senyawa kovalen
6. Ikatan Kovalen Koordinasi/Koordinat/Dativ/Semipolar Adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan [Pasangan Elektron Bebas (PEB)], sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron. Contoh :Terbentuknya senyawa BF3-NH3 7. Ikatan Logam Adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak.Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom lain. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari 1 atom ke atom lain.Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam. Struktur logam seperti gambar di atas, dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam yaitu :
Perbedaan antara Senyawa Ion dengan Senyawa Kovalen
DAFTAR PUSTAKA: Brady, James E. dan senese Fred., 2004, Chemistry, Matter and Its Changes, Fourt Edition,John Wiley & Son.Inc Johari,J.M.C dan Rachmawati M, 2008, Kimia 1 SMA dan MA untuk Kelas X, Esis Parning, Horale, dan Tiopan, 2007, Kimia 1, SMA/MA kelas X, Yudhistira Syukri S., 1999, Kimia Dasar I, Bandung: Penerbit ITB |